24

1.8K 188 59
                                    

Yujin menyetir dalam perjalanan pulang, penuh tekad. Dia membawa seikat bunga mawar dan sekotak cokelat mahal berbungkus kertas keemasan dan berpita merah.

Malam ini dia akan mengaku kepada Minju.

Dia akan mengaku, lalu menyerahkan semua keputusan di tangan Minju. Dia akan menjelaskannya sejelas mungkin agar Minju tidak salah paham dan mengambil kesimpulan yang salah. Dia akan meyakinkan bahwa semua yang dilakukannya berasal dari rasa bersalah yang kemudian berkembang menjadi cinta. Pada akhirnya Minju akan menghargai kejujurannya. Yujin yakin itu. Yujin bergantung kepada keyakinan itu.

Sejujurnya dia ketakutan setengah mati, tidak tahan kalau harus menghadapi kebencian Minju. Kebencian yang menghancurkannya. Sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Membuat hatinya hancur lebur.

Ketika mobilnya diparkir di garasi, dia menatap ke arah rumah dan jantungnya berdegup kencang. Malam ini adalah malam penentuan. Diraihnya kotak cokelat dan bunga itu, lalu melangkah memasuki rumah.

Rumah sepi dan gelap. Yujin mengernyit. Biasanya Minju sudah menunggunya di ruang tamu, menyambutnya dengan ceria sambil bercerita tentang harinya lalu menodong Yujin untuk bercerita tentang harinya juga. Tetapi rumah terasa lengang dan sepi. Para pelayan pasti sudah tidur di bagian belakang rumah, di mana Minju?

Yujin melangkah menaiki tangga, membuka pintu kamarnya dengan pelan. Kamar itu gelap, dan setelah Yujin menyesuaikan matanya dengan kegelapan ruangan, dia menemukan Minju duduk di pinggir ranjang, menatapnya dengan ekspresi yang tidak terbaca.

"Minju? Kenapa?" Yujin melangkah masuk, dan seperti biasa berlutut di depan istrinya, disentuhnya dahi Minju dengan lembut. "Kau sakit?"

Minju memiringkan kepala, menghindari Yujin, sebuah gerakan refleks yang sama sekali tidak diduga oleh Yujin, isterinya menghindari sentuhannya? Kenapa? Apa yang terjadi?

"Minju?"

Ruangan itu gelap. Tetapi tatapan Minju yang ditimpakan kepada Yujin begitu tajam, penuh luka. Membuat jantung Yujin berdenyut cemas.

"Aku hanya menginginkan sebuah kebenaran. Jawab pertanyaanku, Yujin." Minju menghela nafas dalam-dalam. "Apa kau orang yang menyebabkan kematian ayahku?"

Dunia seakan runtuh di bawah kakinya. Seketika itu juga. Seakan menelannya dan membuat rongga dadanya terasa sesak, sesak yang menyedihkan. Minju sudah tahu. Minju sudah tahu entah dari siapa, dan dia terlambat.

Apa yang harus dia lakukan? Istrinya ini pasti sekarang sangat membencinya, menolak sentuhannya. Muak kepadanya. Yujin menundukkan kepalanya, suaranya keluar penuh kepedihan.

"Ya..."

Jawaban singkat itu sudah cukup. Hati Minju hancur seketika itu juga. Air mata mengalir deras di pipinya, seluruh pertahanannya hancur, membuatnya luluh dan tidak berdaya. Jadi semuanya benar. Semua ini hanyalah kebohongan yang dibangun Yujin. Semua ini hanyalah kepalsuan.

"Kenapa kau membohongiku." Minju terisak-isak dalam kepedihan. "Kau membohongiku, kau menipuku selama ini. Dan aku.. Dan aku bahkan mencintaimu! Oh, Ya ampun! Betapa bodohnya aku!" Minju berdiri, menghindari kedekatan Yujin dan melangkah ke dekat jendela. "Kau tega, Yujin!"

Yujin merasakan kesakitan luar biasa melihat kesedihan Minju. Yah. Pada akhirnya yang dilakukannya hanyalah membuat Minju menangis sedih. Sama seperti sepuluh tahun lalu, yang bisa dilakukan Yujin hanyalah menghancurkan kehidupan Minju, membuat perempuan itu menangis. Dia memang jahat, dan sekuat apapun dia mencoba, dia memang tak termaafkan.

"Aku memang jahat, Minju. Aku... Aku tidak pernah bermaksud membohongimu. Aku... Aku hanya takut mengungkapkan semua kebenaran kepadamu, takut kau akan membenciku."

REASON (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang