6. Penantian

58.9K 5.4K 138
                                    

Sara mempercepat langkahnya, saat mengetahui derap langkah kaki Tio mengikuti di belakang. Tangannya kemudian ditahan oleh pria itu.

"Aku antar pulang."

"Aku naik taxi Tio, tidak perlu mengantarku. Aku bukan lagi tunangan sahabatmu."

Tio mendesah, ditariknya tangan Sara kuat. Sara mengikutinya, dia juga tak ingin pulang naik taxi dengan kondisi seperti ini. Tio membuka pintu mobil dan mendorong Sara masuk.

Mereka berdiaman sepanjang jalan. Sara bahkan tidak menangis. Dia diam saja. Sara membuka pintu mobil cepat saat sampai di rumahnya. Tio mengejarnya.

"Sara?" Mama Sara kaget melihat Sara pulang sambil berlari.

"Tio." Beliau semakin bingung melihat Tio yang mengejar Sara.

Tio menarik tangan Sara. "Lepaskan! Lepassss!" Air mata Sara tumpah. Dia menjerit. Mama Sara memandang bingung, mereka berdua di depan kamar anaknya.

"Kamu taukan? Kamu taukan Tio?"

Tio diam. "Kamu tau dan kamu nggak bilang apapun? Kenapa? Kamu suka melihatku sengsara?!"

Sara mendorong dada Tio. Air matanya tumpah.

"Apa perkataan perempuan itu benar? Kenapa diam saja? Jawab! Jawab Tio!" Sara mencengkram baju Tio dan mengguncang-guncangnya.

"Tidak tau."

"Bohong! Kamu pembohong! Kamu pasti merasa lucu melihatku? Begitu gembira mempersiapkan semua!" Huuu....kaki Sara lemas. Tio segera menahan tubuhnya.

"Oh Tuhan, aku tidak percaya."

"Sara. Ada apa ini?" Akhirnya mama Sara tidak tahan melihat anaknya seperti itu.

"David...David ma.." Sara terisak. Seandainya wanita itu hanya kekasih David, mungkin dia tidak sesakit ini. Gadis itu hamil? Sara tidak mau percaya sampai David mengungkapkan dengan bodoh. Selalu memakai pengaman? Sara terisak.

"David."

"Kenapa Sara?"

"David menghamili perempuan lain." Sara menangis tersedu.

"Ya Tuhan." Mama Sara pucat pasi.

Tio berhadapan dengan mama Sara di ruang keluarga. Sara telah masuk ke kamar dan terpuruk di sana.

"Apa itu benar?" Mama Sara bertanya.

"Aku tidak tau, tante." Jawab Tio.

"Kalau begitu Tante ganti pertanyaannya. Apa David pria semacam itu?"

Tio diam.

"Kamu melindungi dia karena dia sahabatmu? Tapi dia telah menyakiti anak tante. Menipu semua orang. Kamu tega?"

"Bukan begitu. Aku hanya...." Tio menghembuskan nafas. "Aku hanya..aku tidak tau."

"Sara pasti sangat terluka, dia menyukai David sudah sangat lama."

"Ya aku tau."

Mama Sara, "Setidaknya Tuhan telah menunjukkan sebelum mereka menikah. Ini lebih baik."

"Tante aku minta maaf."

"Kenapa kamu yang minta maaf?" Mama Sara menghela nafas.

🌼🌼🌼

Keesokan hari rumah keluarga Sara kedatangan tamu, kedua orang tua David juga David.

Mama Sara tetap menyambut mereka, dia melihat David menunduk saja. Mereka duduk dalam keheningan. Sara tidak mau keluar dari kamar.

Tanpa Keraguan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang