Sajak Luka dan Tahta

52 0 0
                                    

Dahulu sejarah luka membalut cinta, duka dan luka dua makna yang menjadi nyata, luka-luka menganga akibat ulah penguasa,
Surya hadir sebagai lawan, rembulan datang tanpa harapan.

Ah, mungkin hanya perasaanmu saja, katanya,,,
Dunia dibagi dua, diktator sinis hadirkan bengis, kuasa jadikan dirinya lupa akan pencipta.

Lima ratus sembilan tahun yang lalu
Bangsa yang ramah menjadi marah
Bangsa yang kaya punya derita
Bangsa yang nyata menjadi buta
Darah mulai bertahta, nurani mereka pun bertanya,
Apa ini yang dinamakan cinta???

Dibalik kemegahan alam, kotor manusia menjadi duka, arogansi penguasa hina dan memberi luka.

Kesenjangan, kemiskinan, keadilan, hukum, seolah menjelma menjadi barang antik penguasa.

Kapitalisme menjadi ajang pamer tahta, idealisme menjadi jasad tak berdaya,
Penguasa menjadi raja manusia,
Titah nya memberi luka alam semesta.

Hati kita dimana???

Tanah yang kaya akan budaya
Digores tinta noda
Vandalisme derita menjadi cipratan abstrak dalam balut estetika,
Berdarah-darah para pembela,
Sungguh...
Masyarakat menjerit miris
Meringis menahan tangis

"Ibuu aku lapar"
"Jangan nangis nak"
"Ibu... Ibu...."

"Hahaha" Tawa terbahak mendadak,
Terlontar dari mulut kejam nan kelam, Kapitalisme... Mencengkram kemiskinan.

Zaman keemasan diambil alih dengan ancaman, keadilan dan tuhan mereka hilangkan, dengan dalih pembangunan, korporat-korporat penuhi hasrat bejat, rakyat dicekoki nasihat,

Aksara dan tahta sering menjadi barang antik nan licik.
Gedung pencakar tonjolkan kemegahan, keadilan sebatas semboyan, pendidikan menjadi ajang pemenuhan pasar,

Manusia sadar dirinya enggan tunduk, hingga berkata "aku di sini... aku di sini bangkit, dari jati diri dan eksistensi sebagai manusia sejati"

Indonesia, Sajak Luka dan Tahta
Arviansyah
1 Maret 2020

Romantika SejarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang