Sebelum Ke Bali

36 3 0
                                    


Pertanyaan Mas El semalam benar-benar mengacaukan pikiranku pagi ini. Aku bangun dengan kepala yang sedikit pusing dan aku berusaha berdiri. Hari ini Sabtu, aku tidak bekerja dan aku hanya ingin tidur lebih lama. Aku tidak ingin mengingat pertanyaan itu atau mungkin menganggapnya hanya sebagai sebuah lelucon, tapi tetap saja aku tak bisa. Mas El bertanya tidak terdengar seperti lelucon, ia sepertinya serius, Eh tapi kenapa aku harus berpikir tentang itu, lupakan saja. Bukankah aku sudah punya Emir pacarku dalam beberapa bulan ini? Kenapa aku harus memikirkan pertanyaan Mas El. Mas El juga pasti tidak serius dengan perkataannya, dia mungkin saja hanya mengujiku. Aku menutup pembicaraan semalam dengan mengatakan kepada mas El bahwa siapa saja boleh ingin menikah denganku, yang penting harus bertanya terlebih dahulu kepada orangtuaku. Aku merasa tidak memberikan pernyataan yang membuatnya merasa sangat percaya diri bahwa aku sudah mengiyakan pertanyaannya. Namun entah bagaimana mas El mengartikan setiap kalimatku. Aku juga sudah bilang kepada mas El bahwa tidak mungkin seorang lelaki mau menikahi seorang wanita tanpa pernah melihatnya terlebih dahulu, juga belum dikenalnya lebih jauh. Mas El pasti bercanda karena kami sama sekali belum pernah bertemu, dan kami hanya berkomunikasi via chat dan telepon dalam beberapa hari ini. Itupun karena kebetulan aku ingin ke Bali dan aku membutuhkan bantuannya. Aku juga bilang padanya kalau aku mungkin jauh berbeda dengan yang ada di photo, dia juga mungkin bisa saja tidak menyukaiku setelah bertemu denganku. Sifatku masih sangat kekanakan dan pemahaman agamaku tidak sekuat dirinya. Aku memiliki prinsip yang mungkin berbeda dengannya, dan bisa saja dia juga tidak suka karakterku. Jadi jangan bertanya tentang pernikahan, aku tidak bisa percaya jika seorang lelaki bisa ingin menikahi perempuan tanpa melihatnya fisik dan karakternya terlebih dahulu. Yah, pastinya mas El cuma bercanda, aku menguatkan hatiku. Namun aku tidak bercerita tentang Emir sama sekali, karena Mas El juga tidak bertanya apakah ada seorang lelaki yang sedang dekat denganku. Jadi aku sama sekali tidak memberitahunya, bukan karena aku menutupinya tapi karena kupikir kami belum cukup dekat untuk menceritakan tentang hal pribadi. Mungkin bagiku seperti itu,tapi bisa jadi Mas El berpikir berbeda. Dan ya, ingat kisah lelaki yang diceritakan Mas El? Aku begitu penasaran dengan lelaki itu dan mencoba menebak siapa lelaki itu. Dan benar saja, tebakanku tidak meleset, apa yang aku pikirkan benar sesuai seperti kenyataan.

"Mas, kenapa mas bisa menceritakan kisah lelaki itu sebegitu detailnya? Seolah mas bisa merasakan emosi dan perasaan lelaki itu. Seolah kisah itu sangat dekat dengan mas, dan mungkin..menurutku terjadi pada mas. Apa jangan-jangan, laki-laki itu adalah mas? Maaf mas, aku begitu penasaran. Aku yakin tidak akan ada yang bisa menceritakan kisah hidup seseorang sedetail dan seekspresif itu terkecuali dia yang menceritakan kisah hidupnya sendiri. Dan aku rasa mas sedang menceritakan kisah hidup mas. Benarkah laki-laki itu adalah mas?" kutipan ucapanku pada mas El sebelum telepon itu benar-benar terputus. Mas El terdiam sejenak, dan tidak berapa lama dia kembali bicara.

"Yah, kau benar dek, Itu adalah kisahku. Lelaki yang kuceritakan itu adalah aku. Jadi apakah kau masih tetap mau berteman denganku?" tanyanya. Aku menelan ludah, benar saja dugaanku, itu adalah kisah hidup mas El. Dia begitu lancar menceritakannya sehingga naluriku pun bisa menebak tokoh dalam cerita itu. Yah, sekarang aku paham kenapa mas El menceritakan itu semua. Dan aku begitu terkesan kenapa ia begitu percaya padaku sehingga berbicara seterbuka ini padaku. Ia sama sekali tidak menutupi keburukan dan kegagalannya dalam hidup. Bagiku, kejujurannya memiliki poin kelebihan tersendiri yang diam-diam aku berikan padanya dan aku sangat mengapresiasi kejujuran dan keterbukaannya. Bukankah biasanya jika lelaki baru berkenalan dengan seorang wanita dan jika kemungkinan dia ingin mendekati wanita itu maka dia akan menutupi segala kekurangannya dan menunjukkan segala kelebihannya agar peluang mendekati wanita yang dia inginkan semakin besar? Bukankah logikanya kita akan selalu menunjukkan kelebihan kita diawal agar orang merasa terkesima dan kagum dengan kita? Bukankah itu sifat manusia pada umumnya? Namun mas El berbeda, keberaniannya untuk menceritakan sisi kelam hidupnya di awal perkenalan kami begitu membuatku bangga padanya. Walaupun dia membuat perumpamaan kisah itu menjadi seolah-olah kisah orang lain, namun itu membutuhkan keberanian yang teramat besar. Ia pun bisa menceritakannya dengan lancar dan mengatur emosinya saat menceritakan semuanya. Aku tidak bisa memungkiri aku mulai tertarik padanya, tidak hanya tutur kata dan karakternya yang lembut, pemikirannya yang kritis dan kepintarannya berbicara. Tapi sekarang aku tahu dia lelaki tegar yang berprinsip, jujur, dan terbuka. Setidaknya mungkin dia juga tidak bermuka dua seperti kebanyakan pria. Dia benar-benar lelaki sederhana yang memiliki keteguhan hati yang luar biasa.

Menanti PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang