25. Persimpangan

48.7K 3.8K 98
                                    

Tiga bulan telah berlalu, hubungan Tio dan Sara semakin mesra. Menambah kekaguman Tio pada istrinya, saat sedang hamil masih telaten mengurusinya. Bersyukur pada Tuhan tidak ada habisnya, mendapatkan istri seperti Sara. Padahal Tio sudah memintanya beristirahat saja, kadang Sara sedikit pucat saat bobot pekerjaan banyak.

"Pak Tio, untuk ke kabupaten di Kalimantan bagaimana, Pak?" suara Sekretaris Tio membuyarkan lamunannya.

"Aku tidak bisa pergi, istriku sedang hamil."

"Baik, Pak."

Mungkin nanti dia akan memantau beberapa hari, karena proyek di sana lumayan besar. Tapi saat ini Sara sangat membutuhkan dia, dan Tio berusaha agar istrinya itu menggantungkan diri padanya. Semacam suami siaga gitu lah. Tio memandangi foto mereka berdua di meja kerjanya.

"Pak." Sekretaris Tio masuk lagi setelah mengetuk pintu.

"Ya?"

"Ada yang mencari bapak."

"Siapa?"

Sekretaris Tio diam.

"Suruh masuk saja."

Tio melihat seorang perempuan muda dan tua masuk, wajah yang muda menunduk dan yang tua menatap garang penuh kemarahan. Tio berdiri dari meja kerjanya.

"Silahkan duduk, Bu. Ada keperluan apa ya?" Tio mempersilahkan mereka.

Tangan Tio ditepis dengan kasar oleh perempuan tua itu, membuat kening Tio berkerut.

"Tidak perlu basa basi, saya ke sini mau minta pertanggung jawaban anda!" Dia melotot marah.

"Pertanggung jawaban apa?"

"Anak saya, sekarang hamil."

Tio melirik si perempuan muda yang masih terus menunduk, "terus urusannya sama saya apa, ya?"

"Tidak usah berpura-pura, anda yang menghamili dia!" Perempuan itu terus menjerit membuat telinga Tio sakit.

Tio menganga, apa-apaan ini? Dia menggaruk keningnya, "Apa ini prank?"

"Prank? Apa maksudnya?"

Tio meliht ke luar pintu ruangannya yang setengah terbuka. Hanya ada sekretaris Tio yang wajahnya pucat karena kaget.

Apa ini kerjaan Sara? Ngidam dan berbuat keanehan?

"Pokoknya sekarang saya minta anda bertanggung jawab! Harus menikahi anak saya."

"Sepertinya ini salah paham." Tio menghela napas. "Saya ... tidak mengenalnya."

"Kurang ajar! Anak saya bekerja magang di sini empat bulan lalu!"

Tio berpikir, mana dia hapal karyawan perusahaannya, ditambah lagi anak magang.

Ibu itu memukuli anaknya dan dia menangis terisak, "benar pria ini?"

Dia melirik Tio takut-takut, "I ... iya waktu itu Bapak lembur sampai malam."

Tio tertawa, waduh, drama apa ini ya? Tio memanggil sekretarisnya mendekat. Dia masih cukup waras dan merasa kejadian ini sangat lucu.

Sekretaris Tio menyuruh tamu itu duduk, wanita tua masih mengomel dengan kemarahan dan perempuan muda itu menangis. Tio menelepon Sara.

"Sayang, kamu ngapain, sih? Ngidam kamu aneh."

"Apa?"

"Kamu ke kantorku sekarang, bisa?"

"Ada apa, sih?"

"Udah, deh, sayang. Nggak usah pura-pura, ini nanti kedengeran sama karyawanku. Kamu mau merusak reputasi suami kamu?"

"Tio, aku nggak ngerti."

Tanpa Keraguan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang