9. Arti Cinta

3.3K 298 28
                                    

"Mencintai dalam kebisuan, mendekap dalam pemikiran, menggenggam dalam khayalan adalah aktifitas menyiksa yang rutin ku lakukan sejak perpisahan."

..........

Dari jauh Salwa memandang pagar tembok tempat dulu dia di besarkan, pondok ini dan Salwa tidak seharusnya dipisahkan.
Salwa sangat ingin datang ke sana dan menanyakan keberadaan Ridho, namun tentu saja dia tidak berani kembali.
Rasa rindu yang dia pendam untuk Umma dan seluruh isi pondok ini memang sangat besar, tapi Salwa lebih memilih untuk memendam semua itu agar tidak merugikan siapapun lagi.
Tapi hari ini dia datang, bukan untuk kerinduan tapi untuk rasa khawatir juga rasa bersalah pada Ridho yang dikabarkan menghilang.

"Salwa?" Panggil seseorang yang membuat Salwa kaget.
"Ri-Rima..."
"Salwaaa!" Rima memeluk Salwa dengan erat sembari menyeka air mata. Rima adalah sahabat terbaik Salwa di pondok ini sepuluh tahun terakhir.

"Salwa, kamu teh kemana aja? Kita semua nyariin kamu. Ayuk kita pulang, semuanya pasti seneng." Ajak Rima sambil menarik lengan Salwa.

"Rima, maaf aku gak bisa balik ke pondok." Tolak Salwa.
"Tapi kenapa? Kamu harus pulang sama aku, kita bareng-bareng lagi."
"Aku gak bisa, sebagai sahabat maka tolong hargai keputusanku," Kata Salwa tegas.

"Aku butuh alasan! Kamu teh gak bisa pergi gitu aja, kamu lupa siapa yang membesarkan kamu? Sekarang kamu malah membuat abah dan umma susah." Rima tersulut emosi, menurutnya apa yang Salwa lakukan adalah kesalahan besar dan membuat kekacawan.

"Justru aku pergi agar abah dan umma tidak susah lagi."
"Tapi nyatanya Mas Ridho pergi entah kemana, abah sekarang masuk rumahsakit. Kamu jahat banget, Sal!"
"Apa?! Abah masuk rumah sakit? Gimana keadaannya?"
"Kalau kamu teh emang perduli sama abah, kamu lihat sendiri saja di rumah sakit Mitra, aku mau pulang. Assalammu'alaikum." Rima meninggalkannya begitu saja, Salwa tau sahabatnya pasti kecewa dengan keputusan yang dia buat namun dia tidak bisa menuruti keinginan Rima untuk kembali pulang.
Menjadi egois kadang diperlukan, karna untuk menjalani hidup harus kita sendiri yang menentukan pilihan. Mendengar nasehat itu penting, tapi menjadi gila karenanya itu bodoh.

"Wa'alaikumsalam warahmatullah," jawab Salwa pelan.
Mas Ridho pergi dan abah dirawat, hati Salwa begitu gelisah mendengar kabar ini. Langkah kaki membawanya sampai ke depan pintu kamar di mana abah terbaring setelah menanyakan pada receptionis.

Abah sedang terpejam sedangkan umma duduk di sebelahnya membaca mushaf, air mata jatuh begitu saja, penyesalan itu hadir merasuk kedalam hatinya jika Salwa tidak pergi mungkin ini semua tidak perlu terjadi. Salwa ingin sekali masuk namun dia urungkan, dia berdo'a dengan hikmat untuk kesembuhan dan kebahagiaan abah dan umma, dua orang yang sudah membesarkannya dengan penuh cinta.

"Apa yang kamu lakuin di sini?" Tegur seseorang yang membuat Salwa sangat kaget.
"Mas Ridho?"
"Ayo masuk." Ajak Ridho pada Salwa. Gadis itu tidak bisa mengelak lagi karna Umma sudah melihat mereka berdua di depan pintu.
"Ridho, Salwa. Alhamdulillah ya Allah kalian kembali." Umma memeluk Ridho dan Salwa bergantian.

"Kalian dari mana saja? Abah dan umma sangat khawatir dengan kalian berdua. Ayo masuk abah pasti senang melihat kalian berdua," Ucap umma beruntun tak memberi jeda Salwa dan Ridho menjawab. Keduanya menurut masuk mendekati brangkar abah.

"Bah, maafkan Ridho," kata Ridho sambil mencium hikmat tangan sang ayah yang masih tertidur.

"Bah, bangun anak-anak sudah pulang." Umma sedikit mengguncang bahu suaminya agar segera bangun.
Salwa menatap ketiga orang itu dengan perasaan gelisah, dia merasa tidak seharusnya ada di tempat ini bersama mereka.

"Salwa, kemari." Panggil abah yang sudah membuka mata dan menyadari kehadiran dua orang yang sangat dicintainya. Abah sangat menyayangi Salwa meski bukan anak kandungnya. Apa yang Salwa lakukan sangat sulit abah percaya namun gadis itu mengakui segalanya sampai membuat abah kecewa di tambah kepergian Salwa membuat abah benar-benar terpukul.

Salwa lebih mendekat, air mata kembali jatuh.
"Jangan pernah pergi lagi meninggalkan abah dan umma, kalian adalah hidup abah," ujar lelaki paruh baya itu dengan sangat lemah.
"Sudah, abah istirahat saja dulu. Jangan banyak pikiran, Ridho janji gak akan ninggalin abah lagi, maafin Idho, bah."
"Abah sekarang sudah baik-baik saja, ada yang ingin abah bicarakan dengan kalian berdua..."
"Abah sudah istirahat saja dulu sekarang," sela umma.

"Tapi ada yang ingin abah bicarakan pada mereka," tolak abah yang masih saja lemah.
"Sudah, abah istirahat saja sekarang. Ridho, Salwa kalian bisa tunggu di luar biar abah istirahat." Perintah umma. Ridho dan Salwa beringsut pergi meninggalkan ruangan itu.

"Aku mau pulang," ucap Salwa pada Ridho saat mereka sudah berada di luar ruangan.
"Pulang ke mana?"
"Tempat tinggalku sekarang."
"Jangan meninggalkan abah dalam kondisi seperti ini, mas mohon," pinta Ridho tulus.
Dengan perasaan bingung Salwa akhirnya mengangguk, di satu sisi Salwa memang sangat ingin tetap di sini, di sisi lain Salwa khawatir dengan perasaannya jika terus berdekatan dengan Ridho, juga bayangan Azzam yang akan memarahinya jika tidak pulang. Namun kondisi abah jauh lebih penting dari semuanya.

"Terimakasih," kata Ridho.
"Aku tetap tinggal buat abah, bukan karna permintaan Mas Ridho," ujar Salwa menegaskan agar Ridho tidak salah paham. Ridho tersenyum.
"Awa, jangan seperti ini. Kalau Awa belum bisa menerima perasaan mas ya tidak apa, tapi jangan perlakukan mas seperti orang asing. Mas gak akan memaksa Awa, mas sudah sadar ini bukan saatnya. Mas minta maaf soal kemarin." Jelas Ridho.

"Syukurlah kalau mas sudah sadar, Awa juga minta maaf sudah bersikap kasar dengan Mas Ridho, Awa gak bermaksud seperti itu. Mas Ridho pantas dapet perempuan yang jauh lebih baik dari Awa nantinya," ujar Salwa yang bergetar dikalimat terakhirnya. Ridho memang pantas dengan perempuan yang baik, tapi Salwa berharap itu dirinya. Harapan sejak masa kecil untuk terus hidup bersama Ridho.

"Sudah, gak usah bahas itu lagi. Malu rasanya hehe," Canda Ridho.
"Hehe, Mas kemana aja selama ini?"
"Kamu tau mas pergi dari mana?" Ridho balik bertanya.
"Dari temen kelas Mas Ridho, perempuan. Kayaknya dia suka banget sama Mas Ridho ckck."
"Hah? Siapa?"
"Gak pake kerudung, cantik, hidungnya mancung banget ada tahi lalat di ujung hidungnya." Jelas Salwa.
"Ooooo itu si Sabrina, dia mah yang suka nyontek PR mas hahahha," Salwa ikut tertawa, suasana kembali mencair mereka kembali seperti dulu kala, ini adalah hal yang sangat Ridho rindukan.
Jika cinta justru membuat jarak, maka Ridho rela mengubur cintanya demi kembali melihat Salwa tertawa bersamanya.
Cinta adalah sebuah perasaan paling mulia dan dimuliakan, semulia cinta Ayyub Alayhiwasallam pada Rabbnya. Dia kehilangan harta, juga anak-anaknya, bahkan beliau sendiri terkena penyakit yang menghancurkan tubuhnya namun Ayyub tidak meminta semua itu kembali seperti semula hanya minta disisakan hati untuk terus mencintai Rabbnya.
Seperti cinta Ibrahim Alayhiwasallam, bertahun-tahun menantikan kehadiran buah hati namun setelah Allah berikan malah Allah sendiri memerintahkan meninggalkan bayi dan istrinya di tempat yang jauh dan tandus hanya berdua. Begitulah cinta, penuh rasa percaya.
Seperti cinta Ismail yang merindukan kehadiran Ayah namun saat berjumpa justru akan menyembelihnya, dia berbaring menyerahkan nyawa. Cintanya adalah sebuah pengorbanan segalanya akan dia berikan demi cinta Ayah dan Rabbnya.
Seperti cinta Siti Hajar, yang berjuang dari Sofa ke Marwah mencari air untuk sang buah hati meski tak ada setetespun hasilnya yang terpenting dari cintanya adalah sebuah perjuangan, berhasil atau tidak itu urusan Rabbnya. Satu yang harus kita tau, Rizki datang dari arah yang tak terduga, datang dari hentakan kaki ismail kecil.

Dari semua bentuk cinta, yang terpenting adalah mencintai Rabb dengan sebenar-benar cinta maka tak mungkinlah kita dibuat gundah gulana dengan kecintaan terhadap dunia.

"Aneh ya. Kamu yang ketawa, aku yang bahagia."

............

Terimakasih untuk semua yang udah setia nungguin aku apdet.
Aku ❤ kalian banget penyemangatkuu!!!

Kalian suka Azzam Atau Ridho? Alasannya?

-Wattpad cuma selingan, Al Qur'an yang utama-

InsyaAllah Kamu Jodohku [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang