8

2.4K 226 35
                                    

Minju merasakan dirinya bagai burung Beo. Hanya bisa menirukan kalimat-kalimat Yu Zhen ahn sajangnim. Apakah atasannya ini sedang bercanda? Membicarakan dengan begitu mudahnya? Pernikahan adalah hal yang penting dan sakral bagi Minju. Dan itu membuatnya langsung menolak mentah-mentah tawaran Yujin. "Aku tidak bisa menikah denganmu begitu saja..."

"Kau mungkin saja sudah mengandung anakku." Gumam Yujin tenang. "Tidak terpikirkan olehmu, kan, Minju?"

Minju tertegun. Mengandung anak Zhen Ahn sajangnim? Tetapi bukankah itu terjadi kalau mereka benar-benar berhubungan intim semalam? Sedangkan sekarang mereka sama-sama tidak bisa memastikan apakah hal itu benar-benar terjadi atau tidak.

"Aku akan menemui dokter."

"Dan mengatakan apa?" Yujin tersenyum sinis. "Bahwa kau tidak ingat sudah bercinta atau belum lalu mengecek keperawananmu?"

Minju menelan ludahnya. Tentu saja dia tak bisa melakukan itu. Dia akan mati karena malu sebelum melakukannya. Denyutan di kepalanya semakin terasa. Antara bingung dan frustasi. Membuatnya meringis melihatnya dan Yujin mendorong cangkir kopi Minju mendekat.

"Minum kopimu. Percayalah, itu akan membuatmu sedikit lebih baik." Gumamnya lembut sembari menyesap kopinya sendiri.

Minju menurutinya. Menyesap kopi itu dan merasakan rasa pahit yang kental memenuhi rongga mulutnya. Mengembalikan kesadarannya. Mereka duduk dalam keheningan. Saling berhadapan di meja makan kecil di dapur itu, sampai kemudian Yujin menghela nafas dan memulai pembicaraan.

"Aku tidak akan memaksamu, Minju. Yang perlu kau tahu, aku bersedia bertanggung jawab. Kau tahu aku tidak pernah merusak perempuan yang lugu sebelumnya. Dan kemungkinan kau sudah mengandung anakku..." Lelaki itu menatap Minju. Mencoba berkompromi karena kasihan melihat wajah Minju yang semakin pucat. "Mungkin kita bisa bertunangan dulu sampai ada kepastian apa tindakan kita sebelumnya."

Minju hanya terdiam. Masih bingung dengan apa yang harus dilakukannya.

"Pertunangan tidak akan merugikanmu. Kita tidak akan mengumumkannya. Hanya antara aku dan kau, dan mungkin beberapa orang terdekat kita. Kita bisa membatalkannya kapan saja kalau tidak ada kesepakatan diantara kita."

Yujin mengutuk dirinya sendiri karna menawarkan pertunangan yang longgar. Seharusnya dia langsung menikahi Minju. Memastikan bahwa gadis itu tidak bisa lari dari dirinya.

Tetapi Yujin tidak bisa ketergesa-gesaan hanya akan membuat Minju semakin menjaga jarak dengannya. Dia harus membuat Minju merasa nyaman dengannya. Sebelum kemudian, perempuan itu akan menyerahkan diri kepadanya secara sukarela.

Minju terdiam meresapi kata-kata Yujin. Lelaki ini pasti sangat jago bernegoisasi. Karena dia bisa merangkai kata-katanya dengan begitu membujuk. Minju merasa dirinya terbujuk. Perempuan mana yang bisa menemukan seorang lelaki yang begitu bertanggung jawab kepadanya. Mengingat kalau mereka memang melakukan hubungan intim itu. Tidak ada cinta didalamnya.

"Aku akan memikirkannya."

"Kau harus menerimanya, Minju." Yujin setengah memaksa. Tidak mau memberikan Minju kesempatan untuk berpaling. "Kau akan bertunangan denganku. Dan kita akan membicarakan pernikahan." Dengan tegas lelaki itu berdiri dan menatap Minju dengan tatapan tak terbantahkan. "Tunggu sebentar, aku akan kembali." Gumamnya tegas. Lalu meninggalkan Minju.

Tak lama kemudian, Yujin kembali membawa kotak yang jika Minju tak salah duga berisi sebuah cincin. Wajah Minju langsung memucat begitu memahami keseriusan dari pihak Yu Zhen Ahn sajangnim.

"Tunggu sebentar, sajangnim..."

"Jangan menolak, Minju." Yujin tersenyum. "Dan, panggil aku dengan namaku. Panggil aku Yu Zhen Ahn."

REASON (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang