Hidup memang kadang tak berjalan sesuai rencana
Lihat saja meluarga Shinazugawa Satu ini
Sanemi tak pernah berencana menikahi laki laki
Tanjiro tak pernah berencana menikahi laki laki bahkan bisa sampai hamil empat kali
Tapi lihatlah
Mereka berdua m...
Sabito menatap pintu itu ragu-ragu, sudah 10 menit dia berdiri dan tak melakukan apa-apa. Kata Makomo, Tanjiro tinggal disini, tapi dia merasa canggung pada sesuatu yang tak diketahuinya. Menarik nafas kuat, memantapkan diri. Diberanikan tangannya mengetuk pintu itu, terdengar suara sahutan tunggu dari dalam. Pintu terbuka dan yang ditunggu datang juga.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tanjiro menatap tamu didepan pintu, rambut senada dengan warna musim Gugur dan bekas luka dipipi, dua kombinasi yang tak pernah terlupa di hati. Sabito berdiri disana sambil tersenyum canggung. Menarik Senyum, tanjiro berjalan pelan menuju laki-laki didepanya, memeluknya eret. Yang dipeluk langsung gelagapan, bingung harus berbuat apa. Ingin balas memeluk tapi sudah jadi istri orang, ingin berdiri mematung saja tapi hati bergemuruh dan tangan gatal setengah mati ingin mendekap rindu orang yang dicintainya ini.
"ahh.... Sabito, lamanya tak bertemu, aku kangen tau!!!!! Kau tak ada kabar sama sekali Sejak perpisahan SMA. Dan juga kau tak datang diacara pernikahanku, padahal aku sudah mengirim undangan lewat Makomo."
Tersenyum kecut, Sabito tertawa garing, dalam hati menyumpah Sanemi karna berani menikahi sang pujaan hati. Dia memilih mengusap rambut Tanjiro daripada membalas memeluk, hangat terasa dikepala ibu hamil itu, memori nostalgia kebersamaan mereka berputar secara tiba tiba dikepala dua insan itu. Tertawa pelan, Tanjiro mendongak kepala menatap lelaki yang lebih tinggi darinya, tersenyum dan menyentuh dahi itu dengan Dua jari. Selamat datang kembali. Nyaman dan hangat, menyentuh dahi yang disentuh Tanjiro, Sabito Tersenyum Lebar, aku pulang.
*******
Obrolan mengalir dari kedua pemuda itu. Tanjiro dan Sabito tertawa kala cerita masa lalu mereka ungkit lagi, kadang Tanjiro tersipu malu ketika cerita tentang dia dan Sabito sedang melakukan Hubungan panas. Kalau Sabito, dia anteng-anteng saja, malah ada fikiran untuk mengulanggnya kembali sekarang juga di atas Sofa, kalau saja dia tak ingat Tanjiro sudah bersuami. Maklum, walaupun sedikit Stres seperti ini, Sabito masih punya hati untuk tak menjadi perebut Istri orang.
"ne Sabito, apa kau sudah punya pasangan." Tanjiro bertanya antusias, Matanya berbinar bak bintang dilangit malam
Tertawa garing dan tersenyum masam, mengaruk kepala tak gatal. Setengah mati dia menahan rasa kekesalan yang tiba-tiba memuncak. Entah kenapa ditanya seperti itu oleh orang yang akan selalu dicintai terasa memacu emosi.
"ah belum ada ko." suara hati menyumpah serapah, berharap suami Tanjiro pergi atau kecelakaan dalam perjalanan sekarang. Aisss, dia benar-benar cemburu dan tak menyangka Tanjiro sudah menikah, memiliki 3 anak dan sekarang hamil anak ke4. Kenapa buka aku sih yang jadi suamimu, matilah kau Shinazugawa Sanemi!!!!! Membatin penuh penekanan, Sabito menahan diri tak emosi sekarang.
Tanjiro yang tak tau apa-apa tentang yang difikarkan mantanya itu tersenyum lembut, berkata akan membantu mencari pasangan untuk Sabito. Si empunya makin emosi sekarang, betul-betul kelawatan batas tak peka Tanjiro ini. Gimana rasanya orang yang dicinta malah mencarikan orang lain untuk dirinya, ingin rasanya Mencium ganas bibir manis yang pernah dicumbunya itu, tapi dibiarkannya saja pemikiran bejat nan indah itu melintas pergi.