15**

162 16 0
                                    

Hujan tidak ada henti-hentinya turun membasahi bumi dan seisinya.
Langit yang seharusnya cerah, harus rela berubah warna menjadi kelabu demi berjuta-juta titik air yang egois.
Egois dalam keadaan, tidak memikirkan bagaimana keadaan mahluk hidup yang tinggal di bumi ini kelimpungan mencari tempat teduh.

Satu kursi koridor rumah sakit kini jadi tempat Jimin meluapkan emosi yang membuatnya tidak bisa menahan air mata.
Duduk termenung menunggu kabar Kara(Nina) di dalam sana..
Pun calon anak mereka, yang keberadaannya tidak pernah Jimin ketahui selama ini.
Dirinya menyendiri setelah kedatangan saudara-saudaranya__masih pantaskah Jimin menyebut mereka adalah saudaranya.

Harusnya tidak, Jim.

Menatap Rintik Hujan, Jimin jadi teringat dulu, Kara sangat antusias dengan kubangan lumpur.
Jimin akan terpaksa menuruti keinginan Kara untuk ikut berguling-guling di depan panti.

Jimin teringat satu foto, maka Jimin mengeluarkan dompet dari saku celananya.
Foto yang di abadikan Jimin dari kamera pinjaman salah satu donatur panti.
Saat itu Jimin masih berusia belasan tahun.
Foto Dimana Kara merayakan hari ulang tahun ke sembilan tahun, dan Jimin menghadiahi satu kecupan manis di pipi tembemnya dan itu di abadikan tanpa sepengetahuan orang lain. Hanya Jimin dan Kara yang tau tentang Foto ini.
Jimin ingin mengakui bahwa dirinya sudah sejak lama menyukai Kara, dan itu pun Jimin selalu menahan agar tidak keluar batas.
Jimin tidak mau sampai Kara merasa terganggu dengan perasaannya.
Pun Jimin tidak pernah tau tentang Kara yang juga menyukainya.

Sejak awal semuanya di permudah oleh tuhan, tapi Jimin dan Kara yang mempersulit.

"Jimin".

"Oh, Dahe".

"Untukmu". Dahe memberi satu cup minuman hangat.

"Terima kasih".

"Itu....fotomu bersama Kara?".

"Iya, foto ini_banyak sejarahnya".

"Jadi dia alasanmu__pergi ke desa ya?".

"Tau dari mana?".

"Aku__tadi dengar dari kakakmu__Jung Ho-Ho___

"Hoseok?".

"Ah, iya. Dia menceritakan hampir seluruhnya__maaf ya".

"Kenapa minta maaf?".

"Ya, karena sudah lancang. Ingin tahu tentangmu".

"Jimin!".

"Seokjin Hyung, kenapa?".

"Kara".

*

Matahari disini lebih indah saat aku pandang, tanaman mawar mengelilingi diriku.
Tempatnya menyenangkan, tempat apa ini?
Sebelumnya aku tidak pernah melihatnya.
Saat ini aku mengenakan gaun putih, terduduk di hamparan rumput menatap sekeliling, tidak ada orang.

Aku rasa, aku benar-benar sendirian disini.
Ya menurutku begitu, tetapi suara dari arah belakang membuat pendapat ku melebur..

"Kak-Jimin?".

Kak Jimin berada beberapa meter di depan ku. Gunakan kemeja biru muda dan celana bahan berwarna hitam, terlihat semakin tampan.

"Ayo pulang, jangan berada disana terlalu lama".

"Di sini nyaman kak".

"Tapi, disini aku menunggu mu. Bukan hanya aku tapi anak kita, dia butuhkan kasih sayangmu".

"Aku yakin Kak Jimin bisa menjaganya".

"Aku tidak bisa tanpamu, Kara. Anak kita butuh dirimu, Ayo besarkan bersama, Ra. Aku menunggumu kembali".

TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang