BEDUGUL DANAU BERATAN, MEMORI CINTA YANG HAKIKI

13 2 0
                                    

Waktu masih menunjukkan pukul 2 siang saat kami berhasil keluar dari kawasan Tanah Lot. Aku kembali memakai masker dan menutupi seluruh tubuhku dengan jaket. Matahari terasa semakin panas dan mas El melajukan motornya dengan cepat. Sebelumnya kami telah berdiskusi ke tempat selanjutnya yang akan kami tuju. Kami ingin ke Danau Beratan di Bedugul. Danau Beratan adalah danau yang terkenal menjadi tempat background uang pecahan Rp 50.000-an Indonesia. Aku belum pernah kesana tentu saja, tapi kata Mas El dia sudah pernah kesana dan dia memastikan bahwa udara disana akan lebih dingin dan sejuk karena termasuk wilayah pegunungan. Aku senang bisa mendengar udara yang lebih sejuk dan dingin, karena tenaga terasa lebih cepat habis di bawah teriknya matahari. Dan udara yang sejuk tentunya bisa menjadi penawarnya saat ini.

Mas El mengemudikan motornya dengan lumayan kencang. Dia juga sepertinya tidak sabar untuk segera sampai disana. Dari kawasan tanah Lot ke Bedugul kami menempuh perjalanan kurang lebih satu jam lagi. Dan dijalan kali ini terasa lebih sepi, mas El tidak terlalu banyak berbicara karena mungkin tenaganya sudah banyak terserap. Mas El juga pasti ingin fokus mengendarai motornya. Aku dengan cekatan menunjukkan arah dengan bantuan navigasi google map pada mas El. Tidak terasa waktu berlalu diatas motor, jalan menuju kesana lumayan melelahkan dan cukup membuat kakiku keram. Kami sampai di sebuah gerbang bertuliskan parkir untuk masuk ke Danau Beratan. Dan Mas El pun segera memarkirkan motornya disana. Kami masuk dan membayar tiket sebesar Rp 20.000 per orang. Aku pikir kebanyakan wisata disini menetapkan tarif yang sama untuk tiket masuk ketempat wisata. Mas El benar, disini suasananya terasa lebih adem dan sejuk. Tidak terasa panas sama sekali. Tempat pertama yang kami tuju adalah toilet, kami butuh untuk mencuci wajah untuk sekedar merefreshkan rasa kelelahan kami selang diperjalanan. Aku pun touch up kembali dan memperbaiki riasanku. Aku juga tidak ingin terlihat berantakan didepan mas El. Aku membuka jaketku dan kembali memakai topi biruku. Aku keluar dari toilet dan menemui mas El yang sudah selesai dari tadi. Kami pun berjalan masuk dan disini begitu luar biasa. Kami disambut dengan taman bunga-bunga merah disepanjang perjalanan sebelum masuk ke sekitar danau beratan. Angin berhembus kesana kemari, membuat rambutku beterbangan aku melompat kecil kegirangan seperti anak kecil yang ingin bermain. Mas El tersenyum melihatku, aku berjalan lebih cepat darinya dan ia mengikutiku dari belakang.

"Aku suka disini mas. Aku lebih suka disini. Udaranya terasa sejuk dan pemandangan disini luar biasa. Terdapat banyak bunga dan penataan tamannya begitu rapi." ucapku.

"Mas juga lebih suka disini" katanya.

Kami pun terus berjalan, hingga akhirnya kami melihat sebuah danau dengan airnya yang tenang. Danau itu diselimuti dengan kabut diatasnya dan udara terasa semakin dingin. Ada begitu banyak orang disini, namun lebih banyak kerumunan di pura Tanah Lot sebelumnya. Ada banyak objek photo instagramable disini, dan lebih banyak dari kawasan pura Tanah Lot sebelumnya. Namun hanya ada sedikit kameramen yang menjajakan jasa kameranya disini, lebih banyak di kawasan pura Tanah Lot sebelumnya. Aku langsung berlari menuju tempat dimana aku bisa melihat danau lebih dekat, dan bisa berphoto didepan danau beratan dengan pemandangan sebuah pura seperti di bilangan uang Rp 50.000 itu. Dan kembali mas El dengan penuh antusias dan kesabaran mengambil banyak photo-photoku. Danau itu begitu indahnya, hingga aku merasakan sebuah ketenangan disini. Tidak kalah tenang dibandingkan dengan apa yang aku dapat dari senja di Pantai Kuta.

"Ayo dek kesana" Mas El mengajakku untuk mengikuti langkahnya, turun ke bawah dengan menuruni anak tangga dan sampai ke tepi danau. Aku bisa menyentuh air danau yang begitu dingin dengan tanganku. Mas El mengarahkanku untuk duduk disebuah batu disana, dan dia pun duduk dibatu lainnya disampingku. Sejenak kami berpandangan, dan oh matanya kembali membuat hatiku berdebar. Aku langsung mengisyaratkan untuk mengambil photo selfie berdua untuk menutupi debaran hatiku. Mas El dan aku sama-sama menikmati pemandangan danau yang terlihat luas itu. Setelah puas, aku dan Mas El kembali berjalan, menikmati pemandangan lainnya diseputaran danau. Rumput disana terlihat begitu hijau dan seorang petugas sedang menyiram rumput-rumput teki itu ketika kami berada disana. Kawasan Danau beratan cukup luas, hingga membuat kami lelah berjalan. Ketika sudah lelah kami memutuskan untuk mencari tempat dimana kami bisa duduk dan istirahat. Aku menunjukkan sebuah tempat dipinggir kawasan Danau Beratan, disana ada sebuah jembatan yang sepertinya sudah lama dan tidak banyak wisatawan yang tertarik kesana. Awalnya aku hanya ingin berphoto disana, tapi akhirnya kami juga memutuskan untuk beristirahat disana karena tempatnya yang jauh dari keramaian wisatawan dan disini kami bisa puas melihat pemandangan danau beratan yang indah. Aku duduk dibesi-besi jembatan yang rendah, dan memegang nya dengan kedua tanganku sebagai topangan. Mas El juga duduk disana. Untuk sesaat kami terdiam, menikmati suasana alam dan pemandangan indah didepan kami. Aku masih ingat ada sebuah pohon besar disana dimana didepan pohon itu juga terdapat persembahan yang tentunya diletakkan oleh warga sekitar. Kami masih saja terus terdiam mengambil napas sejenak dan menghapus rasa lelah. Kakiku sudah terasa pegal, dan begitu juga dengan mas El tentunya. Angin berhembus semakin kencang, dan aku mulai merasakan dingin ditengah dress ku yang minim lengan.

Menanti PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang