Part 3

364 56 19
                                    

Part 3

"Kyun, Kyun…" Changkyun menoleh di depan koridor Tata usaha, melihat ketua BEM lari-larian nyamperin dia.

"Napa bang?" tanya Changkyun ke Namjoon.

"Titip bawain ini ke anak-anak. Itu jadwal konsumsi ospek hari ketiga sampai malam inagurasi" Namjoon menyerahkan map kuning ke Changkyun.

"Gue baru dari sana, jauh" Namjoon mendecak. Giliran disuruh orasi gantiin Namjoon aja semangat. Sekarang dimintain tolong buat bawain malah ngeluh.

"Gue ada bimbingan" Changkyun membuka map sekilas. Gak ada niat apa-apa sih, cuma iseng aja mau baca.

"Bang…." Namjoon mendongak waktu denger panggilan Changkyun. Kebetulan dia lagi benerin tali sepatu.

"Apa?"

"Lo naksir bang Hoseok ya?"

Changkyun tertawa senang setelah mendapati fakta langka perihal kehidupan percintaan sang ketua.

"Lo bisa ketawa juga?" Namjoon bukannya emosi. Malah kaget lihat Changkyun yang berwajah datar, sekarang malah ngakak.

"Out of nowhere!"

"Abisnya jarang banget lo ketawa kalo gak sama Jooheon. Yaudah sana tuker dulu mapnya di ruangan gue. Salah ambil itu" Changkyun mengangguk.

"Lo utang cerita ya soal bang Hoseok ke gue"

"Entar gue ceritain, gue mau bimbingan ini pak Park bisa ngamuk kalo gue telat"

Namjoon berlari untuk ngejar janji temu sama pak Park. Changkyun ketawa lagi, kali ini pelan. Gak nyangka aja bang Hoseok yang petakilan bisa bikin luluh si ketua.

Denger-denger mereka juga udah sahabatan lama. Jung Hoseok ini salah satu mahasiswa terkenal karena ramah. Banyak yang naksir saking baiknya. Tapi akhirnya pulang juga dia ke pelukan si ketua kaku macam Namjoon.

Setelah nuker map yang salah di ruang kerja Namjoon. Changkyun jalan buat balik lagi ke ruang BEM. Hari ini masih ospek hari ketiga. Masih empat hari lagi buat sampai ke malam inagurasi.

Di salah satu anak tangga. Changkyun lagi lagi harus menghembuskan nafas karena ulah adik tingkatnya. Kali ini si adik tingkat cewek yang pakai 2 kuncir aja. Padahal hari ketiga, harusnya 3 kunciran rambut.

"Heh, kamu!" adik tingkat menoleh kanan-kiri.

"Saya kak?"

"Kenapa kunciran cuma 2? Keluyuran lagi disini bukannya masuk kelas" Changkyun melipat kedua tangannya di depan dada.

"Anu kak…. M-makan roti bentar" Changkyun yang tidak menerima alasan dalam bentuk apapun akhirnya ambil tindakan seperti biasa.

"Lari 3 kali putaran lapangan basket. Setelah itu masuk ke kelas!" perintah Changkyun tegas.

Pemuda berseragam BEM itu pergi gitu aja setelah ngasih perintah adik tingkat buat lari. Dia masih ada kerjaan lain, sekaligus anter map ke divisi konsumsi.

Baru aja Changkyun duduk di tempatnya. Tiba-tiba pengurus BEM yang lain pada lari-larian. Changkyun sih bodo amat. Dia gak terlalu suka buat heboh bareng mereka. Sampai pintu ruangan pengurus BEM dibuka lebar sama seseorang.

Baru aja Changkyun senyum manis, bermaksud nyapa. Tapi tangannya udah ditarik paksa. Sakit banget, asli.

"Joo, kenapa sih?" wajah Jooheon kelihatan marah banget. Bocah itu jarang marah, tapi sekali udah emosi. Semuanya pada minggir.

Jooheon masih gak jawab. Dia terus nyeret Changkyun yang kualahan imbangin langkahnya. Semua orang yang papasan pada ngeliat. Mereka berdua jadi pusat perhatian sampai genggaman tangan Changkyun dihempaskan. Punggungnya nabrak tembok depan ruang medis.

"Lo-" Jooheon kelihatan kacau, emosi, kecewa juga. Changkyun jadi pengen nangis kalo udah lihat Jooheon begini.

"Kenapa sama gue?" tanya Changkyun pelan. Berusaha ngambil tangan Jooheon yang udah menghindar mundur.

"Brengsek lo emang!" Jooheon biasanya gak gini.

0oo0

Ya, Changkyun sadar bahwa sifat kerasnya sudah keterlaluan. Dia cuma bisa berdiri di ambang pintu ruang medis kampus. Jeonghan selaku tim medis yang stay di sana ikut ngerasain gimana gak enaknya jadi Im Changkyun sekarang.

"Lo tuh kalo mau apa apa mikir dulu ya sat! Gak semua orang bisa lo perlakukan seenaknya. Dia cuma kurang kunciran 1. Lo suruh lari di siang bolong puter lapangan selebar itu"

Mahasiswi yang dapat hukuman dari Changkyun itu pingsan di putaran pertama. Pengurus BEM yang lari-larian itu ternyata lagi sibuk ngurus dia.

"Joo, udah dong" lerai Jeonghan.

"Gue mau ajarin dia buat jadi manusia bertoleransi, Han" Jeonghan memberi isyarat ke Jooheon buat berhenti maki-maki Changkyun.

"Kyun, lo gak apa apa kan?" Changkyun menggeleng. Memaksakan senyum tipisnya ke arah Jeonghan.

"M-maaf ya, gara-gara gue semua jadi gini. Nanti kalo dia sadar, gue bakal minta maaf"

Gak tahu, rasanya kok nyesek ya dibentak Jooheon? Cara negur Jooheon gak seperti biasa. Apa Jooheon naksir adik tingkat yang pingsan itu? Changkyun juga gak mau peduli.

Dia cuma mau nangis aja sekarang.

Selama sejarah sahabatan mereka, Changkyun sadar dia yang keterlaluan. Mungkin Jooheon malu, benci bahkan punya sahabat yang bar-bar macem dirinya ini.

Changkyun nangis sendiri di kamar mandi. Sakit banget di dada. Tadi aja dia sampe lari saking kurang ajarnya ini air mata udah keluar duluan.

"Kyun…" suara Jooheon terdengar bareng ketukan pintu.

Changkyun gak mau buka. Dia belum siap ketemu Jooheon dalam keadaan kacau begini.

"Jawab gue kalo lo masih di dalem. Atau gue dobrak!" nada sabar Jooheon sudah kembali. Tapi gak bisa merubah apapun untuk sekarang.

"Kyun, kita perlu ngobrol" Changkyun masih tidak mau menjawab.

"Oke, gue salah, gue minta maaf. Tapi tolong buka pintunya"

Setelah beres sama acara nangisnya. Changkyun mau buka pintu kamar mandi, tanpa mau ngeliat mata Jooheon sedikitpun. Takut gak kuat, terus cengengnya kumat.

"Maaf ya, gue emosi tadi. Maaf banget" waktu Jooheon mau ambil pundak Changkyun buat dipeluk seperti biasa. Changkyun mundur buat ngehindar.

"Lo gak perlu minta maaf, gue emang salah kok. Balik gih" Changkyun senyum getir.

"Balik kemana kalo rumah gue ada disini?"

"Rumah lo bukan gue, Joo. Gue gak pantes jadi rumah buat seseorang. Gue bukan rumah yang layak buat dihuni dan menetap."

"Ngomong apa!? Gue udah menetap selama 11 tahun di sana"

"Kalo lo kepaksa, bisa pergi sekarang"

"Im Changkyun!"

"Lee Jooheon, gue gak minta lo buat jadiin gue rumah. Lo bisa pergi kapan aja! Gue bukan rumah yang baik buat lo atau siapapun. Lo bener, gue emang brengsek"

Jooheon yang udah capek lihat Changkyun. Merasa emosinya dipancing.

"Lo minta gue pergi?"

"Ya, pergi aja kalo lo mulai gak nyaman. Gue gak punya kewajiban buat nahan"

Jooheon membalikkan badan, namun berhenti sebentar untuk berkata "Maba yang pingsan udah sadar. Katanya dia gak marah sama lo, karena dia emang salah" masih tanpa menoleh Jooheon berkata lagi, "Tahan gue, Kyun…"

Changkyun tidak menahan, dia juga ikut balik badan. Biar Jooheon pergi untuk sementara waktu ini.

-tbc-

Nikmati aja ya mumpung stok chapternya banyak. Sebelum ilang ilangan kek biasa. Gimana sih yg non baku gini? Garing bgt emang?

Definitely You (JooKyun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang