ES - 21

28 8 1
                                    

Happy Reading!🤗
.

.

.

Alvira dan Haikal berlari tergesa-gesa setelah sampai dirumah sakit Retno Budi. Merek berdua menuju lobi rumah sakit, menanyakan dan memastikan bahwa ada korban kecelakaan yang dirawat disini.

Setelah sudah dipastikan, mereka berdua segera menuju lantai 15 nomor 42, kabarnya keluarga Andra sudah berada disini dan memindahkan Andra keruang VVIP.

Haikal jalan lebih dulu, disusul oleh Alvira yang berlari kecil dibelakangnya. "Cepet, Ra."

"Ish, iya bawel."

Tangan Haikal memegang knop pintu, membukanya depan perlahan.

"Assalamualaikum," ucap Alvira dan Haikal berbarengan.

Metta menoleh pada arah pintu "Waalaikumsalam." dengan mata sembab, ia menghampiri Alvira dan Haikal.

Alvira tersenyum ramah, tetapi matanya menuju kepada Andra yang berbaring lemah dibrankar rumah sakit. Hatinya sakit melihat seseorang yang ia sakit terbaring lemah tak berdaya.

"Gi-gimana bisa tan?" Alvira membuka suara, menatap Metta lekat-lekat.

Helaan nafas kasar Metta terdengar, "Tante juga nggak tau, tiba-tiba aja tante ditelpon sama pihak kepolisian."

Metta menangis sejadi-jadinya dipelukan Alvira, ia takut terjadi hal yang tidak diinginkan. Alvira merasa iba, iya ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Metta, tangannya terulur pada punggung Metta mengelusnya lembut.

"Tante yang sabar ya, Ara juga disini sedih liat Andra kaya gini. Kita doain semoga Andra baik-baik aja ya," ucap Alvira seraya melepaskan pelukan Metta dan tersenyum.

Haikal merasa diabaikan akan kehadirannya, dua wanita dihadapannya ini sedang menye-menye. "Ekhemm, haikal pamit ya kalau gitu."

"Eh Kal, sini temenin tante sama Alvira. Papanya Andra sedang dalam perjalanan dari luar kota, mungkin nanti malam sampe." jawab Metta menyekat air matanya.

Haikal menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia duduk disamping Metta.

Alvira bangkit dari duduknya, ia menghampiri lalu duduk disamping brankar yang ditiduri oleh Andra. Melihat kondisi kekasihnya yang dipenuhi alat-alat medis ditubuhnya. Ia menitikkan air matanya, hatinya begitu sakit melihatnya.

"Ndra..." ucap Alvira dengan suara parau.

"Kenapa bisa begini sih?" lanjutnya.

Metta membisikkan sesuatu pada Haikal supaya tidak terdengar Alvira yang masih berkutat dengan Andra. "Kita keluar aja yuk, biarin mereka berdua dulu."

Haikal mengangguk mengerti, mengacungkan kedua jempolnya pada Metta. Lalu kemudian mereka berdua keluar kamar VVIP itu tanpa suara.

"Andra, jangan lama-lama tidurnya. Hiks, hiks, hiks," kini, suara Alvira sudah benar-benar seperti orang menangis.

Air matanya tidak berhenti jatuh ke pipi chubbynya, matanya sudah memerah. Tangannya mengusap wajah Andra lembut, membelainya dengan penuh kasih sayang.

Tangan yang satu lagi memegang tangan Andra, menggenggamnya dengan erat. Kepalanya ia taruh tepat disamping tubuh Andra, matanya sayup-sayup menahan ngantuk akibat nangis. Tak lama Alvira pun terlelap dan masuk kedalam mimpinya.

Dikantin rumah sakit inilah Haikal dan Metta berada, memesan semangkuk mie ayam dengan es teh manis yang nikmat. Dan tentunya Haikal bersemangat karena ditraktir, "Oiya tan, tadi Haikal nyuruh temen yang lain buat duluan dateng kesini. Ko sekarang malah nggak ada ya."

Ending SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang