20

2.2K 187 58
                                    

Mereka sedang makan malam ketika suara perahu boat terdengar mendekat. Minju mengernyit, tamu lagi ? Diliriknya Yujin, lelaki itu tampak tenang-tenang saja.

Mereka makan malam bertiga, Yujin, Minju dan Nancy yang sudah mulai bisa berjalan meskipun masih harus mengenakan penyangga badan. Suasana makan malam dingin dan kaku, Nancy tak banyak bicara seperti biasanya. Meskipun Minju sempat melihat perempuan itu berkali-kali menyentuh Yujin seolah tanpa sengaja.

Seorang pelayan masuk, mengantarkan tamu yang baru tiba itu.

"Wony." Yujin berseru dan meletakkan makanannya. "Kejutan tak terduga, kenapa kau datang kemari?" Lelaki itu berdiri, mengajak Minju dan memeluk adiknya.

Wonyoung mengibaskan rambutnya yang sedikit berantakan, dia memeluk Minju dengan hangat, lalu melirik ke arah Nancy lalu duduk di kursi di meja makan itu. Yujin dan Minju kembali duduk.

Para pelayan dengan sigap langsung mengantarkan hidangan untuk tamu tambahan mereka itu.

Wonyoung melirik ke arah Nancy dan tersenyum kaku. Mereka memang saling mengenal, tetapi tidak begitu akrab.

"Hai, Nancy. Kudengar dari Yujin Oppa kau sudah di sini beberapa hari dan mengalami kecelakaan, bagaimana kondisi kakimu?"

Nancy mengangkat alisnya dan tersenyum manis. "Masih sakit dan bengkak, aku tidak bisa berjalan kalau tidak pakai penyangga."

"Wah sepertinya penyembuhanmu akan memerlukan waktu lama." Wonyoung sekuat tenaga menyembunyikan nada sinis di dalam suaranya.

Nancy mengangguk, melirik Yujin, seolah ingin menebak apa rencana Yujin dengan kedatangan Wonyoung yang mendadak ini. Apakah Yujin menyuruh Wonyoung datang untuk melindungi Minju dari serangannya?

"Ya. Kakiku sepertinya memerlukan waktu lama untuk sembuh." Nancy menyentuh lengan Yujin dengan lembut dan tersenyum penuh arti. "Maaf, Yujin. Sepertinya aku harus berada di rumah ini lebih lama, aku tidak bisa kemana-mana."

"Tidak masalah." Yujin menjawab datar. Minju yang sedang mengamati Yujin mengernyitkan alisnya. Yujin tampak berusaha sekuat tenaga untuk fokus kepada makanannya dan menahan diri untuk tidak tertawa. Kenapa suaminya tampak begitu geli? Apa yang ada di dalam benaknya?

Wonyoung sendiri tampak menahan senyum, dia menyendok satu suap penuh sup krim asparagus kental dengan kepiting di dalamnya, dan memutar bola matanya senang.

"Wow, masakan Kyung Soo yang luar biasa. Aku merindukannya, kurasa ini sepadan dengan tinggal di sini beberapa lama sementara Yujin pergi."

"Apa maksudmu?" Nancy langsung menyela, merasa waspada.

Wonyoung melirik Nancy tidak peduli, lalu menatap Yujin,

"Oh aku belum mengatakan maksud kedatanganku kepada kalian, ya? Oppa, aku mengalami masalah dengan negosiasi dengan pihak Jepang. Mereka tidak percaya kepadaku, dan ingin pelaksanaan nego diwakili oleh kau langsung." Wonyoung menghela napas panjang.

"Itu tender yang yang besar dan mereka menahannya sampai kau pulang. Kita akan rugi besar kalau sampai proyek itu tertahan lama, karena itu dengan baik hati, aku menawarkan diri untuk menggantikanmu menjadi tuan rumah di rumah ini untuk tamu kita." Wonyoung melirik Nancy dengan sinis. "Sementara kau dan Minju pulang untuk mengurus tender itu."

"Apa?" Nancy hampir menjerit, lupa akan sikap datar dan menahan diri yang dipertahankannya. "Tidak! Kau tidak bisa melakukannya kan, Yujin? Masa kau akan tega meninggalkan aku yang sedang sakit sendirian di sini?"

Wonyoung mengedipkan matanya nakal kepada Nancy. "Kau kan tidak sendirian, Nancy. Ada aku di sini menemanimu."

Nancy melirik Wonyoung dengan marah, lalu mengalihkan pandangannya kepada Yujin. "Yujin... Aku.. "

REASON (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang