13. Lebih Dekat

57.2K 5.1K 88
                                    

Tio sedang tidur pulas saat Yuda datang dan mengguncang tubuhnya.

"Bang, bangun. Ada calon kakak ipar datang."

Sara? Ada apa Sara datang?
Tio segera bangun dan mencuci wajahnya, dia mematut dirinya di cermin.

"Acieee udah keren bang, tumben-tumbenan pake ngaca dulu. Mantap juga nih calon kakak ipar." Yuda menggoda abangnya.

"Berisik kamu. Awas saja nanti kalau minta jajan."

"Abang masa gitu aja sampe ngancem." Cemas juga Yuda kalau nggak dikasih duit jajan, soalnya Yuda dijatah sama mama karena boros.

Tio memperingatkannya sambil menyeringai, sebelum keluar. Dia melihat Sara berdiri saat melihatnya muncul. Wanita itu, memang wanita cantik banyak, tapi Sara selalu menawan. Gerak-geriknya menarik, dia memakai pakaian kasual yang lebih santai hari ini.

"Kamu tidur?"

"Harus dijawab?" Tio menaikkan alis, Sara tersenyum.

"Kakak ipar makasih martabaknya," celetuk Yuda sambil ngeloyor melewati mereka sambil memakan martabak. Tio meringis.

"Kamu bawakan bocah itu martabak?"

"Kenapa?"

"Bersiaplah untuk direngekin terus."

Perkataan Tio membuat Sara tertawa lagi, "tidak apa, aku nggak keberatan." Sara menunduk, seperti tersipu. Tio meraih tangannya, ayo berbincang di kamar. Pasti Sara kaget, karena Tio mengajaknya ke kamar.

"Tidak bakalan diapa-apakan, masih ada Yuda di sini. Bisa bahaya, dia bakal ngintip."

"Ada-ada aja." Sara duduk di sisi tempat tidur Tio, nuansa simple bewarna coklat dan putih kentara di sana, juga aroma kayu yang membuat Sara nyaman.

Tio duduk di sebelahnya, mendadak seperti saling canggung.

"Tumben diam," kata Sara.

"Kalau berduaan di atas ranjang, jadi ingin melakukan adegan ranjang."

Sara mendorong pipi Tio dan tertawa.

"Kamu sekarang banyak tertawa, tidak membenci aku lagi kan?"

Sara menatap Tio dengan matanya, Tio memperhatikan, kenapa bulu matanya jadi panjang ya?

"Bulu mata kamu memanjang?" Tio seperti keheranan.

"Astaga, ini extension Tio."

Tio menghela nafas, "sudah cantik, bahaya kalau semakin cantik."

"Kar-karena mau menikah," sahut Sara. Jawaban Sara membuat Tio berbunga.

"Terkadang aku heran." Sara menatap ke depan, "bukannya aku mau membandingkan kamu dengan David, tapi kamu seperti mengetahui perubahan yang terjadi padaku sekecil apa pun."

"Hmm."

"Apa kepedulian itu hanya padaku atau untuk orang lain juga?"

"Tidak tau, aku nggak pernah punya orang lain untuk diperhatikan."

Sara tertawa kecil, Tio melanjutkan, "kecuali keluargaku, aku sepertinya juga tidak memperhatikan mereka dengan begitu detail."

"Aku senang, walau belum percaya kalau hal itu benar sepenuhnya. Tio, aku nggak membenci kamu."

"Cuma sebal?"

Sara nggak menjawab.

"Pertengkaran kecil itu bumbu-bumbu hubungan, kalau tidak begitu nanti hambar."

"Begitu. Jadi kamu bosan kalau tidak bertengkar?"

Tio meraih pinggang Sara ke arahnya, wajah Sara teralih ke tempat lain. "Selain bertengkar, kemesraan itu wajib," bisik Tio. Tio mendekatkan wajah Sara ke arahnya.

Tanpa Keraguan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang