Sebuah Pukulan

1.3K 134 45
                                    

Tak terdengar suara apapun dikamar ini, kecuali isak tangis Tzuyu yang mendominasi. Gadis itu duduk tersungkur diatas lantai beralaskan karpet berbulu sembari memeluk lututnya erat-erat untuk meluapkan emosi dan rasa kekecewaanya. Bagaimana bisa sesuatu yang ia anggap hanyalah mimpi buruk malah menjadi kenyataan yang benar-benar menamparnya tepat sasaran? 

Rasanya sakit, sangat sakit. 

Disaat ia berjuang untuk membiasakan diri dengan dunia barunya sebagai istri dari seorang pewaris sebuah perusahaan nomor satu, suaminya yang ia sayangi itu malah bermain api dibelakangnya. Tangis Tzuyu kembali mengudara jika mengingat itu, seolah Mingyu melupakan semua kenangan mereka dan juga pengorbanan demi pengorbanan yang ia lakukan selama ini. Apakah pria itu menyadari usahanya? Ah, mungkin tidak. Wajah pucat dan tubuh lemah ini kurang bisa menjelaskan tentang seberapa besar usaha Tzuyu untuk rumah tangga mereka selama ini. 

Tzuyu membuka ponselnya yang tergeletak diatas karpet bersamanya, menunggu balasan pesan dari Yuqi, namun sayangnya tak ada respon dari sahabatnya itu. Ia juga melihat dua kontak yang sering dihubunginya, Minghao dan Shuhua, tapi menghubungi dua orang itu bukanlah hal yang tepat untuk saat ini. 

Mamanya? Tidak-tidak... ia harus bisa mengatasi ini sendiri. 

"Kim Tzuyu..." 

Wanita itu tak bergeming saat Mingyu memanggilnya didepan pintu kamar. Seingatnya tempat dimana ia berada sekarang adalah kamar kosong yang tak memiliki pemilik, jadi ia bebas mau memperlakukan ruangan ini sesuka hatinya. Termasuk dengan tidak membukakan pintu untuk Mingyu diluar sana. 

'Ceklek!'

Pintu terbuka dan Mingyu masuk kedalamnya. Pria itu berjalan menghampiri Tzuyu dan berdiri dipinggiran karpet yang Tzuyu duduki saat ini. Terdengar suara helaan nafas Mingyu yang beradu dengan suara isak tangis sang istri, namun tetap saja tak ada yang mulai membuka suara sampai akhirnya Mingyupun mengalah. "Ayo balik ke kamar" 

"..." Tak ada jawaban.

"Sebesar apapun masalah yang kita hadapi, jangan sampai kabur kaya gini. Kamu sendiri kan yang bilang sama aku waktu itu?"

"..."

"Tzuyu, kamu gak ngasih aku kesempatan untuk jelasin ke kamu?"

"..."

"Terserah!"

Mingyu berjalan kembali ke arah pintu kamar dan mengaluarkan sebuah kunci dari saku celananya. Dalam hati Tzuyu jelas sedikit was-was, bagaimana jika ia dikurung seorang diri diruangan ini tanpa perasaan karena seperti yang kita tahu bahwa Mingyu adalah pria yang tak memiliki perasaan. Walaupun sudah banyak berubah, bagaimana jika tabiatnya itu kembali dengan tak berperasaan pula? 

'Ceklek!' suara pintu dikunci dari dalam. 

Lewat ekor matanya Tzuyu melihat bahwa Mingyu mengunci diri bersamanya diruangan ini. Pria itu berjalan kembali masuk kedalam kamar dan melewati dirinya yang masih tak bergerak setitikpun dari posisinya tadi. Mingyu merebahkan tubuh lelahnya diatas tempat tidur yang tersedia dikamar tersebut, walaupun kasurnya tidak seluas milik mereka dikamar utama, tapi tetap terasa nyaman untuknya. 

"Kita muat kan tidur disini?" tanya Mingyu yang jelas tak berbuah jawaban apapun dari wanita yang masih terduduk dibawah sana, "Pasti muat lah... dulu aja satu sofa berdua bisa muat, masa sekarang enggak?" Ia tersenyum dan memejamkan matanya erat. Mingyu tidak tidur, tidak mungkin tertidur, tapi dengan berpura-pura seperti inilah maka suasana diantara mereka akan terasa lebih baik. 

Mingyu yang tertidur dan Tzuyu yang meluapkan emosinya dengan menangis. 

***

Mata indah yang tengah terpejam itu perlahan-lahan terbuka dan melihat ruangan sekelilingnya. Bukan, ini bukan kamarnya. Iapun mendudukan tubuhnya dan berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi sebelum ia tidur. Sampai akhirnya sebuah jawaban terlintas dibenaknya membuat ia menganggukan kepala beberapa kali dan menoleh kebawah dimana wanita yang ia sayangi tertidur lelap disana dengan posisi duduk bersandar pada pinggiran tempat tidur. 

He's so HeartlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang