005

196 19 0
                                    

Pagi-pagi sekali Jimin terbangun dari tidurnya. Entah kenapa tiba-tiba perasaannya tidak enak, jadi Jimin bergegas keluar kamar menuju dapur guna mencari air minum.
Disana sudah ada Seokjin dan Namjoon yang sedang duduk di meja makan.

"Tumben sudah bangun Hyung".

Tidak ada jawaban. Suasana benar-benar canggung karena masalah kemarin.

"Mau aku buatkan Kopi?".

"Ya boleh satu untuk ku".

Ah, syukurlah Namjoon masih mau menjawab Jimin.
Jimin mengamati air yang sudah tercampur dengan bubuk hitam pekat di dalam cangkir.
Melamun kan Nina, yang menghindari Jimin akhir-akhir ini.
Jimin membawa cangkir kopi miliknya dan milik Namjoon.

"Ini Hyung"

"Terima kasih".

"Yang lain kemana?".
Jimin meletakkan cangkir kopi ke meja.

"Masih tidur, Kelelahan".
Seokjin diam saja dan mau tidak mau Namjoon harus menjawab pertanyaan adiknya.

"Kita belum melakukan kegiatan apapun, dan mereka sudah lelah?".

"Bukan lelah seperti itu. Yang lain kelelahan karena membujuk Nina untuk tetap tinggal".

Jimin spontan menjauhkan bibirnya dari cangkir kopi. Mencoba untuk tidak panik.

"Sekarang dimana Nina?".

"Dia memilih untuk pulang lebih awal, menghabiskan waktu liburan bersama temannya dari pada bersama kita. Itu semua salahmu Jim". Taehyung yang baru saja bangun menjawab pertanyaan Jimin agar laki-laki bermarga Park tersebut tersindir karena membuat jadwal liburan mereka hancur.

Jimin bergegas menuju kamar guna mengambil barang-barangnya.
Dan tidak lupa menelfon salah satu supir pribadi mereka.

"Jangan menyusul. Jangan kacau kan rencana mereka bersenang-senang".

"Tapi Jin Hyung, aku takut Nina akan___

"Nina sudah dua puluh tahun Jimin. Jangan menganggapnya sebagai anak kecil lagi".

"Hyung__

"Lebih baik kita lanjutkan pembahasan soal kecelakaan orang tua kita masing-masing. Tadi malam aku dapat pesan dari kepolisian".

Seokjin dan adik-adiknya memang berniat mencari tau penyebab utama kecelakaan yang menimpa mereka dan keluarga beberapa tahun lalu.
.
.

Nina tidak tau apa yang membuatnya tidak bersemangat menikmati liburan bersama temannya.

"Hei bodoh! Mau melamun sampai kapan".

"Aku bosan Sera".

"Pikiranmu selalu tertuju pada Jimin kan, makanya kamu jadi cepat bosan".

"Eh tidak kok".

"Alah bohong kamu".

Sera memang tau apa saja yang di alami temannya ini, semuanya Sera tau.
Bagi Sera tidak ada yang salah jika Nina memiliki perasaan pada Jimin. Toh, mereka bukan keluarga yang memiliki hubungan darah.
Tidak ada ikatan keluarga diantara mereka, jadi menurutnya itu oke-oke saja.

"Aku punya firasat buruk sama kehadiran Kim Suljin yang kamu ceritakan".

"Entahlah Ra, aku juga bingung harus berbuat apa".

"Ungkapkan perasaan mu saja, sebelum terlambat".

"Secepat itu?".

"Ya! Han Nina. Kamu udah mendam perasaan itu sejak lama. Mau sampai kapan sembunyi terus__jangan mau di dahului orang lain".

TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang