Welcome To The World

1.7K 155 23
                                    

Shinazugawa Sanemi, Suami idaman kaum hawa dan adam kehawa hawaan itu sedang resah gundah gulana membahana badai, pikirannya tak fokus untuk mengajar dari tadi, dia mencemaskan sang Istri di rumah. Kehamilan Tanjiro sudah masuk bulan ke delapan, Bulan yang sangat rawan.

Semakin di pikir, semakin berdenyur nyeri kepala Sanemi, Lelaki beesurai putih itu mengacak acar rambut frustasi. Para murid yang melihat menjadi bergidik ngeri, Sanemi normal saja sudah menakutkan apalagi kalau saat Frustasi begini. Merela hanya bisa berdoa semoga mereka tak di tebas masal oleh guru Matematika mereka ini.

Bolak balik mengecek notifikasi pesan masuk di Hanphonnya tapi tetap saja nihil, belum ada pesan balasan dari Tanjiro. Urat urat kekesalan makin banyak terlihat di tangan dan kepala Sanemi, HandPhon di remasnya kuat yang tanpa disadarinya mulai mati dan retak karna kuatnya tenaga Remasan. Akhirnya benda kecil bewarna hitam itu hancur tanpa Sanemi sengaja. ( Bayangkan betapa kuatnya dia meremas HandPhonnya sampai hancur )


BRAKK




BUUKKK








BERENGSEK






Semua murid berlonjak kaget, mereka terkejut setengah mati, jantung seperti ingin jatuh je lambung. Mereka serentam menatap horor gurunya didepan.

Sanemi meninju meja sampai bolong, menghempas HandPhonnya yang rusak -- karna kesalahannya -- itu kuat ke lantai, membuat benda itu tambah hancur berceceran kesegal penjuru arah. Dia berjalan pelan menuju pintu, ingin kembali ke ruangannya.

Sebelum pergi dia menatap seluruh anak didiknya Tajam, yamh ditatap membeku ditempat "aku ingin keruanganku, jangan Ribut! Kalian paham! " suaranya pelan tapi tersa menusuk sampai dalam, mereka mengangguk terbata-bata, ditatap tajam oleh Sanemi membuat mereka semua tercekik nafas sendiri. "Bagus, aku pergi dulu"

Sanemi berjalan keluar, mereka semua menghela nafas pelan. Setidaknya mereka bisa bersyukur akan satu hal, mereka masih bisa melihat jari esok.

.

.

.

.

Sepanjang perjalanan menuju ruangngannya, Tububnya menegeluarkam aura mematikan, aura Hitam Pekat.

Sepanjang kelas yang dilaluinya, para murid dan guru yang mengajar entah kenapa langsung bergidik ngeri, tubun mereka langsung merasakan dingin, dari kelas yang mulanya ramai karna proses belajar mengajar kini langsung terdiam sunyi dan senyap, cuma satu yang ada dipikiran mereka Shinazugawa Sanemi sedang dalam mood yang sangat buruk.

Diujung lorong, Ubuyashiki Kagaya sang kepala sekolah sedang berdiri dengan senyum. Menatap Sanemi dari jauh

"Ah, Sanemi. Bisa kemari sebentar"

Sanemi mengangguk, berjalan pelan menuju pria yang sudah dianggapnya ayah itu

"Ada apa Oyakata sama? "

"Kau dan yang lain selalu memanggilku seperti itu, panggil saja aku Kagaya. "

"Maaf oyakata-sama, aku lebih nyaman memanggilmu seperti ini"

"Ah, baiklah kalai begitu. Bisa kita bicara sebentar di taman"

"Tentu saja"

Akhirnya mereka berdua berjalan menuju Taman Sekolah, mendudukan diri disalah satu kursi. Mereka duduk dalam diam, Kagaya memandang alam sekeliling sedangkan Sanemi masih memikirkan Tanjiro dirumah.

"Apa yang terjadi padamu Sanemi? Bulan ini kau terlihat selalu cemas dan tak nyaman, ada apa? "

"Ini tentang Tanjiro, Oyakata-Sama"

We BaddasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang