O6 / Angkot

67 15 0
                                    

Disepanjang jalan, aku hanya bisa berbatin. Menyanyi sendiri, dan beradu argumen dalam hati.

Kali ini aku pulang naik angkot. Nggak ada teman, jalan sendiri deh.

Lumayan pula, 750m dari sekolah ke jalan raya untuk mencari angkutan umum. Lalu sampai komplekku, aku juga harus jalan kaki 300m. Huh, lelah.

"HAHAHA! Lagi aneh banget si lo, Dodol!"

Sekitar berjarak 100m, ada kumpulan adek kelas dan seangkatanku. Sepertinya ada Jeno, Jaemin, Renjun, Yeri, Nayeon, dan Heejin. Sepertinya. Aku tidak tau persis.

Apa aku mendekat ke mereka aja ya? Biar seangkot bareng. Tapikan—aku nggak deket? Kecuali Nayeon teman SDku. Tapi juga nggak terlalu dekat.

Sekumpulan itu berhenti diwarung. Dan otomatis, saat mereka jalan, aku dibelakang mereka persis.

"Sendirian aja, La?" Tanya Nayeon. Kemudian dia mundur selangkah, agar jalan kami sejajar.

Duh, aku tidak mau dengannya.

"Ng—ya, hehe. Nggak ada temen." Aku tersenyum kikuk. Kulihat Jeno melirikku sekilas. Yah, eyes contact. Malu hshs.

"Yaudah, sekarang ada kita." Sambar Jaemin tanpa balik badan.

Kami saling bercanda. Walaupun kadang topik yang mereka ucap, aku tidak begitu paham. Yang kuingat hanya tatapan Jeno yang terus saja melirikku saat dia membalik badan.

"Eh, itu angkotnya!" Ucap Jaemin. Lalu kami semua masik kedalam angkot.

"Gue mau beli novel ah." Ucap Yeri.

"Mahal kalau Gramedia," Celetuk Renjun. "Ini novel Harry Potter aja hampir 200 ribu." Dia memang dijuluki sebagai si Kutu Buku.

Jaemin tertawa. "Sok lu pada. Disuruh literasi sama Bu Irene aja nggak pada mau."

Kulihat Jeno ikut tertawa. Manisnya tawanya. Aku sampai diabetes. "Beli aja di Siyeon. Dia juga banyak novel. Suka dijual juga."

Aku yang canggung hanya bisa menonton.

"Diem aja, Kak?" Renjun menepuk pahaku. Aku lumayan terkejut. "Ikut nimbrung."

"Hehe iya, Jun." Aku tersenyum.

"Nggak apa dia diem, Jun." Sambar Jeno yang berada dihadapanku. Kenapa dia ngomong gitu? Aku cuma menunduk.

Akhirnya, aku, Jeno, dan Jaemin pun turun. Karena sekomplek. Aku turun lebih dulu. Malu hehe. Lalu aku berlari pelan. Dibelakangku Jeno Jaemin sedang asyik mengobrol. Walaupun Jaemin tadi bilang, "Kiw, cewek diem aja."






Sampai rumah, aku langsung duduk diruang tamu. Memikirkan tatapan Jeno, saat ikut nimbrung tadi.


Jeno, Jeno.

Jeno, 2020 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang