28. Akhir

4.2K 364 1.2K
                                    

"Mengikhlaskan adalah pilihan terbaik dari cinta tanpa kebahagiaan."

@miaelviraa_

.........

"Menjauh!" Salah satu petugas itu berteriak, Salwa benar-benar merasakan takut sekarang. Pakaian para petugas itu dan suhu tubuh nenek ini membuatnya berspekulasi sampai ke mana-mana.

"Ya Rabbi, apa yang kemarin adalah hari terakhir aku bertemu dengan Kak Azzam?" Suara hatinya.

Mereka mendekat, memegang kedua tangan nenek yang sekarang memberontak, dia di bawa paksa oleh dua orang petugas sementara yang satu mendekati Salwa.
.
.
.
"Azzam!" Oma terdengar histeris setelah puluhan kali menelfon Azzam dan baru diangkatnya sekarang.

"Iya, ada apa, Oma?"

"Azzam! Salwa di isolasi, dia berkontak langsung dengan lansia positif covid-19. Oma hanya mendapat kabar, dia tidak diizinkan pulang." Oma sudah terisak, namun lawan bicaranya masih saja diam lalu telfon terputus.

Azzam mengambil jaket navy miliknya, lalu membelah jalanan ibu kota menggunakan motor yang dulu pernah dia pakai membonceng Salwa. Tatapannya kosong, dia menarik gas semaunya.

Ditariknya rem dengan kuat begitu tiba di depan pagar rumah milik Ridho, Azzam meminta santri yang berjaga untuk memanggil lelaki itu karna dia tidak ingin membuat keributan lagi.

Dengan hati yang gelisah, Azzam menunggu Ridho di atas motor sampai lelaki yang ditunggunya itu muncul dengan gamis putih, rambutnya masih basah ketara selesai wudhu. Ridho memamerkan senyumnya, mencoba berdamai dengan kenyataan dan percaya bahwa yang terjadi sudah digariskan oleh Dia yang menggenggam jiwanya.

Sesaat Azzam terpana, lelaki teduh ini memang pantas menjadi suami dan ayah bagi anak Salwa.

"Assalammualaikum," sapa Ridho terlebih dahulu yang dijawab Azzam canggung.

"Ada apa, Zam?" Tanya Ridho sopan.

"Lo santai banget, gak marah atau benci sama gue?"

Ridho tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Azzam, "Awalnya saya marah, sangat marah, lalu saya sadar bahwa kamu memang pantas melakukan itu. Saya yang bersalah karna sudah membawa Salwa saat kalian akan menikah, tapi saya sendiri tidak pernah berencana menikahinya, semua terjadi begitu saja..." Ridho menarik napas, dadanya sesak mengenang hari itu. "... Saya berpikir itu terjadi karna memang dia jodoh saya, tapi ternyata saya hanya melakukan kesalahan." Sekali lagi Ridho menarik napas panjang.

"Sekarang saya sudah mengikhlaskannya, sekuat apapun saya genggam dia akan tetap pergi karna memang bukan milik saya-"

"Sejauh apapun dia pergi bakal balik lagi kalau dia takdir lo, iya kan?" Potong Azzam yang diangguki oleh Ridho.

"Ck mungkin lo emang takdir terbaik buat Salwa, gue balikin apa yang memang milik lo," ujar Azzam dingin tanpa menatap mata lawan bicaranya.

"Maksud lo?"

Azzam mengulurkan sebuah kertas bertuliskan alamat lengkap rumah Omanya. "Pergi ke sana, anak sama istri lo diisolasi kemungkinan terpapar covid-19 di desa itu. Lo bisa ambil apa yang memang milik lo, gue gak akan bisa hidup dan merawat milik orang lain." Dengan sekuat tenaga Azzam menahan amarahnya terbayang bagaimana perempuan lugu itu telah mengkhianatinya, tangannya mengepal namun tidak ia layangkan.

"Anak? Anak apa? Anak siapa? Saya tidak mengerti maksud kamu."

"Salwa hamil, yang jelas itu bukan anak gue-"

InsyaAllah Kamu Jodohku [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang