ES - 16

46 12 0
                                    

Happy Reading!🤗
.

.

.

Minggu pagi, biasanya gue sempetin buat jogging disekeliling komplek. Ditemani oleh dua keponakan gue yang ganteng dan cantik yang rumahnya juga satu komplek sama gue, cuma beda bloknya aja.

Tapi untuk Minggu ini mungkin libur dulu kali ya, cape lari terus. Apalagi kalau lari dari kenyataan hidup yang paitnya sebanding sama kopi hitam.

Eh, kesindir ya? Yaudah maaf.

Kemarin sepulang dari rumah Andra, gue dapet kabar dari Mamah kalau sepupu gue yang ada di Surabaya bakal kesini!

Gue pasti seneng banget lah, dia salah satu sepupu cewek gue yang udah lama banget nggak ketemu dan main bareng.

Waktu kecil, gue sama Deisya–sepupu gue dikira kembar karena sangking sering main bareng terus.

Sayangnya, gue sama dia dari kecil main hanya kalau keluarga gue ke Surabaya dan sebaliknya keluarga Deisya ke Jakarta.

Saling mengunjungi aja gitu.

Dan sekarang, adalah waktu yang gue tunggu buat ketemu sama Deisya, ah Dei maksud gue. Lebih enak nyebutnya bukan?

Sekarang gue udah siap mau nyambut kedatengan tamu spesial. Duh, apasi.

Gue pake celana jeans repped yang ujung celananya sedikit digulung, sweater rajut warna cream dan sneakers dengan warna yang senada.

Gue pake celana jeans repped yang ujung celananya sedikit digulung, sweater rajut warna cream dan sneakers dengan warna yang senada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ok, udah perfect!

"Yuhuuu i'm coming Deiii bawellll." kata gue lalu bersiap-siap turun kelantai satu melewati anak tangga.

Fakta yang perlu diketahui tentang Dei, dia itu 11 112 deh sama Bianca. Nggak beda jauh mulut merconnya, tapi ada tapinya nih.

Omongan Dei jauh lebih masa bodo dibanding Bianca yang volumenya aja tinggi.

Mata gue berbinar saat ngeliat Mamah dan Papah gue lagi merapihkan ruang tamu dan menata beberapa toples makanan ringan.

"Wihh udah siap aja,"

Kedua orang tua gue nengok, mereka tersenyum.

"Iya dong, kapan lagi Deisya main kesini. Ya kan Pah?." Mamah melirik Papah.

Papah gue mengangguk lalu, menarik lengan gue untuk duduk disampingnya.

"Bener tuh, kamu Ra abis ini kalo bisa ajak Deisya jalan-jalan tuh."

Ide dari Papah boleh juga tuh, ajak jalan-jalan Deisya. Kayaknya bakal seru.

Ting nong!!!

Ting nong!!!

Ting nong!!!

Bel rumah gue berbunyi nyaring, ah akhirnya dia dateng juga.

Dengan cepat gue langsung memegang knop pintu dan membukanya.

Ending SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang