ES - 27

23 3 0
                                    

Vote sama comment nggak bayar ko!
.

.

.

Sepertinya Deisya mulai tertarik dengan tawaran Wawan. Hitung-hitung ia juga bisa memulai pendekatan dengan Wawan. Upss!

Ketahuan deh.

"Oke! Sekarang mending kita cari Alvira." semangat Deisya memuncak, kapan lagi bisa berduaan dengan cowok yang ia suka. Ya kan.

Kemudian Wawan dan Deisya mencari keberadaan Alvira yang sejak tadi ditelepon tidak aktif, dan membuat mereka berdua semakin rumit mencarinya.

Mereka sudah menanyakan teman sekelas Alvira tetapi tidak ada yang melihatnya. Mereka juga sudah mencari diperpustakaan, dan hasilnya nihil.

Lalu mereka berdua bertemu dengan Kamal dan Bianca didepan lorong menuju kantin. Bianca terlihat sangat gembira berduaan bersama Kamal, namun justru Kamal sebaliknya.

"Bi." panggil Deisya pada Bianca.

"Eh, Ka Dei. Kenapa?"

Deisya dan Wawan mendekatkan langkah kakinya kearah Bianca dan Kamal berada. "Lo berdua liat Alvira?"

Bianca mengemut permen lolipop yang diberikan Kamal tadi saat dikantin, lalu melepaskannya dari bibirnya. "Tadi sih dikelas sama gue. Trus dia tiba-tiba lari nggak tau kemana." jawab Bianca.

Ternyata Bianca juga belum mengerti kenapa Alvira seperti itu, saat dia menanyakan kepada Kamal tentang apa difoto itu, Kamal tidak menjawab dan mengalihkan lalu mengajaknya kekantin.

"Lo nggak liat?" kini Wawan bertanya kepada Kamal.

Kamal menggelengkan kepalanya, tidak mengeluarkan suara baik tidak atau pun iya.

"Emang kenapa sih?" Bianca mulai penasaran. "Dari tadi kayaknya pada nyariin Alvira mulu," lanjutnya mengemut permen lolipop ditangannya.

Deisya dan Wawan saling berpandangan. "Siapa yang nyariin?" tanya mereka berbarengan.

Jedag jedug.

Jedag jedug.

Jedag jedug.

Duh, Dei. Bisa-bisanya jantung lo nggak bisa dikontrol gara-gara barengan sama Wawan. Ucap batin Deisya tak karuan, padahal hanya berbicara spontan saja. Mengapa rasanya ingin terbang saat ini juga.

"Kamal." jawab jujur Bianca menunjuk pacarnya dengan sorotan mata.

Kamal bergeming, ia membeku. Dalam hatinya berdoa agar tidak terjadi apa-apa padanya.

"Lo ngapain nyariin Alvira?" tanya Wawan to the point.

Kamal gelagapan, tetapi ia mencoba untuk tidak terlihat gugup. "Nggak ada." Kamal mengambil pergelangan tangan Bianca lalu menyeretnya kasar meninggalkan Deisya dan Wawan yang masih diluputi dengan banyak pertanyaan.

"Lah?"

"Kabur." lanjut Wawan.

Jantung Deisya semakin tidak karuan. Ia mencoba merilekskan detak jantungnya yang berdebar membara. "Gue ke toilet dulu deh." sahut Deisya. Ia harus menetralkan jantungnya ini dengan cara berjauhan dari Wawan.

Ending SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang