19. Berita Duka (2)

2.7K 302 220
                                    

Cinta memang harusnya tidak memaksa, tapi memperjuangkan.

🍃🍃🍃

Bendera kuning terpasang di depan pondok pesantren Al Kariim, kiayi pemilik pesantren itu berpulang, menggores duka bagi keluarga dan seluruh santrinya.

Sosok tegas, berwibawa dan baik hati itu telah mengukir kenangan manis diingatan banyak orang tentang kebaikan dan kesholehannya.

Ambulance yang membawa jenazah kiayi sudah terdengar sirinenya, orang yang datang untuk bertakziah sudah berdiri hendak menyambut kedatangannya.

Ramai santri yang tersedu-sedu tanpa suara.

Ridho turun pertama, lalu disusul umma dan Salwa dengan gaun pengan lengkap beserta riasan wajahnya, hal itu cukup menarik perhatian banyak orang.

Jenazah diangkat ke tengah rumah, pada tempat yang telah disiapkan. Umma yang dipapah Salwa dan Ridho tangisnya kian pecah.

"Bah, maafin umma." Lirih suara wanita yang berharap bisa menua bersama ternyata ditinggal lebih dulu.

"Salwa, umma minta maaf karna sudah bersikeras menjauhkan kamu dengan Ridho padahal Abah sangat menginginkan kamu menjadi menantu nya, Abah ingin kalian berdua mengurus pesantren ini, umma mohon kamu bersedia mewujudkan keinginan terakhir Abah." Pinta umma dalam tangisnya. Palu besar seperti menghantam dada Salwa, bagaimana bisa dia menyetujui hal itu sementara ada laki-laki yang sudah dia tinggalkan di meja akad. Bagaimana pula dia menolak keinginan terakhir Abah, kini disampaikan umma di hadapan jenazahnya.

"Umma mohon... Agar Abah bisa beristirahat dengan tenang, dan mengurangi rasa bersalah umma pada Abah, pada kalian semua." Umma terus memohon dalam tangisnya, Salwa dibuat kebingungan dengan kondisi ini.

"I-iya umma, Salwa bersedia." Putus Salwa karna tak tega melihat air mata umma, juga baktinya pada Abah,

Ridho kaget dengan persetujuan gadis yang kini ada dalam pelukan umma, ada rasa bersalah karna sudah membawa gadis itu dari meja akadnya.

Umma memanggil dua santri putri untuk membawa Salwa merapikan riasannya, umma sendiri menyiapkan Ridho dan meminta bantuan penghulu yang kebetulan datang untuk bertakziah.

Tak ada persiapan khusus, Ridho duduk disebelah jenazah Abah drngan gamis putih serta Jaz sederhana miliknya, berhadapan dengan wali hakim yang sudah disetujui Salwa.

"Saya terima nikahnya Salwa Rahmani binti Abdul Manaf dengan mas kawin uang tunai 750 ribu rupiah dibayar tunai!" Ucap Ridho dalam satu tarikan napas, dia tidak pernah menyangka benar-benar bisa menyunting Salwa sebagai istrinya.

"Sah?"

"Sah!"

"Barakallahu laka wa baraka ‘alaika wa jama’a bainakuma fiil Khair." Banyak air mata yang ikut tumpah seiring terucap kata sah. Tanpa rencana, dua orang yang sejak kecil tumbuh bersama kini telah menjadi sepasang suami istri di usia yang masih sangat muda.

Salwa menangis tersedu, bayangan wajah Azzam yang tadi pipinya memerah kini menghantui pikirannya, tanpa permisi dia telah menikahi laki-laki lain dengan baju pengantin dari Azzam.

Ridho meletakkan tangan di ubun-ubun Salwa, dengan hikmat dia berdo'a, memohon kebaikan dari wanita yang dicintainya ini.

Gadis yang masih tersedu itu mencium tangan Ridho, lalu menghambur ke jenazah Abah.

"Abah, Awa sudah turutin keinginan abah. Cuma itu yang bisa Awa lakukan untuk membalas semua kebaikan abah, maaf Awa belum bisa jadi anak yang berbakti, bah." Salwa terus menangis memeluk jenazah abahnya, Ridho menarik Salwa menjauh.

"Abah akan segera dimandikan, Wa."

Salwa kembali dibawa santri menuju kamar yang dulu dia tempati di rumah ini.

"Syukron, ana ingin sendiri dulu."  Salwa mengusir santri itu secara lembut.

Pikirannya terlampau kacau, bayangan Azzam memenuhi kepalanya. Perasaan bersalah menyesakkan dada.

"Kak Azzam, maafkan Salwa..."

..........

Bonus ya gais, part super pendek tapi merubah segalanya 🥺
200 komentar aku lanjut 💚

-Wattpad cuma selingan, Al Qur'an yang utama-

InsyaAllah Kamu Jodohku [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang