"Surat panggilan untukmu." Ibu asrama menyerahkan surat yang terbungkus rapi dalam amplop berbahan kertas mahal itu.
Minju mengkerutkan kening, dibacanya amplop surat itu yang di tulis dengan tinta emas elegan dengan emblem lambang perusahaan yang sangat bonafit. Perusahaan ini bergerak di bidang jasa kontruksi dan sangat terkenal. Minju tahu emblem perusahaan ini, dan dia mengenal perusahaan ini, yang sering disebut-sebut dosennya, dan juga yang sering muncul di media massa terutama yang menyangkut leteratur bisnis dan keuangan.
Perusahaan ini benar-benar didirikan dari bawah, CEOnya yang menurut gosip masih muda, memulai usahanya ini setelah pulang dari sekolahnya di Amerika. Dia menderikan perusahaan dengan sistem yang serupa dengan join ventura dengan penanaman modal dari perusahaan asing yang bergerak di bidang sejenis. Dan kemudian dalam waktu lima tahun sudah merajai jajaran perusahaan kontruksi yang patut diperhitungkan.
Sebuah surat panggilan? Itu benar-benar membuat Minju bingung. Dia merasa tidak pernah mengirim surat lamaran ke perusahaan ini. Perusahaan ini terlalu bonafit untuk fresh graduate sepertinya. Tapi bagaimana mungkin ada surat panggilan kalau dia tidak pernah mengajukan surat lamaran?
Ibu asrama tersenyum melihat raut kebingungan Minju. "Sudah, buka saja. Mungkin isinya benar-benar panggilan kerja untukmu."
"Tapi Aku tidak pernah merasa mengirim surat lamaran ke perusahaan ini, Eomma." Minju terbiasa memanggil Ibu asrama dengan panggilan Eomma.
Ibu asrama ini sudah seperti ibu kedua baginya. Ketika ia sebatang kara dan orang tuanya meninggal, Minju memutuskan berhenti sekolah dan mencari pekerjaan. Kebetulan saat itu seorang tetangganya mengenalkannya dengan Irene Ahjumma. Seorang pegawai yang sangat bertanggung jawab terhadap sebuah asrama panti asuhan yang saat itu sedang membutuhkan pembantu dan teman untuk menunggui asrama.
Irene Ahjumma adalah seorang janda tanpa anak yang hidup sendirian. Dan kehadiran Minju sangat membantunya. Bahkan kemudian Irene Ahjumma mengusahakan beasiswa untuk Minju agar dia bisa melanjutkan sekolahnya. Dan kemudian semua terasa mudah bagi Minju, beasiswanya terus berlanjut hingga Minju lulus kuliah.
Tentu saja sebagian biaya hidupnya harus Minju tanggung sendiri. Dia sekolah sekaligus bekerja sebagai pegawai asrama panti asuhan tersebut mengurus administrasinya. Bahkan kadang menjadi pegawai kebersihan kalau sedang tidak ada tenaga kebersihan.
"Mungkin itu rekomendasi dari Universitasmu. Kau, kan, lulusan terbaik." Irene Ahjumma tersenyum. "Ayo, buka."
Dengan enggan dan sedikit takut, Minju merobek amplop itu. Sebelumnya ia benar-benar memastikan amplop itu ditujukan untuknya. Setelah yakin, ia mengeluarkan kertas surat yang tak kalah elegan itu dan mulai membacanya.
Dengan hormat,
...Maka kami meemanggil anda untuk menjalani rangkaian interview...
Minju mengerutkan keningnya, membacanya berulang kali.
"Bagaimana?" Irene Ahjumma begitu optimis dan penasaran.
Minju tersenyum. "Benar. Memang surat panggilan pekerjaan."
"Kau harus datang."
"Tapi, Eomma. Aku masih bingung."
Irene Ahjumma menggelengkan kepalanya, menelan semua bantahan Minju. "Tidak semua orang berkesempatan sepertimu, Minju. "Kau harus datang dan memenuhi panggilan kerja itu."
Minju terdiam, mengerutkan kening, tapi pikirannya melayang, hidupnya terasa begitu mudah. Seolah-olah Tuhan mengulurkan tanganNya langsung dan membantunya. Dia mendapatkan semuanya dengan begitu mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
REASON (END)
Romance🔞Kim Minju menikah dengan Ahn Yujin, Orang yang telah membunuh orang tuanya.(Mature Content)