Ketikaku Bersujud

22 0 0
                                    

Lagu rossa: ayat-ayat cinta
Judul: ketika ku bersujud

ketika ku bersujud

Albert menatap Anita lama. "Kamu sangat cantik" pujinya yang sukses membuat gadis tersebut tersenyum malu. "Udah lah Al. Gak usah mancing aku lagi" ucapnya. 
  
  
  "Toh ini Kenyataan" jujur Albert. Anita benar-benar menyukai pria di depannya ini. Tapi mau bagaimana lagi mereka berbeda keyakinan.
  
  
   Anita tersenyum hambar memikirkannya. Dia seorang muslim dan berkerudung sedangkan Albert adalah keturunan indo Belanda. Dan orang tuanya sangat membenci Islam. Suatu hubungan yang sangat ironis bukan.
  
  
   "Kau tau Al! Kita tidak bisa bersama bukan. Itu tidak mungkin" Anita menunduk sedih dengan suara sendu. Al menatapnya dia sangat mencintai Anita.
  
  
   Jauh sebelum Anita datang ke dalam kehidupannya ia memang tertarik dengan agama Islam. Itu sangat bertolak belakang dengan kedua orangtuanya.
 
  
    Albert menggenggam erat tangan Anita. "Tuntun aku mengucapkan kalimat syahadat" ucapnya. Anita terkejut. "Kau bercanda Al?" Tanyanya.
   
 
   "Tidak aku serius Nita! Jauh sebelum kehadiran mu aku sudah tertarik dengan Islam namun aku masih menyimpan keraguan" Albert mengambil Jeda.
  
 
   "Dan berkat mu keraguan ku ini menghilang. Kau menceritakan indahnya Islam di mataku" jelasnya.
  
  
   Anita mengis haru, "bagaimana dengan keluarga mu?" Tanya Anita. "Untuk beberapa waktu aku sanggup merahasiakannya" jelas Albert.
  
  
   Pada hari itu Albert resmi menjadi seorang mualaf di sebuah mesjid di London. 
  
 
Anita adalah seorang mahasiswa yang bersekolah di kota indah London. Sebab itulah mereka bisa bertemu.
  
  
   Hari hari mereka lewati dengan tawa bahagia. Mereka tidak tau apa yang akan menguji hubungan mereka nanti. Seberat apa yang harus mereka lewati.
  
  
  Tapi untuk sekarang mereka merasa senang. Setidaknya untuk sekarang. Setiap detik yang berharga yang tidak akan mereka lupakan.
  
  
  "Albert" panggil Jonson papanya. Albert berdiri tanpa berniat untuk memalingkan wajahnya. "Jauhi wanita sialan itu" perintahnya.
  
 
  Albert tidak peduli dia meneruskan langkahnya. "Dasar anak kurang ajar! Karena wanita itu kau membangkang" serunya.
  
  
   "Cukup pa! Albert bukan anak kecil yang harus di kekang selalu" ucapnya.
  
 
   "Jika kau memilih wanita lain papa tidak masalah. Yang terpenting jangan gadis yang sejenis wanita itu" Jonson menatap anaknya tegas.
 
   
   "Aku yang lebih tau apa yang membuat aku bahagia pa" jelas Albert.
  
  
  "ALBERT!" Jonson benar-benar kesal dengan anaknya itu. Dia begitu dibutakan cinta. Ditambah lagi sekarang Albert sering berdiam diri di kamarnya.
  
  
  Albert pergi menemui Anita di sebuah kafe. "Hi! Al gimana hafalan shalatnya? Lancar tidak?" Tanya Anita antusias. "Pasti dong aku kan cerdas" pujinya.
  
  "Yaelah" Anita menyenggol lengan Al. "Dah lah tu makan aja yuk" ajaknya. Albert tersenyum cerah. 
  
  
  Tanpa mereka sadari ada seseorang yang memerhatikan mereka dari kejauhan.
  
   Anita menatap Albert lama. Ia sangat menyayanginya bahkan untuk sekedar diungkapkan saja tidak cukup.
 
  
   Entah mengapa ia merasa cinta mereka tidak akan bertahan lama. Hati Anita mencelos mengingat bagaimana keadaan mereka sekarang. "Ya Allah lindungilah hamba dan pria yang berada di depan hamba. Pria yang masih lemah imannya. Pria yang menyembunyikan keimanannya. Hamba berserah diri kepada Mu ya Allah" Anita berdoa di dalam hatinya.
  
  
   "Al habis ini kita ke masjid ya" ucap Anita. Albert mengangguk.
  
  
Allahu Akbar...
Allahu Akbar...
  
   Terdengar azan yang amat merdu yang berasal dari masjid tersebut. Mereka berdua melangkah memasuki bangunan suci tersebut untuk melaksanakan shalat ashar. 
  
  
    Setelah shalat Albert mengantar anita dan pulang ke rumahnya.
 
  
   "Albert!" Seru papanya yang berada di depan pintu. Albert bahkan tidak menghiraukannya. "Papa tau kau sudah pindah agama" ucap papanya yang berhasil membuat Albert terkejut.
  
  
   "Keluar Albert! Keluar dari agama itu" ucapnya. "Tidak pa! Walaupun papa mengusirku dari rumah ini" ucap Albert spontan.
  
  
   "Dasar anak keras kepala. Bawa dia" perintah Jonson pada bodyguardnya. Mereka pun membawa Albert ke sebuah rumah tua. Mereka merantai Albert pada sebuah tiang.
 
  
    "Paksa dia untuk keluar dari agama itu! Bagaimanapun caranya" ucap Jonson kepada para bawahannya.
  
  
   "Ucapkan tuhanmu dua nabiku dusta". "Allah maha esa Muhammad adalah utusannya" ucap Albert.
 
Bugh...
 
Pukulan telak menghantam wajah Al yang membuat sudut bibirnya robek.
"Ucapkan!" Seru pria tersebut. "Allah Tuhanku Muhammad nabiku" ucap Al lagi.
  
Bugh...
Bugh...
  
  Perut kini menjadi sasarannya. "Ucapkan!"
 
"Tidak akan pernah"
 
Bugh...
Bugh...
Bugh...
 
  Pukulan bertubi-tubi dilayangkan. Hingga Albert memuntahkan darahnya.
 
......
 
 
   Sudah dua hari Al tidak menghubungi Anita. Ia menghilang tanpa jejak seperti di telan bumi. Sudah dua hari pula perasaan Anita resah tanpa sebab.
  
  
   Ting...
 
Suara notifikasi chat. Anita membuka ponsel tanpa semangat. Namun sedetik kemudian dia bahagia, bagaimana tidak itu chat dari Al.
  
  "Temui aku di taman biasa. Cepat aku buru-buru"
   
  "Baik"
 
  sedikit aneh baginya karena Albert tidak pernah mengajak Anita keluar pada malam hari. Namun sepertinya Albert ingin mengatakan sesuatu yang penting.
  
  
  Anita menyusuri jalan setapak di taman. Gemerlap kota London dan lampu taman yang menyala terang setidaknya tidak terlalu gelap untuk dia lewati sendiri.
  
  
  Tiba-tiba ada seseorang yang menutup mulut dan hidungnya. Anita memberontak namun tidak berselang lama tubuhnya melemas dengan kesadaran yang perlahan-lahan menghilang.
  
 
   "Ya Allah lindungilah hamba" ucapnya dalam hati.
  

   Byur...
  
  Sesuatu yang dingin membasahi tubuhnya yang membuat Anita bangun dari tidurnya. Ia menetralkan pandangan mencoba untuk memeriksa siapa pria yang berada di sampingnya.
  
 
  "Mr.jonson" ucapnya parau karena masih dalam pengaruh obat bius. Pria itu menatapnya datar.
  
  
   Anita mengalihkan pandangannya kepada seorang pria yang di rantai di depannya. pandangannya kabur namun ia seolah tidak asing dengan wajah pria tersebut. "Al! Apakah kau Al" tanyanya khawatir.
 
  
    Pria tersebut dipenuhi oleh lebam di seluruh tubuhnya. Terdapat tetesan darah di bajunya. "Ya Allah Al siapa yang buat kamu jadi begini?" Tanyanya sambil berusaha berjalan  mendekati Al dengan gerakan lunglai.
  
 
   Al hanya tersenyum hambar. Bagaimana tidak hari ini orang yang mengaku sebagai papanya itu akan melakukan hal yang buruk terhadap gadis yang ia cintai.
  
  
   "Kamu! Itu semua gara-gara kamu" jawab Jonson. Anita bingung perasaan dia tidak melakukan apa-apa pada Albert. "Gara-gara kamu yang memasukkan anakku kedalam agamamu dia tidak mendengarkan kata-kata ku. Dan tidak ingin pergi dari agamamu" jelas Jonson.
  
  
  "sepertinya jika kita menguasai akarnya maka seluruh pohonnya akan dalam kendali kita bukan" Jonson mendekati Anita.
   
  
   "Katakan kau keluar dari agamamu"
  
   "Tidak akan" ucap Anita.
 
 
  Plak...
  
"Anita!" Albert berseru karena papanya menampar Anita.
  
  "Ucapkan" Jonson mencengkram hijab gadis tersebut. "Tidak akan pernah! Sampai kapanpun tidak akan pernah" Anita membangkang.
  
  
   Plak...
   Plak...
   Plak...
  
  "Cukup pah! Aku saja yang kau siksa jangan Anita" pinta Albert. 
  
  
  Jonson tersenyum, "kalau kau ingin menyelamatkan gadismu, keluar dari agama itu" ucap Jonson.
  
  "Tidak! Jangan Albert" Anita tidak ingin Albert keluar dari agama Islam.
  
  
  Al menatap Anita, "kalo itu tidak bisa pa" ucapnya. "Sepertinya tidak berhasil! Anita aku beri dua pilihan" Jonson mengambil jeda.
  
  
   " Nyawamu atau cinta mu yang kau korbankan" tanya Jonson.
  
  
    Anita terkejut itu adalah dua hal yang sangat berat baginya. Ia menutup matanya mencoba mengenang kembali saat-saat ia bersama dengan Albert.
  
  
   Tawa bahagia, dan senyuman tulus tercetak jelas di wajah mereka saat itu. Sebulir air mata mengalir dari pipinya. Keputusan ada di tangannya cintanya atau nyawanya.
  
  
   Anita membuka matanya menatap Albert lama. Sedangkan Albert menggelengkan kepalanya ia tidak ingin wanita yang ia sayangi pergi dari dunia ini di depannya. Itu sama seperti mengambil salah satu paru-parunya dan membelah jantungnya. Sangat tersiksa.
  
  
    Anita tersenyum dengan kedua air mata yang membasahi pipinya. Ia perlahan menunduk hingga posisinya bersujud. "Tiada tuhan selain Allah Muhammad utusan Allah" ucapnya.
  
  
    "Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah. Muhammad adalah utusan Allah" Anita terus menerus mengulanginya.
  
  
    "Stop!" Seru Jonson kerena merasa jengkel. Namun Anita tetap pada pendiriannya. Sedangkan Albert terus menerus memanggil nama Anita.
  
  
    DORR...
  
  Suara itu menggelegar di seluruh sudut rumah tersebut. Anita mendongakkan kepalanya dan...
  
 
   "ALBERT!" Anita menahan tubuh pria tersebut yang mengorbankan dirinya demi Anita. Peluru panas itu menembus perutnya."tidak! Albert!" Suara Anita parau bersamaan dengan tangis yang pecah.
  
  
   "Nita!" Lirih Albert. Dalam satu hentakan Albert mendorong Anita dengan kekuatan terakhirnya.
  
 
  DORR...
  
Peluru ke dua menyusup ke dalam dada Albert yang kemungkinan menebus jantungnya.
   
  
   "Albert!" Anita mencoba mengangkat Albert dengan susah payah. Sedangkan para pria tanpa perasaan tadi telah pergi dari rumah tersebut. Bahkan ayahnya Albert yang menembakkan peluru tersebut pergi tanpa rasa iba.
  
  
  "Ku mohon Albert bertahanlah" ucapnya. Albert hanya tersenyum "aku berhasil Anita! Imanku utuh" Gumamnya dan kemudian menutup kedua matanya. "Albert! Ya Allah kuatkan ia!" Ucap Anita.
 
 
   Hujan deras membasahi kedua insan tersebut. Anita tidak henti-hentinya berdoa di hatinya.
  
   
  Namun di sisi lain, "anakku mati karena kamu! Dan kamu harus menebusnya" ucap Jonson sambil menatap mereka dari dalam mobil.
   
  
   Dia menancapkan gas dengan kecepatan tinggi.
  
   Bruk...
  
  Tubuhnya Anita dan Albert terpental jauh membentur jalanan. Namun ternyata rem mobil Jonson tidak berfungsi sehingga ia menabrak sebuah pohon.
  
  
    "Ya Allah!..." Ucap Anita sebelum menutup kedua matanya. 

Antologi KETIGA KCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang