Perasaan

1.8K 185 22
                                    

Maaf Nak...

Mama tak bisa membelamu didepan papa.
Bermain sepak bola bukanlah tujuanmu dihidup ini.
Belajarlah matematika yang baik, perhatikan rekan bisnis papamu, lihatlah gedung-gedung pencakar langit diluar sana, kelak itu semua akan berada digenggamanmu, Mingyu.

Melihatmu mengurung diri dikamar,
Memandangi televisi dengan tatapan datar, membuat hati mama hancur.
Bagaimana caranya melihat kamu tertawa lagi? Rasanya menanti senyumanmu sama seperti menanti sebuah ujung pada jalan.

Mingyu, tersenyumlah.

Tzuyu menutup kembali buku itu dan menghela nafas panjang. Berarti sudah 21 tahun Mingyu mengurung perasaanya rapat-rapat dari banyak orang. Bagaimana bisa pria itu melakukan tindakan fatal seperti ini? Apakah sebuah perasaan dianggap seperti sampah dimatanya?

"Bagaimana cara keluarga itu mendidiknya? Bisa-bisa dia seperti ini?" pikir Tzuyu sembari menyimpan buku tersebut kedalam rak buku dan menutupnya dengan buku lain agar tak ketahuan Mingyu.

Setelah puas dengan bacaannya malam hari ini, Tzuyu langsung keluar dari ruang baca dan seketika terhenti saat Mingyu sudah berada didepan pintu ruangan dengan dua buah tiket ditangannya.

"Tiket apa itu?" Tanya Tzuyu

"Bulan Madu"

"Ke?"

"Bali"

"Wuaw..." Tzuyu menutup mulutnya yang terbuka dan mengambil dua kertas ditangan Mingyu lalu memandanginya lekat-lekat. "Kok kamu tahu kalau aku pingin banget ke sana?" Tanya Tzuyu masih setengah percaya tak percaya.

"Kamu suka bunga, dan disana banyak bunga---" Mingyu mengerutkan keningnya dan melirik Tzuyu yang masih menatapnya dengan tatapan aneh, "..Aku hanya asal memilih destinasi" tutupnya seraya berbalik badan dan masuk kedalam kamar mereka yang bersebrangan dengan ruang baca.

Setelah kepergian Mingyu, Tzuyu kembali tersenyum dan melompat-lompat ditempat saking bahagianya. "Yey Bali!!!" Soraknya

***

"Bali tempat yang bagus, disana banyak pantai dan orang barat yang berlibur untuk berjemur, disana tidak ada musim salju" kata Yuqi

"Iya, Gua tahu"

Tzuyu membayar beberapa belanjaan yang dia beli untuk berlibur dan mereka berdua kembali lanjut berjalan mengitari pusat perbelanjaan itu. "Sampai berapa lama disana?" Tanya Yuqi.

"4 hari"

"Sebentar banget?"

"Mingyu harus bekerja secepat mungkin"

"Ohh.."

Tzuyu tiba-tiba berbelok ke toko kacamata dan melihat varian kacamata baru untuk pria dengan wajah sumringah. "Lo mau beliin buat suami lo?" Tzuyu menganggukan kepalanya dan masuk kedalam toko membuat Yuqi yang ditinggal diluar hanya memutar bola matanya malas seraya berjalan mengikuti sahabatnya itu.

"Baju sudah, sepatu sudah, kacamata dan camilan sudah..." Tzuyu menerima kartu debitnya dan juga barang yang ia beli dari penjaga kasir seraya berfikir tentang apa lagi yang harus ia beli ditempat ini demi menunjang perjalanannya di Bali nanti.

"Kamu mau liburan atau bulan madu sih!?" Tanya Yuqi

"Lib----" Tzuyu kembali mengatupkan mulutnya, "..bulan madu"

"Aih, pasti kamu melupakan sesuatu"

"Maksudnya?" Tanya Tzuyu bingung.

Alih-alih menjawab pertanyaan Tzuyu, Yuqi malah menarik wanita dengan dress coklat tua itu menuju lift membuat Tzuyu kebingungan dan hanya pasrah ditarik sekuat tenaga oleh sahabatnya ini.

He's so HeartlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang