ES - 19

31 12 0
                                    

Sudah terhitung dua minggu Alvira dan Andra kembali menjalankan hubungan asmara, dan selama dua minggu ini hubungan mereka terlihat semakin hangat dan romantis.

Sikap Andra yang setiap saat, setiap waktu terlihat selalu menunjukkan kasih sayang yang semakin lama semakin tidak bisa diragukan.

Dan Alvira yang mulai memberanikan diri untuk mempertanggung jawabkan perkataannya. Ia mulai kembali menerima Andra sang mantan kekasih yang sekarang kembali menjadi kekasihnya.

Gelak tawa renyah mereka membuat isi pengunjung cafe pelangi iri melihat mereka berdua. Sepasang kekasih yang terlihat romantis dimata mereka, apalagi terhadap kaum jomblo. Eh, iyaudah maaf.

Mereka belakangan ini sering bertemu dan menghabiskan waktu berdua walau terkadang hanya setengah jam. Tetapi, mereka tetap meluangkan waktunya masing-masing.

Terlebih lagi pada Andra yang sebulan kedepan akan mengikuti lomba olimpiade matematika. Yang waktunya semakin sibuk memperioritaskan olimpiadenya nanti.

Dan Alvira yang harus memahami situasi saat Andra kadang kala tidak bisa diajak bertemu untuk mengurangi rasa rindunya. Alvira juga tidak ingin hubungannya kembali retak dengan alasan salah satu pihak tidak memahami kondisi salah satunya dan lebih mementingkan ego masing-masing. Ia tidak mau.

Andra membenarkan posisi duduknya, "Ra, kamu nggak ada kegiatan lain gitu? Ikut eskul misalnya," katanya mencari topik.

"Males ah," jawab Alvira tidak peduli.

Ia malah memainkan rambut panjangnya, dililit-lilit hingga menjadi keriting.

"Ra. Gimana pun juga kamu harus cari kegiatan, biar sewaktu-waktu aku sibuk sama kegiatan olimpiade kamu ada kegiatan selain nunggu aku."

Alvira menghela nafas panjang, paling malas kalau sudah membahas yang seperti ini. Alvira suka dengan dunianya, ia tidak peduli akan menunggu seberapa lama kekasihnya itu sibuk dengan soal-soal yang memusingkan. Asalkan dirinya masih sanggup untuk menunggu.

"Ada ko, aku nonton drakor palingan."

"Maksud aku nggak gitu, ya ikut eskul atau organisasi disekolah."

Bola mata Alvira memutar malas, "Aku males Ndra ikut kaya gituan. Bikin ribet doang ah," sekarang Alvira menyenderkan punggungnya kesenderan kursi.

"Iyaudah, aku nggak maksa. Tapi jangan nunggu aku terus ya, aku jadi nggak enak."

Stop.

Ini author sengaja nyindir lho, yang disindir baca cerita saya nggak ya? Atau nggak temannya deh, nggak apa-apa siapa tahu dilaporkan sama dianya.

Oke, lanjut.

Senyum Alvira terukir, "Iya Andra bawel."

"Aku nggak bawel padahal, ngasih tau aja."

"Iyaudah tapi sama aja kan," bela Alvira tak mau kalah.

Yang Alvira pikirkan adalah, bagian mana yang Andra sebut 'tidak enak' saat ia menunggunya, ia tulus dan sabar menunggu kekasihnya itu mengejar gelar juara olimpiade matematika.

Ia juga tidak mempermasalahkan jikalau kekasihnya itu tidak bisa bertemu dengannya seperti ini, yang penting adalah kabar darinya yang ia perlukan.

Tidak masalah rindu yang menghantui dirinya tidak segera disembuhkan, dapat satu kabar darinya saja sudah cukup.

Pintu kaca cafe pelangi terbuka dengan sendirinya saat ada seseorang yang ingin mengunjungi cafe tersebut. Seorang gadis cantik bertubuh sedikit kurus memasuki area cafe pelangi dengan wajah terlihat seperti peran antagonis.

Ending SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang