ES - 09

63 14 0
                                    

Please.. Vote and comment ya!

E N D I N G S C E N E

Pagi ini suasana kelas gue sedang lagi ribut-ributnya dikarenakan nggak ada guru yang masuk, alias jam kosong.

Ini masih pagi si parah, udah jam kosong aja. Kalau mau tuh pas siang-siang, kalau masih pagi gini bawaannya malah ngantuk dan pengen tidur.

Udah gitu dikelas adem, ditambah semilir angin dari jendela kelas.

Sungguh benar-benar ingin tidur.

Gue menelungkupkan wajah gue dimeja, memejamkan mata perlahan. Udara dipagi hari ini juga sejuk, karena subuh tadi turun hujan ngebuat indahnya Kota Jakarta dipenuhi genangan air.

Bianca mengguncangkan badan gue pelan, "Ra, Ara!"

Gue menggeliatkan badan dan mengerang, "Eughh, apa sih Bi?" sahut gue malas.

"Temenin gue ke toilet yukkk." ajak Bianca sedikit memohon, masih terus mengguncangkan badan gue.

"Ah, ganggu!" kata gue ketus pada Bianca. Melihat kearah Bianca yang sepertinya menahan buang air kecil sedari tadi.

"Ayok ke, kebelet nih..." Bianca memohon lagi, terlihat jelas dari wajahnya yang memelas.

Akhirnya dengan malas gue mengangkat wajah gue dan mengiyakan ajakan Bianca. "Ck, yaudah ayok!"

Sekilas senyuman dari bibir Bianca itu terukir indah. Gue dan Bianca langsung meninggalkan kelas dan berjalan menuju toilet perempuan yang berada dilantai dua.

"Cepetan Ra! Gue kebelet." ujar Bianca dengan jalan cepat, gue yang ngelihat itu tidak menghiraukannya.

Gue terus jalan santai tak perduli pada Bianca yang urinnya sudah diujung. Bianca jalan dengan cepat, bahkan sekarang gue udah ditinggalin sama dia, tahu gitu kan mending tadi gue tidur aja dikelas. Mumpung jam kosong.

"Ck," decak gue saat hampir menabrak tong sampah didepan gue.

"Teledor," ucap seseorang yang gue rasa ini suara siswa laki-laki. Terdengar dari suara beratnya.

Gue membalikkan tubuh gue kebelakang, and then... Benar banget dugaan gue, yang bilang itu laki-laki yang tak lain adalah Andra.

Tunggu.. Tunggu.. Andra?

Dia ko pakai seragam sekolah yang sama kaya gue? Dia sekolah disini? Demi apa? Eh gue nggak salah lihat kan?

Gue menganga, mungkin bila Andra tidak berjalan mendekati gue bakal ada air liur yang keluar dari mulut gue. Ih.

Andra menunjuk kening gue sedikit mendorongnya, "Teledor banget sih, tong sampah aja mau disosor." katanya saat sudah benar-benar dihadapan gue.

"Lo? Ngapain disini?" entah, kenapa perkataan itu keluar dibibir gue dengan ngelengos gitu aja. Nanti kalau dia ngiranya gue kepo gimana? Ah, kan nggak seru ketahuan.

"Cie, kepo." katanya sambil tertawa garing.

"Nggak!" cegah gue dan langsung membalikan badan menyusul Bianca yang ada ditoilet.

Gue berjalan cepat dan tentunya dengan jantung yaang berdetak lebih cepat padahal gue nggak lagi olahraga.

Sesampainya ditoilet gue memasuki bilik-bilik toilet, mencari keberadaan Bianca. "Bi, lo dibilik nomor berapa?" tanya gue sedikit kencang.

"Pojok!" sahut Bianca.

Terdengar suara pintu terbuka, menampakkan sosok Bianca yang sudah kelihatannya lega.

"Lo dari mana aja?" tanya Bianca langsung.

"Itu tadi, sempet ketemu sama Andra dikoridor." kata gue jujur.

"Ha? Ko bisa?" shook Bianca dengan mulut yang menganga.

"Iya Bi, gue juga heran. Dan yang buat gue heran banget nih, dia pake seragam sekolah kita tau." kata gue semangat,

"Lah? Masa? Jangan-jangan dia sekolah disini lagi, Ra,"

"Iya kali ya, tapi ngapain? Udah bener-bener disebelah juga sama selingkuhannya." kata gue sedikit kesal.

"Eseh, masih inget aja nih anak." cibir Bianca lalu menyenggong bahu ku.

"Bodo amat!" kata gue lalu lari meninggalkan Bianca didepan toilet perempuan.

"Woy, Ara! Tungguin!" teriakan Bianca sangat kencang hingga membuat seorang guru yang mengajar di kelas X IPS 1 keluar.

"Kamu, ngapain teriak-teriak?" tanya guru lelaki yang berkumis tebal.

"Eh, maaf ya Pak. Permisi." gue ngelihat Bianca nyengir dari kejauhan, haha.

E N D I N G S C E N E

Sepulang sekolah tadi, gue sempat mampir ketoko buku yang ada dipinggiran jalan, jaraknya agak jauh dari rumah dan sekolah gue. Cuma, kata anak sekelas toko buku itu selalu ramai, dan nggak kalah lengkap sama yang di mall mall.

Jadi, tadi gue nunggu ojol buat ke toko buku yang sekarang gue tahu bernama 'Toko Buku Koko' . Toko Buku itu tidak begitu luas tapi terlihat nyaman dengan nuansa yang membuat para pembaca nyaman.

Gue tersenyum ramah kepada mbak dan mas yang menjaga toko itu. Saat masuk gue terkesima sama penampilan toko itu yang menurut gue sangat nyaman bila disinggahin lama.

Kaki jenjang gue menelusuri rak-rak yang disusun buku dengan rapih. Wangi buku disini sangat ah, membuat gue pengen ngebaca semuanya.

Saat gue tengah asik melihat-lihat buku yanh akan gue baca, pundak gue merasa ditepuk oleh seseorang. Lalu gue mengarahkan pandangan gue ke seseorang yang menepuk pundak gue tadi.

"Lo?!" kata gue shook, ya gimana nggak shook coba. Yang menepuk pundak gue itu adalah Reyhan si anak baru dikelas.

"Ngapain lo? Ngikutin gue ya?"

Yang gue tanya malah memasang wajah datarnya, "Lo beneran nggak inget gue ya, Ra?" ia malah balik bertanya yang kedengarannya agak aneh.

"Emang lo siapa sampe gue harus inget sama lo?" kata gue sambil melipatkan tangan gue didada.

Reyhan mengacak-acak rambut gue. Seketika detak jantung gue berdetak lebih cepat. Kaya lagi lari marathon.

Gue terpaku tak bergerak, semacam beku tubuh gue saat Reyhan memegang pucuk kepala gue.

"Nanti lo akan tahu, gue pulang duluan ya? Jangan pulang kesorean," Perkataan Reyhan dan sikap Reyhan berubah.

Beda ketika saat pertama kali dia sekolah disini, bersikap ke gue dingin dan pemaksa. Tapi, kali ini beda.

Malah seolah-olah Reyhan tahu gue udah lama. Tapi, gue enggak ngerasa pernah kenal sama Reyhan.

Tahu lah, masa bodo sama Reyhan. Tujuan gue kesini kan mau cari buku baru buat gue baca dirumah.

E N D I N G S C E N E

Hai, aku mnt tlg buat klik bintangnya ya... Biar ceritanya aku lanjutin hehe.

Oke, selamat membaca!!

By: istri sah jeon jungkook

Ending SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang