ROMANSA DI AIR TERJUN TEGENUNGAN

6 1 0
                                    

Hari mulai sangat terik ketika kami sampai di tempat yang dituju. Mas El kembali memarkirkan motornya di tempat parkir. Dia mengisyaratkanku untuk ke toilet dan ganti baju. Kami telah tiba di wisata selanjutnya, Air Terjun Tegenungan. Air terjun ini tidak jauh dari Pasar Sukowati, hanya sekitar 15 menit, namun karena suasana yang panas membuat perjalanan terasa cukup melelahkan juga. Aku lalu berjalan, menuju toilet yang lokasinya ada didekat parkir motor. Didalam kawasan wisata tidak ada toilet jadi sebelum masuk ke kawasan wisata aku bisa ganti baju disini. Mas El menungguiku dengan sabar di luar. Aku kembali memakai dress, dan kali ini aku memakai dress berwarna pink kesukaanku. Dress nya berlengan manis dan memiliki corak bunga dan bulu merak dibawahnya. Setidaknya dress ini lebih tertutup dibanding pakaian yang kupakai kemarin.

Aku pun sudah siap, mas El menuntunku untuk menuju ke tempat pembelian tiket, dan seperti biasa dia dengan sigap membawakan barang-barangku. Aku mengikutinya, berjalan perlahan dengannya. Didepan pintu masuk ada sebuah loket kecil tempat untuk membeli tiket. Kembali kami merogoh kocek Rp 20.000 per orang untuk bisa masuk ke kawasan ini. Didalam tidak hanya ada wisata air terjun namun juga beberapa tempat instragamable yang sudah disediakan seperti birdcage, loveplace, dan sebagainya. Untuk bisa sampai kedepan air terjun kami harus menuruni beberapa anak tangga yang lumayan banyak. Aku tidak tahu berapa jumlah anak tangga itu, tapi itu cukup membuatku kelelahan dan meminta beristirahat sampai tiga kali. Sebelum menuruni anak tangga, aku dan Mas El menyempatkan berphoto di birdcage, dan kembali itu menjadi salah satu photo terbaik kami. Aku semakin dekat dengan mas El, dan aku merasa semakin nyaman dengannya. Aku bahkan sering refleks memegang tangannya atau lengannya saat berjalan.

Kami menuruni anak tangga satu persatu, bersama dengan turis lainnya. Kembali aku melihat banyak sekali keanekaragaman disini, ada banyak turis berkulit putih atau hitam dengan pakaian yang terbuka. Beberapa diantaranya ada juga dengan pakaian tertutup. Semuanya tergantung dengan budaya berpakaian di Negara masing-masing.

"Mas tutup mata" sembari tertawa kecil aku berusaha menutup mata Mas El tatkala aku sadar ada seorang turis berpakaian sangat minim lewat di samping kami. Mas El tersenyum, ia hanya mengikuti keinginanku.

"Mas tidak akan tertarik kepada mereka dek" ucapnya.

"Kenapa?" tanyaku polos. " Bukankah mereka terlihat cantik dan seksi?" godaku.

"Berbeda dek. Yah mungkin mereka terlihat seperti itu, tapi mas tidak tertarik pada mereka" ucap Mas El.

"Yang benar???" aku masih berusaha menggoda mas El. Mas El menatapku dalam dan berkata.

"Mas hanya tertarik padamu, mas sudah memilihmu" ucapnya,yang membuat wajahku memerah seperti kepiting rebus. Tapi aku langsung mengalihkan wajahku, semoga mas El tidak menyadarinya. Jantungku berdebar-debar dan aku tersenyum-senyum sendiri sembari menuruni anak tangga lebih cepat dan meninggalkan mas El yang masih berjalan pelan dibelakangku. Sesekali aku melihat kebelakang, mas El sedang berjalan sembari membawa banyak barang dikedua tangannya. Ada botol minum besar, tas plastik berisi baju gantiku, dan juga tas berisi perlengkapan photoku. Dia begitu sabar, dan juga begitu..ah tampan. Aku kembali tersenyum, berjalan sembari tersenyum-senyum. Aku seperti anak kecil yang merasa sangat bahagia, seperti perasaan anak kecil yang bahagia dibelikan mainan kesukaannya. Mungkin begitulah kemiripan perasaanku saat ini, aku tidak bisa menjabarkannya lebih dalam karena rasa itu terlalu indah. Ah, kenapa mas El jadi kebahagiaanku? Dia benar-benar berhasil mengusik hatiku. Aku berkhayal indah, dan khayalan itu bersama dirinya, hingga tak sadar aku hampir saja terjatuh.

"Dek, hati-hati" ucapan mas El membuyarkan lamunanku. Aku menutup wajah malu.

"Hehe..iya mas" jawabku. Aku lalu berhenti dan menunggunya berjalan hingga ia kembali berada disampingku. Tanpa bertanya atau minta izin padanya aku segera meraih lengannya dan membawanya berjalan bersamaku. Aku tidak peduli mas El berpikir seperti apa, aku hanya senang saat ini, dan aku senang bersamanya. Aku hanya ingin merangkul lengannya, dan ia juga tampak tidak keberatan dengan itu. Dia hanya tersenyum, dan senyumnya berhasil mengalihkan duniaku.

Menanti PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang