"Diminum tehnya" Tzuyu meletakan secangkir teh dihadapan Minghao.
"Terimakasih"
Kini keduanya tengah duduk diruang tamu apartemen Tzuyu dan Mingyu. Minghao nampak sesekali memainkan jemari tangannya seolah ia sedang diwawancara untuk diterima sebagai karyawan perusahaan padahal nyatanya hanya berbincang biasa dengan istri sahabatnya itu. Membahas soal Mingyu... kira-kira apa yang perlu ia ceritakan pada Tzuyu soal sahabatnya itu?
"Memangnya apa yang kamu mau tahu soal Mingyu?"
"Tentang masa lalunya mungkin. Aku yakin banget kalau dia bisa memiliki kelainan perasaan seperti ini pasti karena masa lalunya" Tzuyu tersenyum kecut, "Entah perlakuan keluarganya, atau pertemanannya, atau mungkin juga percintaannya..."
"..atau mungkin ketiganya" potong Minghao.
Tzuyu terdiam seketika dan menatap Minghao dengan binar ketulusannya, "Bisa kamu ceritakan semuanya sekarang? Aku mau tahu semuanya..." ujar Tzuyu yang dijawab dengan anggukan kepala Minghao.
"Aku kenal Mingyu di usia 6 tahun saat kami masih di sekolah dasar. Semua orang mengagungkannya karena dia anak orang kaya. Dia memiliki banyak teman, kami semua bermain bersama, tertawa bersama, sampai akhirnya kami kena hukuman karena tidak mengerjakan PR" Minghao tersenyum mengingat kenakalan-kenakalan yang ia dan Mingyu perbuat sejak SD dulu.
"Orangtua Mingyu gak terima kalau anaknya dihukum diluar kelas dan hormat menghadap bendera. Oh ya, dulu itu setiap hari pasti ada wartawan yang meliput dari gerbang sekolah kami hanya untuk mengabadikan setiap pergerakan Kim Mingyu. Bahkan aku pernah masuk TV karena main sama dia" Minghao tertawa kecil membuat Tzuyu ikut tertawa dan menyeruput tehnya. "Intinya, karena kedua orangtua Mingyu menolak keras anaknya dihukum diluar kelas, akhirnya Mingyu diberi keringanan hanya menyanyi didepan kelas"
"Terus yang lainnya?" tanya Tzuyu
"Yang lainnya tetap menghormat bendera sampai siang" Minghao menoleh pada Tzuyu yang sedang menganggukan kepalanya paham, "...Sungguh tidak adil, tapi hidup memang tidak adil"
"Ya, aku setuju dengan ucapan kamu barusan.." Tzuyu menjentikan jarinya didepan wajahnya.
"Hal seperti itu sering terjadi, sampai akhirnya teman-teman secara tidak langsung mulai menjaga jarak dengan Mingyu. Apalagi jika mengingat kenyataan, bahwa sekuat apapun mereka berusaha untuk memperbaiki diri... tetaplah mereka tak bisa mengalahkan seorang Kim Mingyu yang dianggap sangat mulia oleh orang-orang disekolah"
"Terus, awal kamu bisa dekat dengan dia... gimana ceritanya?"
"Karena aku mengaguminya. Mengagumi seorang Kim Mingyu yang dikejar-kejar wartawan sampai memiliki pengawal khusus disekolah, Kim Mingyu yang pakaiannya selalu rapih dari atas kebawah. Sekalipun kami semua memakai seragam yang sama, tapi tetap saja ia terlihat seperti anak orang kaya. Tatanan rambutnya, sepatunya, jam tangannya... wuah aku iri sekali dengan kehidupan mewah Kim Mingyu" Minghao menggelengkan kepalanya mengingat betapa terobsesinya ia dengan sahabatnya itu dulu.
"Sampai suatu hari aku mengajaknya main kerumahku. Kamu tahu? Aku sampai meminta mamaku untuk menyiapkan makanan termahal yang pernah ada. Aku juga meminta mamaku untuk membersikan rumah sebersih-bersihnya, karena aku tahu kalau rumahku tak akan sebagus rumahnya, maka dari itu kuharap rumahku terlihat bersih dan rapih dimatanya."
"Terus?"
"Akhirnya dia datang, kami bermain lari-larian keliling rumah dan siapa sangka dia suka dengan sambal buatan mamaku? Dan siapa sangka juga kalau dia gak laporan ke asisten pribadinya kalau dia main kerumahku dan gak mau pulang hari itu?" Kedua bola mata Tzuyu terbelak dan mungkin bisa keluar dari tempatnya saat mendengar cerita Minghao barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's so Heartless
FanficIni bukan hanya kisah perjodohan biasa... Seorang wanita bertemu seorang pria dan mulai mengenal... Tapi ini jauh lebih luar biasa dimana Tzuyu harus menghadapi pria tak punya hati seperti Mingyu. Bukan karena Mingyu jahat, hanya saja ia tak tahu b...