Esoknya, Rendra, Vira, dan juga Kinan berencana untuk menemui Laura di salah satu cafe favorit Laura.
Rendra: ra, ke cafe latte bentar
mau ngomongread
"Di read doang masa." Ucap Rendra.
"Pantang menyerah, bidadari lo pasti dateng." Ucap Vira.
"Ekhm, ga potek tuh ngomong kayak gitu vir?" Sindir Kinan.
"Udah masalalu, ngapain potek?" Tanya Vira.
"Oh iyaiya." Jawab Kinan.
Setelah berbincang lama, gadis berambut hitam se-punggung masuk ke dalam cafe. Menggunakan sweater warna hitam dan legging hitam kesukaannya.
"Laura?" Tanya Rendra.
"Kenapa? Mau ngomong apa?" Tanya Laura.
"Lo mau ga jadi pacar gue?" Tanya Rendra.
"Bukan gue, Vira." Jawab Laura.
"Hey, Laura. Gue udah ga suka lagi sama dia, dia udah nyakitin gue tau! Masa kemaren kursi gue di tempelin permen karet!" Ucap Vira.
"Permen karetnya yang berbi itu lagi, bukan yang mahalan dikit, ih! Ga modal!" Ucap Kinan.
Laura tertawa kecil melihat tingkah mereka di cafe.
"Ehh, kalian mah! Gue lagi nembak bidadari nih, masa bercanda sih?!" Ucap Rendra.
"Oh iyaiya." Ucap Kinan dan Vira.
"Jawabannya apa ra? Kasian anaknya buto ijo nungguin." Ucap Vira.
"Bukan buto ijo, kakek cangkul." Ucap Kinan.
"Jawabannya.. iya." Jawab Laura.
"Yesss!" Ucap Rendra memeluk Laura.
"Astagfirullah nan balik yu gue masih bocah." Ucap Vira.
"Yu ah mending ngehalu aja daripada liatin yang lagi kasmaran." Ucap Kinan.
"Eh bentar bentar, karna kalian udah bantuin gue, gue traktir kalian!" Ucap Rendra.
"Wohoo, makan besar kita gaess!" Ucap Kinan dengan semangat.
Mereka bersenang riang di cafe, menikmati setiap canda tawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
hanya kita-
Novela Juvenil"kalau emang indah, kenapa harus jadi mantan?" - Rendra