"Raf, sebenernya gue ini siapa lo sih?" Tanya Laura.
"Sahabat." Jawab Rafka.
Hati Laura begitu sakit mendengar jawaban Rafka. Tentu saja, ia sudah merelakan first kiss nya untuk seseorang yang hanya menganggapnya sahabat.
"Ga lebih?" Tanya Laura.
"Ngga." Jawab Rafka.
"Kenapa lo nyium gue?" Tanya Laura.
"Cuma itu yang bisa gue kasih buat lo." Jawab Rafka.
"Gausah ngasih apa-apa kalo lo gamau tanggung jawab!" Ucap Laura.
"Gue cuma nyium lo ra, gue harus tanggung jawab apa?" Tanya Rafka.
"Lo udah ngambil first kiss gue!" Jawab Laura.
"Cuma first kiss ra, gue ga akan lebih." Ucap Rafka.
"Gue suka lo raf, makannya gue relain first kiss gue jatoh di bibir lo." Ucap Laura meneteskan air matanya.
"Gue gamau punya pacar, gue udah pernah di sakitin." Ucap Rafka.
"Tapi lo nyakitin gue!" Ucap Laura.
"Gue cuma bisa jadi sahabat lo, ga bisa jadi pacar lo." Ucap Rafka.
"Coba raf, coba. Kita pasti bisa, bersama." Ucap Laura.
"Trauma, lo tau itu?" Tanya Rafka.
"Makasih raf buat semuanya, lo udah nyakitin gue. Lo sama aja kayak yang lain." Jawab Laura pergi meninggalkan Rumah Rafka.
Entahlah, perasaan Laura begitu hancur. Ia sangat kapok, tak mau berhubungan dengan orang lain lagi.
Laura pulang dengan perasaan hancur, air mata yang terus mengalir. Tiba di rumah Laura langsung memeluk Bagas.
"Kenapa ra? Siapa yang udah nyakitin lo?" Tanya Bagas.
"Rafka gas, dia ngambil first kiss gue tapi dia cuma nganggap gue sahabatnya." Jawab Laura menangis di pelukan Bagas.
"Lo harus pindah sekolah ra, ya?" Tanya Bagas.
"Iya gas." Jawab Laura
KAMU SEDANG MEMBACA
hanya kita-
Teen Fiction"kalau emang indah, kenapa harus jadi mantan?" - Rendra