Karya : Nurhafia Temarwut
Akun : Saathiya0210Cerita ini di ambil dari kisah nyata yang terinspirasi dari lagu Kamu dan Kenangan yang di nyanyikan oleh Maudy Ayunda pada soundtrack film Habibi Ainun 3.
~00~
Suasana pagi di akhir Desember ini sangat indah dengan sang surya yang perlahan mulai menampakkan diri di balik awan, warna kuning keemasan menghiasi kaki langit pagi ini. Namun sang surya yang mulai nampak itu kini telah tertutupi awan kelabu, mengantarkan rintik hujan yang mulai perlahan membasahi bumi seperti air mata yang membasahi pipi seorang gadis yang baru saja merasa kehilangan itu. Alam seakan mengerti keadaan hatinya saat ini. Dia kembali lagi menangis karena merindukan sosok lelaki hebat yang dia cintai setelah ayahnya.
Di tinggal seseorang yang mendapat tempat khusus di hatinya, membuat gadis bungsu dari tiga bersaudara yang bernama lengkap Annisa Qurrota A’yun itu benar-benar merasa kehilangan. Kepergiannya meninggalkan luka yang sangat dalam, menyulam rindu yang tak terbalas dan menanti hadir yang mustahil ada. “Mengapa kau pergi dengan cara seperti ini, setidaknya berilah aku sedikit waktu, untuk mengatakan padamu bahwa aku sangat mencintaimu. “ batinnya. Nisa masih tak percaya bahwa seseorang yang dia cintai itu telah pergi dari hidupnya untuk selamanya. Berita kepergian yang ia dengar sebulan lalu kini masih terus berputar bagaikan kaset rusak di telinganya. Sebuah panggilan masuk dari nomor yang tak di kenal itu seakan mimpi buruk yang berkepanjangan baginya.
“Hallo. Assalamu’alaikum, Kak.” sapa seseorang di seberang sana yang suaranya terdengar familiar. Ya, dia adik dari pria yang di cintai Nisa .
“Wa’alaikumussalam. Iya, dek”. jawab Nisa.
“Ini terasa sulit untuk aku sampaikan. Namun Kakak harus tahu kebenarannya, Kak fahri.…,”
“Apa yang terjadi dengan Kak Fahri?” tanya Nissa memotong perkataan Adik Fahri.
“ Ka Fahri meninggal....,” ungkapan yang keluar dari mulut adiknya itu terasa seperti sayatan pisau yang melukai hati Nisa.
Handpone yang ada dalam genggaman tangan Nisa terjatuh begitu saja, seakan tubuh itu tak bertulang. Tetes demi tetes air mata jatuh begitu deras membasahi pipinya, tetesan itu kini berubah menjadi tangisan yang sangat keras. “Apakah ini mimpi? Jika ini mimpi, seseorang tolong bangunkan aku dari mimpi yang menyakitkan ini”. Batin Nisa.
“Aku hiks hiks harus bagaimana tanpa dirinya hiks hiks,” kata Nisa sesengukan dalam pelukan Kakak Perempuannya.
“Ikhlaskan dek. Kamu mencintainya namun Allah lebih mencintainya.” kata Kakak Nisa sambil mengusap lembut kepala sang Adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi KETIGA KC
ContoKumpulan antologi cerita pendek oleh para penulis Keluarga Cerama. Silakan baca. Enjoyed!