SENJA KALA ITU, KUTA DALAM BALUTAN SUNSET

7 1 0
                                    


Akhirnya matahari tenggelam yang aku tunggu tiba. Angin terasa sepoi-sepoi dan tenda-tenda mulai bergoyang kecil bersama arah angin. Ombak di lautan mulai tersusun rapi dan sejajar, menyisakan siluet garis panjang disetiap lintasannya. Suara burung mulai terdengar berkicau dan terbang bersama diatas lautan, mengarungi warna jingga yang perlahan mulai datang. Matahari terlihat malu-malu menunduk dan menyembunyikan setengah tubuhnya kedalam lautan, seolah berkata 'Ah senangnya, hari yang melelahkan telah berakhir dan merasai dinginnya air laut asin adalah satu nikmat yang luar biasa'. Aku menghirup aroma senja, harum sekali dan menenangkan hati. Semilir angin, suara laut, dan kepakan sayap burung saling bersahutan. Menciptakan pemandangan jingga yang luar biasa. Ah, sejak dulu aku memang paling suka senja, saat matahari tenggelam ke peraduannya dan menyisakan sisa-sisa sinarnya yang perlahan meredup.

"Mari kita jalan-jalan disepanjang garis pantai dek, sepertinya seru." ucap Mas  El membuyarkan lamunanku pada senja. Dia tersenyum padaku, senyum yang kesekian kalinya dan entah kenapa hatiku bagai terasa tersiram air yang menyejukkan. Senyumannya membuat hatiku terasa lebih tenang. Mas El dan senja, mereka berdua seperti menyatu dalam sebuah harmoni keindahan yang tidak bisa aku jabarkan. Aku membalas senyuman mas El.

"Ayo mas." jawabku. Aku lalu berdiri dan mas El juga berdiri disampingku. Sebelum pergi mas El memberikan bayaran kelapa yang kami pesan tadi. Dan begitu kagetnya aku kalau ternyata sebuah kelapa dihargai sebesar lima puluh ribu disini. Mungkin karena ini dipinggir pantai dan tempat wisata, yah aku mencoba memakluminya.

Aku berjalan duluan, dan mas El mengikutiku dari belakang. Perlahan aku mulai melambat dan mas El menyeimbangkan langkahku. Kini dia berjalan disampingku. Kami menikmati senja berdua di pantai Kuta. Merasakan suara buih-buih air laut yang disapu ombak. Merasakan hangatnya telapak kaki yang tergelitik diatas pasir putih yang indah. Aku bisa menemukan beberapa kerang disepanjang pantai, dan melihat beberapa lubang kepiting bertengger diatas pasir. Masih banyak orang berada disini, justru semakin banyak. Mereka pun mungkin beradu untuk menikmati hangatnya senja.

"Mas, aku sangat senang bisa berada disini. Mas tahu, Bali adalah tempat impianku sejak kecil dulu, dan aku sangat senang ketika aku akhirnya bisa berada disini." ucapku sembari berjalan menyusuri pantai.

"Iya dek. Mas juga, mas merasa senang sekali" jawab mas El.

"Mas tahu tidak aku tidak pernah membayangkan akan ke Bali bersama mas" ucapku.

"Yah, sama dek. Mas juga tidak pernah membayangkan bisa kesini dengan adek. Mas memang dari dulu punya rencana akan ke Bali, tapi pada saat itu mas berencana ke Bali bersama seorang perempuan yang dekat dengan mas di Malang. Tapi entah kenapa itu hanyalah sebuah rencana, tapi tidak pernah terealisasikan. Tapi ini semua benar-benar tidak pernah direncanakan, bisa bersama dengan adek di Bali ini." jawab Mas El, ia menatapku dengan sendu. Aku melihat mata mas El yang sayu, namun segera kualihkan pandanganku karena aku tidak kuat melihat matanya lebih lama. Kurasa ada banyak sekali sihir disana. Oh Tuhan ,kenapa jantungku berdetak tidak karuan.

"Apa yang mas maksud wanita yang dekat dengan mas di Malang itu adalah wanita yang meninggalkan mas demi seorang PNS itu. Yang mas pernah ceritakan saat itu?" ucapku.

"Yah, benar sekali dek."

"Lalu apa yang terjadi padanya sekarang? Apakah dia sudah menikah?" tanyaku.

"Dia sudah lamaran, mungkin hari ini atau besok." ucap Mas El. Dan aku bisa merasakan intonasi suaranya yang rendah pertanda kesedihan hatinya yang masih membekas.

"Oh, yah sabar mas." aku hanya bisa berkata seperti itu.

"Iya nggak apa-apa. Mas sudah tidak memikirkan tentang dia lagi, mas sudah ikhlas" jawab Mas El.

Menanti PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang