ES - 11

58 14 0
                                    

Ditoilet gue mengecek kembali buku mata pelajaran dihari Kamis ini yang diawali dengan mata pelajaran Matimatika yang membuat otak pas-pasan gue ingin meledak dipagi yang cerah ini.

Walau cuaca pagi hari ini sangat cerah tapi keadaan gue sekarang terutama otak gue nggak secerah cuaca sekarang. Pasalnya, sudah pagi hari diawali dengan mata pelajaran yang paling amat gue nggak suka dan tentunya memikirkan Andra yang 'katanya' Bianca jalan dengan perempuan yang menyebabkan hubungan gue dan Andra berakhir.

Seharusnya gue sadar kalau gue nggak harus cemburu kesal kayak gini, toh emang gue siapanya Andra?

Tapi yang namanya hati mana bisa dibohongin sih, apalagi gue yang paling nggak bisa nyembunyiin mimik wajah gue.

Gue merapihkan rambut panjang gue menatap cermin toilet perempuan yang panjang, memperbaiki raut wajah gue yang terlihat sangat termenung menjadi memaksakan senyuman.

Ayo Ra! Lo pasti bisa, jangan tunjukkin keadaan murung lo disekolah!

Semangat!

Gue lalu keluar dari toilet dan berjalan kearah kanan untuk ke kelas gue yang letaknya tak jauh dari toilet. Suasana dikelas dipagi ini belum terlalu ramai, hanya ada beberapa murid yang terbilang cukup rajin datang kesekolah pukul 6.15 wib.

Sebuah surat berwarna pink mengambil perhatian gue sebelum gue bersedia duduk dikursi gue. Surat tersebut dibungkus oleh amplop berwarna pink dengan hiasan strawberry ditengahnya.

Sebelum gue membuka isi dari surat tersebut, gue duduk dikursi dan membuka cardigan warna ungu pastel kemudian membolak-balikan surat yang masih terbungkus itu.

Jari jemari lentik gue membuka perlahan surat pink tersebut,

"Ara!!!"

Belum saja gue membuka surat itu terdengar suara cempreng yang sudah gue duga itu adalah Bianca.

"Apaan tuh?" tanya Bianca sembari duduk disamping gue.

Gue melihat kearah surat itu kemudian melihat Bianca dengan ternganga, "Ah? Enggak—bukan apa-apa" gue langsung memasukkan surat iti kedalam laci meka gue.

"Yeu, yaudah."

Gue menghela nafas pelan, gue kira Bianca bakal penasaran sama apa yang tadi gue pegang. Ternyata enggak sama sekali.

"Oiya, lo tau nggak Ra? Tadi pagi gue liat Andra ada dikoridor kelas 12." ucap Bianca menatap gue serius.

"Boong lo! Ngapain coba dia dikoridor 12."

"Et nih anak, gue liat sendiri tadi. Tapi ya nggak tau lah ngapain," kata Bianca sambil mengangkat bahunya keatas sedikit.

"Masih pagi, males ah bahas dia." ucap gue lalu memasang earphone dan mendengarkan lagu Can't Help Falling In Love With You.

"Cie!!" goda Bianca menyenggol lengan gue pelan.

"Ck, apasih." decak gue pelan dlterdengar ketus.

"Eh! Yang namanya Alvira Hardiana mana?" seru seseorang dari pintu kelas gue.

Seorang lelaki yang berambut kribo dan warna kulit yang gelap, membuat gue menengok kearahnya yang tadi menyebut nama gue.

Gue hanya diam, membuat sang lelaki tersebut geram dan teriak kembali.

"Woi, anjir! Mana?" katanya kesal.

"Gue, kenapa?" gue bangkit dari kursi yang gue duduki dan menghampiri lelaki kribo itu.

"Oh, lo? Ditunggu di rooftop sekolah sekarang." lelaki kribo itu menunjuk gue lalu dengan seenaknya memerintah gue untuk segera ke rooftop sekolah.

Ending SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang