Why I Never permit it?

1.3K 95 7
                                    

Cahaya mentari menembus jendela yang sengaja dibuka lebar, sinarnya mengelitik kelopak mata, perlahan Shinazugawa Sanemi terbangun dari Tidur nikmatnya.

Duduk dan menarik nafas, memijat pelan dahi, kepalanya pusing, bayang percintaan panas malam tadi terbesit cepat ke ingatan. Sedikit tersenyum, dia masih tak menyangka bisa melihat sisi liar itu lagi ---- sisi liar Tanjiro.

Tanjiro, diatas kasur, hanya menggunakan baju, rambut terurai acak, wajah merah, tatapan sayu yang tajam, bibir mengkilat karna saliva, berjalan kearahmu, mendekapmu, menatapmu lurus dan bisikan "it's my night dady" ---- well, thats definetly old Tanjiro

Dia jadi teringat Tanjiro masa Kuliah.... Liar, manis, manja ----- ah... Dia sampai lupa, tanganya masih terborgol..... Borgol putus itu masih terkunci di kedua pergelangan tangannya



Dan Tanjiro tak ada disampingnya


Lebih baik dia mandi dulu......

.

.

.

.

.

Aroma manis dan gurih memenuhi seisi rumah, Perut meronta ronta ingin disisi secepatnya, Sanemi mempercepat langkah menuju dapur


Tanjiro ada disana, duduk dibangku dengan Hanphon di tangan, tertawa kecil dengan mata menatap Intens benda kecil itu

"Pagi pagi sudah sibuk dengan ponsel, sepertnya aku terlupakan sekarang"

"Oh ayolah, kau membunuhku tadi malam dan sekarang aku masih memasakkan masakan kesukaanmu dan ada disampingmu, bagian mana yang kau katakan 'melupakan'?"

Tak ada jawaban, hanya kecupan singkat di bibir dan dahi yang menjadi wakil dari kata kata Sanemi

Pria itu duduk disamping Tanjiro, menyantap masakan Yang sudah tersedia dengan hikmat

"Apa masih sakit? "


??????

Hening

Ponsel digeletakkan, Tanjiro langsung lurus menatapnya, dahi mengerut, senyum kecil terukir, tangannya dengan lembut menyentuh dahi Sanemi

"Wah, pertanyaan macam apa itu? Apa kau sakit? Apa kau Sanemi? Hey siapa kau? Hey jawab aku? "



"Oh, ayolah Tanjiro! Aku bertanya serius! Kau tau.... Sepertinya aku keterlaluan malam tadi... Apa masih sakit? "

Kepala memiring, senyum manis terkembang, sedikit tertawa "maaf, tumben saja kau nanya seperti itu"

"Tanjiro.... Aku serius! "

"Aku juga serius! "

Perempatan muncul didahi, Sanemi diam tak ingin bertanya lagi. Emosi naik pagi pagi, lebih baik tuntaskan masalah perut dulu

Senyum Tanjiro makin mengembang. Mata menatap penuh cinta, Sanemi terlihat lucu saat marah "mou... Aku bercanda, jangan meraju seperti itu..... Wajahmu tak cocok sama sekali jika menekuk kesal seperti itu"

"Kaunya yang salah, aku kan---- aarrghh...... "

Erangan pedih, Tanjiro dengan sengaja menggigit pipi Sanemi lalu menariknya pelan dengan giginya. Sedikit perih, sanemi menjauhkan Kepala Istrinya.


"Sakit sayang..... Kau sengaja atau apa?"

"Tentu saja sengaja. Sudahlah, makan dan berpakaian, aku ingi mengecek Nezuko diatas dulu."

Tanjiro beranjak pergi, siluetnya menghilang di balik pintu, tertinggal Sanemi sendiri





Pria itu melanjutkan makannya

Dan perkara 'Tanjiro yang ingin bekerja' tiba tiba melintas datang lagi diotaknya


Mimik wajahnya berubah serius, fokus pagi terbagi antara makan dan berfiki

Tanjiro ingin bekerja lagi. Well, honestly Sanemi sangat menentangnya. Bahkan dari dulu. Ada dua alasan

1. Tidak perlu karna Sanemi sanggup menafkahi keluarga sendirian, Yang perlu Tanjiro lakukam hanya berada dirumah, mengurus keluarga dan dirinya, ---- dan membukakan kedua kakinya jika Sanemi membutuhkan --- all of you know what's it mean right? Don't force me to explain it okey!

2. Tanjiro itu someone who don't care about selfs healthy. Jika sudah tenggelam dalam pekerjaan dia akan menjadi manusia berkepala batu, bodoh. Akan terus berlanjut sampai tugasnya selesai, tak mau berhenti bahkan saat tau tubuhnya tak kuat lagi, akan dipaksakannya ------- dan itu adalah sisi dari Tanjiro yang sangat Sanemi benci ----- Tanjiro never care about himself and sanemi absolutly hate it






Kedua alasan di atas sudah cukup membulatkan tekat bahwa seorang Shinazugawa Tanjiro tak boleh bekerja

Titik.... Selamanya..... Sampai mati....


Tapi ap boleh buat



Tanjiro keras kepala


Dari dulu selalu memaksa ingin bekerja


Dan Sanemi tak mampu lagi untuk menahannya


We BaddasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang