Jisoo pikir semuanya akan baik-baik saja setelah ini. Hanya sebagai ancaman, agar tidak terbongkar semua kebusukan. Salah. Ini belum selesai. Pesta besar menunggu kehadiran tamu spesial.
_____Kepala Jisoo pusing. Rasanya dunia sedang berputar laju tanpa memberi tanda akan berhenti. Sedetik, 2 detik, 3 detik, Jisoo belum juga bisa membuka mata. Tarik napas panjang, hembuskan perlahan. Cara ini berulang kali dilakukan hingga rasa pusingnya sedikit bisa dikontrol meski tidak lenyap begitu saja. Jisoo berhasil membuka mata di menit berikutnya.
Cahaya matahari sudah memenuhi kamar. Tapi lampu masih saja menyala. Memberi hawa panas yang terasa memanggang kulit hingga 2 kali lipat panasnya. Coba sekali lagi. Dada Jisoo naik seiring dalamnya ia menarik napas. Hembuskan perlahan. Menyingkirkan selimut dan guling. Coba duduk. Berhasil meski terhuyung.
Jangan ditanya berapa lama waktu yang Jisoo butuhkan hingga akhirnya berhasil berdiri dan mendatangi jendela. Mungkin hampir 15 menit? Entahlah. Selain itu, Jisoo juga sama sekali belum melihat jam. Berdasarkan penampakkan cahaya matahari, mungkin sekarang sudah jam 9 atau jam 10. Pendapat Jisoo semakin dipertegas oleh cerahnya cahaya matahari yang masuk begitu korden jendela dibuka lebar.
Di depan jendela, Jisoo menggeliat pelan. Merenggangkan otot-otot yang terasa kaku akibat tidur terlalu lama. Mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi sambil menutup mata. Tidak lama. Mata Jisoo kembali terbuka paksa akibat bayangan hitam pria dengan pisau pemotong daging dan tongkat penuh darah di tangan kiri dan kanannya. Napas memburu laju tiba-tiba. Mimpi buruk tadi malam masih membayangi hingga detik ini. Menggeleng kuat. Berusaha menyingkirkan ingatan.
Bagaimana caranya Jisoo bisa bekerja kalau terus seperti ini? Perempuan itu meringis. Mengeluh. Kenapa ia begitu penakut?
Semenjak bekerja di apartemen Seokmin dari sore hari hingga malam, Jisoo mengubah jadwal bekerjanya. Siang hingga sore sebelum mendatangi apartemen Seokmin, Jisoo berkeliling kota untuk berburu berita. Lalu mulai menulisnya meski hanya dalam bentuk draf tanpa memperhatikan aturan kepenulisan. Memasuki proses editing hingga siap publis, dilakukannya bersama Seokmin. Bukan berarti dibantu oleh Seokmin. Seperti yang pemuda itu katakan. Menemani. Timbal balik. Jisoo menemani Seokmin mengerjakan tugas kuliah, Seokmin menemani Jisoo mengerjakan pekerjaan paruh waktunya.
Cukup lama hanya memberi tatapan kosong di depan jendela, akhirnya Jisoo tersadar begitu melihat siapa orang yang baru saja keluar dari balkon apartemen di seberang sana. Lee Seokmin. Berpakaian rapi, dengan tas ransel besar di punggungnya. Jelas hendak berangkat kuliah. Melambaikan tangan tinggi-tinggi. Seperti biasanya. Ceria dan penuh semangat yang membakar. Jisoo jadi tertular. Ikut tersenyum meskipun tipis. Rasa pusing masih jauh lebih mendominasi.
Mengingat bagaimana besarnya pertolongan Seokmin kemarin malam, Jisoo membungkukkan badan. Sebagai tanda terima kasih. Ucapan yang tidak sempat Jisoo sampaikan tadi malam. Melihatnya, Seokmin nampak tertegun. Menurunkan tangan kanannya yang tadi melambai. Cukup lama diam, hingga akhirnya ikut membungkukkan badan. Ucapakan terima kasih telah resmi diterima. Seokmin mengambil ponsel genggam di kantung celana. Mengetik pesan.
"Kalau noona masih merasa takut, hari ini istirahat saja. Tidak usah menemaniku mengerjakan tugas," pesan Seokmin langsung terbaca. Jisoo memang segera mengambil ponsel genggamnya begitu mendengar suara notifikasi. Menghadap Seokmin, Jisoo mengangguk. Membungkuk lagi. Ucapan terima kasih yang kedua.
Akan tetapi, tentu bukan tanpa alasan pula kenapa Jisoo malah memaksakan diri untuk membersihkan badan lalu mengambil sarapan sekaligus makan siang seadanya. Mengubur rasa takut dalam-dalam, setelah cukup lama berdiam dan menimbang. Jisoo telah kehabisan draf berita. Sedangkan kewajiban Jisoo di situs berita online adalah setidaknya mempublikasikan 1 buah berita setiap harinya. Akan mendapat bonus jika melebihi kewajiban. Jadi, mau tidak mau, suka tidak suka, berani ataupun takut, Jisoo harus mencari berita baru untuk dipublikasi malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Boy (✓)
Fiksi Penggemar[SEOKSOO GS Fanfiction] Sugar Boy? Satu buah tamparan langsung Seokmin terima begitu tawaran kerja nyeleneh itu diucapkan. Gila memang. Jisoo sampai tidak habis pikir. Tapi nyatanya, tawaran kerja dari Seokmin yang sangat tidak masuk akal itu akhirn...