"Apa kabarmu?" Yujin langsung bertanya begitu mendengar suara Wonyoung menyahut teleponnya.
Suara diseberang sana terdengar mendengus kasar. "Oh... Oppa, tak kusangka kau masih ingat menelepon adikmu yang kau biarkan terjebak dengan seekor ular di sebuah pulau terpencil."
Yujin tertawa mendengar nada sarkatis di suara Wonyoung.
"Mendengar suaramu, aku berkesimpulan kalau kau baik-baik saja."
"Aku baik-baik saja, hanya sedang bosan setengah mati."
"Bagaimana dengan Nancy?"
Wonyoung mendesah. "Nancy baik-baik saja. Dia sudah hampir sembuh dan sangat menyebalkan, kami saling membenci satu sama lain dan tidak tahan seruangan, kurasa itu juga yang memberi motiviasi kepadanya untuk sembuh lebih cepat. Dia akan pulang lusa. Aku juga."
Yujin mengerutkan keningnya. "Menurutmu apakah dia punya rencana untuk mengganggu lagi?"
"Siapa yang bisa tahu apa yang ada di balik kepala cantiknya itu." Wonyoung tertawa. "Kau harus waspada, Oppa. Dia sepertinya menyerah sekarang. Aku berusaha menunjukkan kepadanya bahwa dia sama sekali tidak punya harapan."
"Yah semoga dia melangkah mundur. Aku sudah terlalu sibuk untuk direpotkan dengannya." Yujin mengehela napas dalam-dalam. "Aku akan mengungkapkan semua kepada Minju"
"Kau yakin?" Suara Wonyoung merendah. "Menurutmu Minju akan mengerti?"
"Aku tidak tahu." Yujin mendesah. "Tetapi dia mencintaiku. Dan tidak adil kalau aku terus merahasiakan kenyataan ini dari dirinya. Lagipula aku takut kalau suatu waktu dia mendengar kenyataan itu dari orang lain. Kepercayaannya padaku akan hancur total kalau itu terjadi."
Wonyoung terdiam, tidak bisa membantah kebenaran yang ada di dalam kata-kata Yujin. Memang benar. Rahasia tidak akan bisa selamanya tersimpan. Lagipula paling baik kalau Minju mendengarnya langsung dari Yujin daripada dia mendengarnya dari orang lain lalu merasa bahwa Yujin telah membohongi dan menipunya selama ini.
"Kapan kau akan mengatakannya?"
"Dalam waktu dekat." Yujin mengerang dan mengacak rambutnya frustrasi. "Kurasa aku harus menyiapkan diri dan keberanian dulu, dan menunggu waktu yang tepat."
"Semoga semuanya lancar, Oppa." Wonyoung ikut merasakan kegelisahan Yujin. "Kabari aku, ya."
"Pasti. Doakan aku, Wony."
"Pasti. Aku menyayangimu, Oppa."
"Nado saranghae, Baby."
"Menjijikkan, Oppa!"
Yujin terkekeh sebentar. Lalu telepon ditutup. Menyisakan kegelisahan di dalam diri Yujin. Kegelisahan yang mulai melingkupinya, bercampur dengan ketakutannya. Takut Minju akan meninggalkannya.
.
.
.
Jinyoung mengawasi rumah Yujin dari kejauhan, dan mengetahui bahwa setiap hari Yujim berangkat kerja dan Minju dirumah bersama para pelayan. Dia tidak bisa bertamu begitu saja ke rumah Yujin. Para pelayan itu mungkin ada yang menjadi mata-mata Yujin yang mengawasi dan langsung melaporkan kalau Jinyoung datang ke sana, dan Yujin akan langsung pulang dan menggagalkan semuanya.
Jinyoung harus bertindak hati-hati, dia harus menggiring Minju supaya berada di luar rumah dan bertemu dengannya, ditempat mereka tidak akan diganggu, di tempat di mana dia bisa leluasa membeberkan semua rahasia busuk Yujin. Dan setelah itu Minju pasti akan sangat membenci Yujin.
KAMU SEDANG MEMBACA
REASON (END)
Romance🔞Kim Minju menikah dengan Ahn Yujin, Orang yang telah membunuh orang tuanya.(Mature Content)