31

4.9K 250 86
                                    

Mereka berdiri berdampingan di depan makam kedua orang tua Minju. Yujin merangkul Minju erat-erat. Dalam keheningan yang syahdu. Setelah itu, tanpa kata, Yujin meletakkan rangkaian bunga ke makam ayah dan ibu Minju.

"Apa yang kau katakan kepada mereka?" Minju menatap suaminya dengan lembut, ketika mereka berjalan pulang melalui area pemakaman itu.

Hari ini Minyu genap berumur dua bulan. Setiap bulan mereka mengunjungi makam kedua orang tua Minju dan meletakkan bunga.

Yujin tersenyum dan mengecup dahi Minju dengan lembut. "Kata-kata yang sama, bahwa aku meminta maaf dan berjanji akan menjaga putri mereka dengan sebaik-baiknya."

Minju memeluk Yujin dengan erat. "Kau sudah melakukan janji itu dengan sangat baik."

"Dan akan terus kulakukan tanpa mengenal lelah." jawab Yujin lembut.

Mereka melangkah menuju mobil mereka dan melanjutkan perjalanan pulang dalam keheningan. Suasana terlalu syahdu dan indah untuk dipecah dengan percakapan.

Sesampainya di rumah, Minju langsung menuju kamar bayi. Menengok putrinya, Minyu sedang tertidur pulas di balik selimut warna pinknya. Tadi dia sudah menyusui anaknya sebelum meninggalkannya sebentar untuk ke makam.

Yujin menyusul, berdiri di belakangnya dan memeluknya lembut, bersama-sama mereka menatap buah hati mereka yang tertidur dalam damai.

"Dia sangat cantik... Sepertimu." Yujin mendesahkan pujiannya, lalu mengecup leher Minju dari belakang. "Kau sangat harum, aroma bedak bayi." bisik Yujin mesra.

Minju tertawa. Bekas memandikan anaknya telah meninggalkan aroma khas bayi di tubuhnya, dengan manja dia membalikkan tubuhnya dan mendongakkan kepalanya, lalu menatap Yujin menggoda.

"Mau tidur siang?"

Yujin mengernyitkan keningnya, menatap Minju dengan ragu. "Memangnya kau sudah bisa?"
Yujin belum pernah menyentuh Minju sejak pertikaian hampir setahun yang lalu. Bahkan ketika Minju hamil dia juga tidak menyentuh Minju, sesuai janjinya. Sampai kemudian Minju melahirkan dan mereka menyelesaikan permasalahan merekapun, Yujin tetap tidak bisa bercinta dengan isterinya karena Minju masih dalam masa pemulihan setelah melahirkan.

Oh. Jangan ditanya betapa beratnya perjuangan Yujin hidup selibat hampir setahun lamanya. Tubuhnya selalu bergairah, apalagi ketika Minju ada di sekitarnya. Kejantanannya selalu menegang keras, seperti sekarang, merindukan kenikmatan murni ketika dia membenamkan diri di tubuh isterinya yang indah.

Dan ketika melihat isterinya itu menganggukkan kepalanya, mengisyaratkan persetujuan untuk bercinta, Darah Yujin langsung menggelegak penuh gairah. Tatapannya berubah membara, diangkatnya Minju dengan lembut dan dibawanya melalui pintu penghubung menuju kamar.

Dibaringkannya Minju di tempat tidur dan ditindihnya, tangannya menumpu tubuhnya sehingga tidak membebankan berat tubuhnya di tubuh Minju, wajah mereka berhadapan.

"Kau ingin cara yang bagaimana?" Yujin berbisik menggoda, tidak bisa menahan dirinya untuk menunduk dan mengecupi bibir Minju yang ranum. "Aku sudah terlalu lama menahan gairahku untukmu, mungkin aku akan langsung meledak begitu memasukimu."

Yujin sudah siap. Kejantanannya sudah menonjol keras di balik celananya, menggesek Minju dengan menggoda ketika dia bergerak. Jemari Yujin menurunkan gaun Minju dengan lembut. Memuja tubuh isterinya yang semakin montok dan berisi setelah melahirkan, membuat darahnya menggelegak. Yujin menghindari untuk menyentuh payudara Minju yang ranum, tahu bahwa payudara itu begitu sensitif karena menyimpan asi untuk putri mereka.

Mereka saling menelanjangi dengan cepat, dan Yujin mendesakkan tubuhnya pelan, menyentuh kewanitaan Minju dengan kejantanannya dan menggodanya. Tetapi lelaki itu masih sempat menatap Minju dan berbisik parau.

REASON (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang