Jeno, 2020 ✓

O1 / Paslon 2

"Jangan lupa pilih nomor 1 ya!"

"Gue maunya 2, gimana?"

"Nggak asik lo, kipak!"

"Sabodo teuing..."

Pagi ini, sekolahku sangat ramai. Seluruh siswa keluar dari kelasnya, dan berkumpul dilapangan untuk memilih calon Ketua OSIS periode 2020/2021.

Seluruh Paslon berlomba-lomba mempromosikan diri, membagikan kertas yang berisi visi-misinya, mencari simpati, dan menarik perhatian seluruh siswa.

Ah, tapi aku tidak memikirkan itu.

"Halo, saya Jeno Abhizar. Calon wakil ketua OSIS nomor urut 2 periode 2020/2021. Dari kelas 11 IPA 3. Terima kasih."

"Woo! Semangat!"
"Nomor 2!"
"Ayo nomor 2!"

Sorak bahagia untuk Paslon nomor urut 2. Dan tepuk tangan yang meriah. Lalu dikerumuni banyak orang didepan sana.

Memangnya siapa sih?

"Ayo, La. Liat Paslon didepan. Pada mau debat." Ajak Jaemin. Dia langsung menarikku kekerumunan.

"Noh si Jeno. Kenal nggak?" Tanya Jaemin sambil menatapku. "Temen kecil gue itu."

Jeno Abhizar. Tinggal sekomplek denganku, di blok D, dan anaknya pendiam. Aku tau dia. Kami kenal karena rumah dekat. Tapi kami nya tidak dekat.

"Rumahnya dekat denganku." Celetukku tanpa menoleh ke Jaemin, dan setia melihat Jeno yang sedang tersenyum.

"Woohh!!! Udah lama nggak kerumahnya, anterin kuy?"

Aku terkejut. Nanti kalau aku anterin, sokab sekali bertemu Jeno yang sebenernya kami tidak berteman dekat. "Ng— Apaan? Nggak ah."

"Loh kok nggak mau? Ayolah. Dia pindah, waktu gue sama dia masih TK." Jaemin memohon.

Debat antra Paslon Ketua OSIS pun dimulai. Aku melihat Jeno yang tampak berwibawa. Memakai Almamater sekolah, menatap sekitar dengan datar, dan rahang yang keras. Dan hanya itu saja, sudah membuatku gila.

Saat aku sedang tersenyum bangga melihat Jeno yang sedang debat. Disitu pula Jeno menatapku balik. Dia tersenyum.

Dan saat itu juga, jantungku hampir copot.

Ini Jeno yang waktu kecil badannya kecil banget, kan? Yang lebih pendek dariku ya?

Gaskeun nih, Bor?
Next, or No?