"Ren, kenapa sih lo ngedeketin gue terus?" Tanya Laura.
"Karna gue suka sama lo." Jawab Rendra singkat.
"Tapi lo tau kan kalo saat ini gue ga mau nerima siapapun dan keberadaan gue di sekolah mulai terancam ren." Ucap Laura.
"Gue udah janji sama lo ra, gue bakal tanggung jawab sama semuanya. Kalo pun lo harus di keluarin, kita pindah sekolah bareng-bareng." Ucap Rendra.
"Karin ga mungkin biarin lo keluar dari sekolah ini, semuanya bakal sia sia ren." Ucap Laura.
"Karin ga mungkin keluarin gue, Karin juga ga berani sama gue. Gue bisa aja ancem dia biar ga ngeluarin lo, gampang kan?" Tanya Rendra.
"Jangan manfaatin cewek lain demi gue, gue ga se-penting itu di hidup lo, percaya sama gue kalo masih ada cewek yang lebih baik dari gue di luar sana." Jawab Laura.
"Ra sampe kapanpun gue bakal nunggu lo ra, gue jatuh cinta sama lo." Ucap Rendra.
"Gue ga sama kayak Rio ra, percaya sama gue ra." Ucap Rendra.
"Oke gue emang nakal, berandal, ga taat. Tapi itu bukan berarti gue ga bisa wujudin cita-cita gue ra. Cuma lo satu-satunya harapan gue, sekolah udah ga perduli lagi sama gue, gue ga punya temen, gue juga ga punya keluarga. Mama papa udah pisah dari gue SD, dan gue anak tunggal." Ucap Rendra.
Laura terkejut mendengar pengakuan dari Rendra, dan bahkan Rendra meneteskan air matanya.
"Ren, sorry." Ucap Laura.
"Gaada yang perlu di maafin ra, gue ngerti keadaan lo sekarang." Ucap Rendra.
"Gue mau jadi pacar lo ren." Ucap Laura.
"Itu bukan dari hati lo ra, lo kayak gitu karna kasian sama gue. Lebih baik lo turutin kata hati lo." Ucap Rendra.
Tanpa di sadari, keadaan menjadi canggung. Tak ada yang membangun pembicaraan dari salah satunya. Bahkan saat sampai di rumah Laura, Rendra pergi tanpa mengucap sepatah kata,
KAMU SEDANG MEMBACA
hanya kita-
Teen Fiction"kalau emang indah, kenapa harus jadi mantan?" - Rendra