The Best Hug

24 3 0
                                    

Karya ini terinspirasi oleh lagu Someone you loved oleh Lewis Capaldi.

And I tend to close my eyes when it hurts sometimes
I fall into your arms
I’ll be safe in your sound til I come back around.

Oleh:nurulfrsty

***

Tania memejamkan matanya. Hanya itu yang bisa ia lakukan, ketika bayangan seseorang yang sangat ia cintai menghantui pikirannya.

Tangisnya keluar membasahi pipinya, bersamaan dengan senyuman pilu mengukir bibirnya.

Jika ada yang bertanya, mengapa Tania lebih memilih untuk memejamkan matanya daripada membuka matanya, maka jawabannya, adalah karena pada saat itulah, ia bisa merasakan bagaimana pelukan hangat Gio di masa lalu. Daripada membuka matanya, dan harus melihat kenyataan pahit, jika pria itu sudah tak ada di sampingnya.

Gio memeluk erat tubuh mungil Tania. Bahkan, lautan ini menjadi saksi bagaimana mereka berpelukan dengan penuh sayang. Dengan senyuman manis, yang menambah tingkat ketampanan wajahnya.

"Kamu nggak perlu tahu, alasan kenapa aku sayang sama kamu, Ta. Yang perlu kamu tahu, aku ada di sini karena kamu diciptakan."

Setelah mengucapkan kalimat panjang itu, Gio langsung mencium kening Tania. Lalu, memejamkan matanya untuk menikmati sensasi yang tak pernah ia lupakan.

Tania tersenyum. Kalimat yang sudah diucapkan oleh pria di hadapannya, mampu membuat fungsi kerja tubuhnya terganggu. Salah satunya, jantungnya berdetak sangat kencang seperti terserang ledakkan bom yang sangat dasyat.

Padahal, mereka berdua menjalin hubungan bukan satu atau dua tahun, tetapi sudah hampir lima tahun.

"Aku berdoa. Semoga, apa yang kamu katakan itu benar adanya. Aku diciptakan, untuk kamu. Begitupun, sebaliknya."

Tania sedikit mendongakkan kepalanya ke atas, supaya ia lebih leluasa menatap Gio. Mereka berdua tersenyum. Kemudian, kembali berpelukan.

"Ta, ayo cari udara segar!"

Tania membuka matanya, ajakan dari seseorang yang sudah tak asing di telinganya, sudah membuyarkan lamunannya.

Pria itu adalah, Gema, saudaranya. Pria yang selalu ada di sampingnya, mengerti apa yang ia rasakan, tahu apa yang terjadi padanya ketika orang yang sangat ia sayangi pergi meninggalkannya.

Tania menatap sendu ke arah Gema. Entah mengapa, ketika ia melihat Gema, Tania selalu merasa ia sedang bertemu dengan Gio. Ia memejamkan matanya sekilas, mencoba untuk membuang pemikirannya yang salah.

"Aku lagi nggak mau ke luar, Gem," sahutnya, seraya merubah posisi duduknya menjadi tertidur. Setelah itu, ia menarik selimut berwarna merah muda itu, hingga menutupi seluruh tubuhnya.

Gema mengulum bibirnya. Otaknya tengah berpikir, cara seperti apa yang bisa membangkitkan kembali semangat gadis di sampingnya itu.

"Ta, kamu ngurung diri di kamar sudah hampir satu minggu. Nggak kangen udara luar?"

Gema menggoyang-goyangkan tubuh Tania, supaya gadis itu terbangun, dan mau menghirup udara segar di luar sana. Namun, sepertinya usaha yang Gema lakukan sia-sia. Buktinya, gadis itu tetap bergeming.

***

Setelah sekian lama, akhirnya Gema kembali ke dalam ruangan sunyi ini.

Antologi KETIGA KCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang