Tio menahan tubuh Sara ke dinding. Rumahnya sepi, tidak ada orang.
"Apa-apaan?!" bentak Sara.
"Bagaimana kalau aku mengajari ciuman yang panas?"
"Hentikan! Apa kamu nggak malu Tio menggoda tunangan sahabatmu?!"
"Kenapa? Kami selalu berbagi. Aku rasa David tidak keberatan seandainya aku meminta dia berbagi istri juga."
Tangan Tio menarik pinggang Sara, seperti bermaksud menciumnya. I-ini pelecehan.
"Kamu gila! Minggir kalau nggak aku tampar."
Tio terkekeh, "Apa itu sejenis permainan dominan dan submisif? Jadi kamu suka memimpin Sara?"
Sara diam.
"Aku haus. Bikinkan minum." Dia memerintah. Sara mengeluh lagi. Tio dengan seenaknya menghempaskan tubuh ke sofa.
Kenapa nggak pulang saja sih?! rungut Sara. Dia bergegas ke dapur dan membuatkan minuman.
"Thanks." Tio tersenyum. Diteguknya isi gelas itu sampai habis.
Bisa juga dia bersikap manis. "Mengantuk, aku mau tidur di kamarmu," kata-kata Tio itu mengagetkan Sara.
"Nggak."
"Pelit."
"Ada kamar tamu, kenapa harus tidur di kamarku?"
"Ya sudah, aku tidur di sini saja. Mana bantal sama gulingnya?"
Oh astaga. Kekanakkan sekali sih! Sara melengos, dia ke kamarnya dan mengambilkan bantal dan guling.
"Di kamar tamu aja!" amuk Sara lagi.
Mata Tio yang sudah begitu mengantuk terpaksa berdiri lagi, mengikuti Sara ke kamar tamu. Dia segera merebahkan tubuh di kasur.
"Bantal sama gulingnya nggak jadi kalau di sini." Sara berkata.
"Jadi..." kata Tio cepat. "Aku perlu banyak bantal guling."
Sara melempar bantal dan guling itu, kemudian menutup pintu kamar tamu.
Tio membenamkan wajah ke bantal itu, harum. Harum lembut dan wangi khas Sara, dihirupnya dalam wangi itu. Oh berdosakah dia melemas karena wangi perempuan itu? Calon istri sahabatnya. Beruntung, David sangat beruntung.
Mata Tio terpejam.
🌼🌼🌼
Sara dan David sedang fitting busana pengantin, dia mematut dirinya di cermin.
"Oh My God." Cantik sekali, ujar designer gaun pengantin. David juga segera berdiri dan mendekati Sara. Gaun pengantin yang begitu mewah, dipenuhi payet dengan potongan kerah rendah. Ketat di atas dan mengembang di bawah bewarna white beige. Sara tersenyum tersipu melihat mata David yang berbinar.
"Cantiknya. Gorgeous," puji David.
"Thank you," jawab Sara. David juga mencoba jasnya, dia sangat gagah dan tampan. David terus memperhatikan Sara, Sara menggerakkan tangan dan menyuruh David fokus. Pria itu tertawa.
Gaun Sara terlalu mewah, jujur saja Sara ingin gaun yang lebih sederhana. Tapi David ingin dia terlihat mengagumkan, Sara akhirnya menuruti saja keinginan David. Sara melirik gaun pengantin di patung, seperti keinginannya. Berleher sabrina tanpa payet juga lengannya cukup panjang, model yang kontemporer terlihat romantis dan elegan. Sara melihatnya.
"Kamu suka gaun itu?" David bertanya, dia memeluk tubuh Sara dari belakang. Sara mengangguk. "Terlalu sederhana sayang, kamu harus terlihat seperti ratu nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Keraguan (END)
Romance"Aku akan menikah," kata Sara pada David. Wajahnya tersenyum tapi hatinya pilu. "Apa maksudnya itu, Sara?" David mencengkram pundak gadis itu. "Tidak salah dengar. Aku akan menikah, bulan depan," jawab Sara. "Tidak! Tidak akan kubiarkan!" Davi...