Sara keluar dari kamar dia lapar, hatinya masih sakit dan tubuhnya lelah. Saat menuju meja makan dia melihat sosok Tio.
"Kenapa kamu di sini?" Tanya Sara ketus.
"Numpang makan." Jawab Tio sekenanya. Tio sudah mau menghabiskan makanan di meja.
Sara duduk dengan kesal, dia melirik Tio yang makan dengan lahap. Makan begitu banyak kenapa nggak gendut-gendut?
"Nih." Tio menaruh tempe bacem di piring Sara.
"Apaan ini?"
"Mumpung aku sedang baik, harusnya kamu senang."
"Kamu merasa bersalah? Aku sebenarnya malas melihat wajahmu. Mengingatkan pada pria brengsek."
"Kamu mau makan apa ngomel?"
Rambut Tio sudah panjang di bagian depan menutupi matanya, acak-acakan.
"Pergi yuk?"
"Mau kemana?"
"Ikut aku aja. Hei, walaupun kamu putus dengan David setidaknya kamu harus bayar jasaku yang sudah nganter-nganterin kamu kemana-mana selama ini."
"Jadi kamu pamrih?"
"Iyalah, mana ada yang gratis di dunia ini."
Huh. Sara merengut.
"10 menit aku tunggu, nggak usah dandan berlebihan."
"Aku belum makan."
"Nggak usah biar aku yang habisin." Tio mencomot lagi tempe bacem yang tadi diletakkan di piringnya dan memakannya cepat. Sara menghentakkan tangannya dan berdiri.
Sara memakai celana panjang dan blouse juga wedges, sesimple apapun penampilannya jelas berbeda dengan Tio yang seakan sengaja membuat dirinya lusuh itu. Celana jeansnya robek-robek di kedua sisi. Dia juga hanya memakai sendal jepit.
"Not bad." Kata Tio.
"Jelaslah."
Sara membanting pintu mobil, kenapa juga dia ikut ajakan pria ini? Sudahlah, setelah beberapa hari mengurung diri di rumah Sara bosan juga. Lagian kalau bertemu dengan Tio setidaknya dia bisa meluapkan kemarahannya.
"Aku lapar." Keluh Sara.
"Nanti aku kasih makan."
Sara tertawa juga mendengar kata-kata itu.
Tio menyetir mobil memasuki komplek perumahan.
"Mau kemana ini?" Sara menjadi bingung, karena ternyata mereka bukan ke mall, cafe atau tempat nongkrong lain.
Sara mengikuti saja masih dengan wajah bingung. Tio membuka pintu rumah dan mengajak Sara masuk.
"Duduk di situ." Perintah Tio. Sara duduk di sofa. Tio masuk ke rumah dan segera keluar dengan pasangan suami istri paruh baya.
"Ini Sara ma, dan ini papa mamaku Sara."
Sara segera berdiri, dipandangnya wajah Tio yang nyengir. Kemudian menatap pada papa dan mama Tio.
"Nyonya Prawijaya?" Kata Sara dengan mata melebar dan wajah sumringah, dia sampai lupa kalau tingkah Tio aneh.
"Ini calon istriku ma." Kata Tio.
A...apaa?!!!! Sara menganga.
"Oh akhirnya." Nyonya Prawijaya segera memeluk Sara hangat. Sara menyalami mama dan papa Tio juga.
"Kamu sudah makan?" Tanya Nyonya Prawijaya pada Sara yang terlihat mengkaku.
"Belum ma tadi Sara aku culik dari rumahnya, makan malam di rumahnya juga sudah aku habisin semua." Kata Tio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Keraguan (END)
Romance"Aku akan menikah," kata Sara pada David. Wajahnya tersenyum tapi hatinya pilu. "Apa maksudnya itu, Sara?" David mencengkram pundak gadis itu. "Tidak salah dengar. Aku akan menikah, bulan depan," jawab Sara. "Tidak! Tidak akan kubiarkan!" Davi...