Karya: Kartika Dewi Purwastuti
Akun: TikadpCerita ini terinspirasi dari salah satu lagu Amigdala yang berjudul Kukira Kau rumah, sama seperti judul cerita ini.
**
Kau datang tatkala
Sinar mentari senjaku telah redup
Dan pamit ketika
Purnamaku penuh seutuhnya**
Gadis cantik bertubuh mungil itu tak berkedip menatap punggung seseorang yang sedang membelakanginya.
Bibirnya selalu menyunggingkan senyuman melihat setiap pergerakan-pergerakan orang yang sedang di amatinya.
"Lo dengerin gue kan, Lun?" tanya seseorang membuatnya terlonjak.
Gadis cantik itu langsung memandang kesamping, "Lo ngomong apa, Ta?" tanyanya bingung.
"Dari tadi lo nggak dengerin gue, Lun? Ngeselin!" dengus gadis berkamata itu.
Aluna menunjukan cengiran khasnya, dia mengangkat kedua jarinya ke udara membentuk huruf V.
Gadis berkacamata itu kembali mendengus, dia sudah tak heran lagi dengan kelakuan sahabat karibnya itu bila sedang memperhatikan pujaan hatinya, pasti tidak akan peduli dengan yang lainnya.
"Kebiasaan banget lo, Lun!" kesal Mitha mencomot kuaci yang berada di hadapannya dengan cepat.
"Maaf, Ta. Habis si Agam cakep banget ya hari ini, jadi makin sayang!" ujar Aluna dengan cengiran di akhirnya.
Mitha yang melihatnya pun memilih mengabaikan ucapan Aluna, gadis itu lebih memilih menikmati kuaci yang sedang dia makan.
Sedangkan Aluna, kembali memperhatikan punggung Agam. Gadis itu sangat berharap Agam berbalik badan dan menatap ke arahnya, maka akan dia berikan senyuman terbaik yang ia punya.
Tapi sayangnya keberuntungan tidak sedang berada di pihak Aluna, karena baru saja bel pertanda selesainya istirahat berbunyi.
Semua murid berbondong-bondong keluar area kantin menuju kelasnya masing-masing, begitu juga Mitha yang sudah ingin beranjak pergi tetapi terhenti ketika melihat sahabatnya masih saja bengong menatap punggung Agam.
"Lun, ayo udah bel!" ajak Mitha menarik paksa tangan Aluna.
Aluna menghela nafasnya pelan, dia menatap Mitha dengan pandangan memelas.
"Bentaran lagi, Ta. Agam masih duduk anteng tuh!" tunjuk Aluna kearah Agam.
Mitha menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan permintaan Aluna.
Dia langsung menarik tangan Aluna membawanya keluar area kantin. Jika tidak dengan cara seperti ini maka Aluna tetap akan mengeyel meminta untuk berada di kantin hingga Agam beranjak pergi, dan barulah gadis itu juga pergi.
Aluna menghela nafasnya berat. Dia tidak bisa berjauhan dengan Agam walaupun hanya sebentar, rasanya sangat sulit.
Gadis itu sudah biasa berada di dekat Agam, walaupun Agam sama sekali tidak pernah menganggap keberadaannya tetapi tidak apa-apa, Aluna yakin suatu saat nanti Agam pasti akan memiliki perasaan yang sama sepertinya.
***
Bel pertanda pulang sekolah sudah berbunyi sekitar setengah jam yang lalu. Sekolah pun sudah nampak sepi, hanya masih tersisa beberapa murid yang sedang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi KETIGA KC
Short StoryKumpulan antologi cerita pendek oleh para penulis Keluarga Cerama. Silakan baca. Enjoyed!