Waktu berlalu dengan begitu cepat. Malam ini aku sedang mempersiapkan segala perlengkapaku untuk perjalanan liburanku ke Bali. Begitu pula dengan Mas El yang juga sedang mempersiapkan keberangkatannya dari Malang ke Bali. Mas El memilih untuk memakai jasa travel yang mengantarkannya ke Bali, mulai dari malam hari dengan perkiraan sampai di Bali pada pagi hari. Sedangakan penerbanganku dari Jakarta-Bali hanya membutuhkan waktu lebih dari satu jam untuk sampai ke Bali, jadi aku berangkat di pagi hari dan akan sampai di pagi hari pula.
Hari itu hari yang kutunggu-tunggu. Mas El mengabariku bahwa dia sudah sampai di Kuta dan menungguku. Dia bahkan menawarkan untuk menjemputku di Bandara. Aku menolak, aku katakan bahwa kami bertemu di Kuta saja nanti, karena penginapanku dekat sekali dengan bandara. Aku akan beristirahat sebentar dulu dan kami bisa bertemu setelah aku merasa lebih fresh nantinya. Mas El pun mengiyakan keinginanku dan dia pun menunggu kabar dariku. Sebelumnya aku telah memesan tiket pesawat dan hotel sekaligus dari sebuah aplikasi yang memudahkan perjalananku. Saat aku sampai di bandara, aku benar-benar terkejut karena taksi ataupun transportasi online dari bandara semuanya sangat mahal, jumlahnya bahkan hingga 10 kali lipat lebih mahal dari harga aslinya. Aku belum pernah ke Bali sebelumnya jadi aku tidak tahu kalau harga transportasi bandara bisa semahal itu. Padahal jarak dari bandara ke penginapanku hanya 5 menit, dan tidak sampai 1 km. Sebenarnya berjalan pun bisa, namun aku turis baru di Bali, aku tidak tahu jalannya. Dan pertimbangan lain membawa koper yang berat dengan kondisi udara semakin memanas membuat pilihan berjalan kaki ke penginapan bukanlah hal yang tepat saat ini. Aku lalu mencoba peruntunganku dengan mengikuti beberapa orang yang berjalan keluar dari bandara, dan aku memiliki feeling yang sangat kuat bahwa mungkin jika aku keluar dari bandara dan memesan diluar bandara otomatis harga transportasi ke penginapanku bisa normal, dan aku berharap berjalan keluar dari bandara tidak begitu jauh. Bandara Ngurah Rai ternyata tidak seluas yang aku takutkan, benar saja aku bisa berjalan keluar bandara dalam waktu kurang lebih 5 menit. Dan aku bisa mendapatkan transportasi ke penginapan yang aku tuju dengan bayaran yang sangat murah. Hmm, aku sangat pintar dalam mengelola biaya perjalanan. Aku tersenyum-senyum sendiri.
Disepanjang jalanan di Kuta, aku bisa melihat banyak sekali turis asing yang berseliweran dimana-mana. Di restaurant, trotoar, toko baju, toko souvenir, hotel dan bahkan aku merasa seperti berada bukan di negaraku sendiri. Aku melihat lebih banyak turis asing daripada orang berwajah oriental sepertiku. Mungkin karena ini di Kuta, pusatnya Bali, pusat transportasi dan wisata tentunya. Apalagi pantai Kuta yang terkenal dengan keindahan ombak dan sunsetnya itu berada tidak jauh dari bandara dan pusat keramaian di Kuta.
Tidak sampai 10 menit aku berhenti tepat didepan penginapanku. Aku menggiring koperku masuk kedalam dan check ini dengan cepat. Warga Bali adalah orang-orang yang ramah, namun aku mendapati hotel ini sedang dalam proses pembangunan. Mereka ingin membangun lebih banyak kamar lagi, karena lokasinya yang strategi dan harganya yang bersahabat di kantong pastinya membuat penginapan ini menjadi pilihan banyak turis di Bali. Baik itu turis mancanegara maupun turis asing, dan beberapa hari aku disana aku mendapati tetangga kamarku banyak dari turis luar negeri. Kamarnya lumayan luas dan besar, dan untuk menuju ke pantai Kuta dari penginapanku hanya berjarak sekitar 15 menit. Jadi aku sangat senang bisa menginap disini selama beberapa hari kedepan. Satu lagi yang membuatku kagum pada warga Bali, yaitu kepercayaan dan budaya mereka yang dijaga sangat kental dan kuat hingga saat ini, tidak tergerus oleh waktu dan zaman. Aku bisa melihat disetiap tempat baik itu dijalan, supermarket, hotel, transportasi, akan sealu ada persembahan yang diletakkan ditempat-tempat tersebut.
Aku meletakkan koperku disudut kamar, dan mulai berbaring di hangatnya kasur yang mereka sediakan. Aku menyalakan AC dan beristirahat sejenak, memejamkan mata dan merasa sangat bersyukur karena pada akhirnya aku bisa menginjakkan kakiku di Pulau Dewata ini untuk yang pertama kalinya. Mungkin ini hal yang biasa bagi banyak orang, tapi tidak bagiku. Mengingat background kehidupanku yang banyak berliku dan berbelit. Ah panjang sekali jika diceritakan. Aku menikmati kebahagiaan dan kenyamanan ini sejenak, dan dalam beberapa menit aku kembali bangkit, menuju kamar mandi dan mengguyurkan air hangat lewat shower ke badanku. Aku tidak sabar untuk mencicipi indahnya pantai Kuta yang begitu diagungkan banyak orang itu. Aku pun memakai pakaian terbaikku dan bersiap untuk keluar kembali. Disaat itulah aku menghubungi mas El dan mengabarinya bahwa aku telah bersiap-siap untuk keluar. Mas El telah menyewa sebuah sepeda motor beberapa hari selama kami ada di Bali, jadi dia meminta lokasiku dan menjemputku di penginapanku. Aku mengirimkan lokasiku dan tidak berapa lama Mas El pun sampai didepan penginapanku. Hatiku sempat berdebar dan memompa lebih cepat tatkala mengetahui bahwa ini pertama kalinya aku akan bertemu dengan mas El. Bagaimanakah penampilannya? sifatnya, karakternya? Apakah dia akan kelihatan lebih tua dari photo? Apakah dia akan berpenampilan sangat formal dan religious seperti yang aku bayangkan tentangnya? Apakah dia akan sangat menjaga ucapannya dan menjadi orang yang kaku seperti bayanganku tentangnya? Apakah aku salah mengajaknya kesini, karena mungkin dia tidak akan bisa diajak bercanda dan bersenang-senang nantinya, mungkin dia akan sangat dewasa dan kaku? Benarkah? Hmm, pikiranku bercampur aduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menanti Pelangi
RomanceBismillahirrohmanirrahim❤❤❤ Ini adalah sebuah kisah tentang aku dan dia, tentang impian dan jodoh yang menyatukan kami berdua. Perjalanan panjang dan banyaknya tantangan yang kami alami membuatku ingin berbagi pengalaman ini. Aku harap selain mengin...