TANAH LOT, PRE-WEDDING IMAGINATION IN UNPREDICTABLE MIND

6 1 0
                                    


            Keesokan harinya aku membuka mata dengan senyuman yang begitu mengembang di pipiku. Aku merasa sangat bersemangat pagi ini. Aku ingin memulai pagi ini sebagai awal dan hari yang baru untukku. Aku telah menumpahkan seluruh perasaan dan isi hatiku semalam, dan menguburnya kedalam balutan gelapnya malam di pantai Kuta. Dan Mas El benar-benar menjadi penyemangatku saat ini. Entah kenapa aku sangat rindu senyumnya, ketenangannya, kehangatan matanya dan semuanya. Aku ingin bertemu dia hari ini, dan aku langsung bergerak cepat untuk mandi dan memakai bajuku. Aku sudah janjian dengan mas El pagi ini untuk berangkat menyusuri kota Bali lagi. Hari ini salah satu tujuan kami adalah untuk berkunjung ke Tanah Lot. Sebuah tempat yang sangat terkenal di Bali.

Aku berpatut dikaca berkali-kali, melihat apakah ada yang kurang dalam riasanku. Aku ingin terlihat cerah hari ini, dan kupastikan aku tidak ingin menangis lagi. Sudah cukup semalam aku sudah banyak bercerita dan hatiku sudah semakin lapang. Walaupun masih banyak hal yang sebenarnya masih belum kuceritakan. Ah, nanti itu bisa mengalir dengan sendirinya. Mas El tidak bertanya banyak tentangku, dia begitu dewasa dan membiarkanku mengalir begitu saja. Dia tidak menekanku dan sangat menjaga privasiku.

Aku bertemu dengan mas El kembali, seperti kemarin dia menjemputku di depan penginapanku. Hari ini dia memakai kemeja coklat lengan panjang dan celana jeans hitam. Dia tetap memakai sepatu merahnya yang nyentrik seperti kemarin. Aku dan mas El pun pergi, menelusuri jalan sepanjang Kuta, dan keluar dari jalanan besar. Kini aku mendapati pemandangan yang berbeda, disini aku bisa melihat banyak sekali orang-orang berwajah sepertiku. Ternyata turis asing banyak bertengger di Kuta, tapi tidak terlalu banyak disini, atau mungkin mereka lebih memilih untuk tinggal di Kuta karena merupakan pusat transportasi dan perbelanjaan. Jarak dari Kuta menuju Tanah Lot kurang lebih satu jam ditempuh dengan perjalanan menaiki motor. Sepanjang perjalanan mas El tidak terlalu banyak bercerita, namun ia suka bercanda dan membuatku tertawa. Aneh, ia bahkan tidak menanyaiku tentang hal semalam yang aku ceritakan. Ah,sudahlah mungkin mas El tidak ingin tahu lebih dalam tentangku, atau mungkin juga dia tidak ingin membuatku kembali sedih dengan mengingat itu. Tapi kurasa jawabannya adalah yang kedua, karena mas El terlihat sangat bergairah untuk membuatku tersenyum. Aku tertawa dengan beberapa jokes yang ia berikan. Untuk menuju ke tanah Lot kami menggunakan jasa google map, karena meskipun mas El pernah ke Bali sebelumnya namun itu sudah beberapa tahun yang lalu dan mas El ternyata belum sepenuhnya menjelajahi Bali. Mas El pun lupa jalan yang ada disana. Akhirnya aku yang memegang hp dan sambil menavigasi mas El dengan bantuan google map. Namun kejadian lucu juga menegangkan terjadi saat itu. Aku mengarahkan mas El sesuai dengan petunjuk dari google map. Namun ada sebuah jalan yang membuat kami sangat bingung, dimana jalan itu menghubungkan kami ke jalan tol. Aneh, padahal aku sudah mengecualikan jalan tol dan aku sudah membuat pengaturan jalan untuk motor bukan mobil. Tapi kenapa google map menunjukkan arah ke jalan tol. Mas El pun bertanya kembali padaku sembari merasa getir, karena didepan ada polisi dan aku harus cepat memutuskan jalan mana yang akan kami ambil. Karena jika sudah maju maka tidak bisa mundur. Mas El mengkonfirmasi kembali padaku apakah benar ini jalannya, dan aku mengatakan ya itu sesuai dengan google map yang aku lihat. Mas El pun terus melaju namun akhirnya dia berhenti, tepat didepan gerbang pintu tol.

"Dek, kenapa jalannya kesini, mas tidak pernah naik tol sebelumnya dengan motor dan mas tidak mengerti" ucap mas El dengan ekspresi kebingungan. Aku pun bisa melihat kecemasan dan keringat yang sudah mengucur diwajahnya. Bali memang terasa begitu panas saat itu.

"Aku tidak mengerti mas, map nya berkata seperti itu dan aku hanya mengikutinya" ucapku. Mas El akhirnya mengambil napas panjang dan berpikir. Ia lalu memarkirkan sepeda motor kami di pinggir jalan.

"Tunggu dek, mas tanya polisi dulu." ucapnya. Tanpa ragu, mas El pun menuju ke seorang polisi yang sedang berjaga dekat dari pintu tol. Entah apa yang mereka bicarakan tapi kulihat mas El begitu berani dan bijaksana. Aku suka dengan caranya menyelesaikan masalah, satu lagi poin kelebihannya bertambah di mataku. Tidak butuh waktu lama, mas El pun kembali menujuku dan menaiki motornya.

Menanti PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang