David mengerang, dia memohon pada papanya agar menerima dia bekerja kembali. Papanya sangat malu, bahkan murka tidak mau melihat wajahnya.
"Kalau kamu segera menghamili Sara, mungkin papa saat ini malah bahagia. Bikin malu saja punya anak macam kamu!"
"Aku dijebak, papa juga tau itu. Kenapa semua orang menyalahkan aku? Aku sudah tobat pa." David masih terus membela diri, dia selalu dimanjakan oleh keluarga sekarang diperlakukan sedemikian rupa. Ingin menghancurkan wanita itu, yang membuat dirinya begini terpuruk dalam penyesalan.
"Sekarang, jangan sampai ada yang tau kalau ada wanita yang hamil anakmu."
"Ya. Aku akan turuti perintah papa. Cuma jangan buat aku begini. Sejak awal, sejak awal aku tidak mengharap ini. Terjadi. Dijebak, dikhianati. Bahkan Tio menjauhi aku sekarang."
"Katakan pada Tio nanti untuk segera menceraikan Sara, papa nggak mau punya menantu lain selain Sara. Jangan harap kamu bisa menikahi selingkuhanmu itu." Papa David berkata dengan marah, pria tua itu mempunyai prinsip. Sekali dia bilang A maka harus A, siapa yang menentang bersiaplah masuk neraka.
David menelan ludah, bagus juga begitu. Tio pasti menuruti dia. Saat ini Tio hanya kasihan sama Sara, dan Sara juga karena malu tidak jadi menikah akhirnya sembarangan menerima Tio, gadis itu tidak mencintai Tio. Mereka hanya marah saja padanya, hingga memutuskan untuk bersama. David harus memaksa Vera menggugurkan anak dalam kandungannya, jangan sampai menjadi penghalang hubungan dia dengan Sara nanti.
Beberapa kali David menelepon Tio, masih belum diangkat. Rencana pertama berbaikan dengan Tio dulu. Setelah itu akan mudah masuk ke dalam kehidupan mereka. Tio itu sahabat karibnya, jadi dia tau apa saja kelemahan Tio juga bagaimana sifat-sifatnya.
Dari grup alumni dia mendapt kabar kalau Tio sedang opname di rumah sakit, Tio dijadikan bahan guyonan karena terlalu ngebet malam pertama dan mengalami semacam shock. Sayangnya, orang yang bersangkutan tidak ada di grup itu. Teman-teman alumni berniat untuk menjenguk Tio di rumah sakit. David seketika tersenyum sumringah, Tio dan Sara tidak boleh bersama. Dia akan memastikan hal itu.
🌼🌼🌼
David menyusup bersama sekitar delapan orang teman alumni yang menjenguk Tio di rumah sakit. Dia melihat dari kejauhan wajah Tio. Sara sedang membelakangi mereka, menyuapi potongan buah ke Tio. Senyum Tio mengembang, cengengesan, manja sekaligus sedikit genit. Membuat David sakit hati. Sialan! Dia lupa hal itu, memang saat ini Tio tidak memiliki rasa pada Sara, tapi kalau mereka dibiarkan bersama terus. Bisa-bisa tumbuh benih cinta, David tidak bisa membiarkan itu terjadi.
"Oh hei." Tio melihat mereka masuk ke dalam ruangan, Sara seketika berdiri, parasnya pucat melihat David juga ada di sana.
David dengan seketika tertawa, "Wah! Pengantin baru langsung tumbang."
Sara hanya diam, sedangkan Tio tampak tersenyum paksa. Beda sekali dengan senyumnya tadi.
Mereka melingkari tempat tidur Tio, salah seorang menyerahkan parcel buah pada Sara.
"Cepat juga kabar beredar." Tio berkata.
"Oh, Melody yang memberi informasi di grup. Sayangnya dia nggak bisa ikut karena ada pekerjaan, dia titip salam."
"Oh," sahut Tio. Melirik wajah Sara sedikit berubah, Tio seketika menggenggam tangannya.
Reaksi itu mendapat perhatian dari teman Tio. "Pengantin baru, maunya nempel terus." Salah satu menggoda mereka.
Yang lain menimpali, "Tidak menyangka ada yang berhasil menaklukkan Tio."
"Tinggal David nih, kapan mau nikah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Keraguan (END)
Romance"Aku akan menikah," kata Sara pada David. Wajahnya tersenyum tapi hatinya pilu. "Apa maksudnya itu, Sara?" David mencengkram pundak gadis itu. "Tidak salah dengar. Aku akan menikah, bulan depan," jawab Sara. "Tidak! Tidak akan kubiarkan!" Davi...