ES - 10

65 15 0
                                    

Siang ini gue lagi tengah asik dengan keberadaannya dua keponakan gue. Alatas dan Marsha.

Alatas ganteng tapi bertubuh gempal yang sedari tadi tak berhenti-berhenti menonton acara disalah satu stasiun televisi menampilan film anime Jepang.

Heran deh, padahal Alatas udah kelas 1 SMP. Eh, tapi nggak apa-apa deh dari pada tontonannya yang sinetron cinta-cintaan ya kan.

Sedangkan Marsha sicantik keponakan gue bermain bersama koleksi my little pony. Marsha suka banget deh, sama yang berbau kuda poni. Ngeliat sesuatu yang bergambar kuda poni aja langsung ngerengek minta dibeliin.

Gue? Gue lagi duduk anteng diantara mereka berdua yang asik sama kegiatannya masing-masing. Otak gue menari-nari mikirin perkataan Reyhan yang 'perkataannya' seakan-akan kenal gue udah lama.

Dan, satu lagi. Perasaan gue ke Andra.

Gue akui gue masih suka gugup saat ketemu dia, masih suka nggak bisa kekontrol kondisi wajah kepiting rebus gue. Tapi gue juga agak muak kalau inget kejadian Andra putusin gue secara tiba-tiba.

Ngebikin gue yang adem ayem hatinya jadi melepuh kaya kebakar, panas.

Ting... Nong...

Ting... Nong...

Suara bel rumah gue bunyi, pertanda ada seseorang yang datang kesini. Bertamu.

"Ra! Itu ada tamu kayaknya. Tolong bukain pintu," teriak Mama gue dari arah dapur.

Btw, Mama gue dan Ka Mentari lagi buat sesuatu gitu didapur, dan gue nggak mau ikut campur soal urusan dapur.

Asli udah pw banget masalahnya duduk nyanyai disofa, eh malah ada aja yang ganggu.

Akhirnya gue meng-iya-kan ucapan Mama barusan, gue berdiri dari sofa yang empuk tersebut lalu berjalan menuju pintu.

Ada seseeorang yang nggak asing dimata gue, seorang lelaki yang sempat tadi bikin otak gue muter-muter mikirin perkataannya.

"Ngapain lo?" kata gue sakarstik.

"Gue tamu, bisa nggak lo perlakuin gue dengan baik?" kata Reyhan yang melihat gue sambil tersenyum simpul.

"Ck, lo doang. Ngapain?"

"Gue mau ngasih tahu ke lo Ra, kalau gue itu," katanya sedikit menggantung ngebuat gue penasaran, sedikit.

"Apa?"

"Gue itu...." belum sempat Reyhan menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Mama gue datang.

"Yaampun Ra, ada Reyhan bukannya diajak masuk malah didiemin aja didepan." kata Mama antusias.

Bentar-bentar.

Ko Mama gue tahu Reyhan? Loh ko bisa? Asli ini otak gue makin muter-muter.

Reyhan menyalimi Mama gue dan tersenyum ramah.

"Nggak apa-apa tan, hehe" ucap Reyhan sambil cengengesan.

"Loh? Mama tau Reyhan?" tanya gue melihat ke Mama dan Reyhan bergantian.

"Loh? Ko kamu nggak inget sih, temen masa kecil kamu." kata Mama yang membuat otak gue semakin mau pecah.

Mama mengajak Reyhan masuk keruang tamu, meninggalkan gue yang masih terpaku sama omongan Mama.

Teman masa kecil.

Mama dan Ka Mentari terlihat sangat akrab dan enjoy selagi ngobrol dengan Reyhan. Sedangkan gue masih belum mengerti apa maksud Mama.

"Ra, kamu beneran nggak inget sama Reyhan?" tanya Ka Mentari yang gue balas dengan gelengan kepala.

"Nggak baik loh Ra, ngelupain temen" kata Mama membuat mata gue membulat seketika.

Ending SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang