Aku tidak bisa tidur karena terlalu mengkhawatirkan noona. Balas pesanku jika noona membutuhkan sesuatu. Jisoo tidak mengerti. Pesan ini bahkan jauh lebih menenangkan dari suara desiran ombak dan aroma segar rumput yang baru saja ditebas.
_____Tanpa noona minta sekalipun. Tanpa noona minta sekalipun. Tanpa noona minta sekalipun.
Kalimat yang Seokmin ucapkan terus terngiang-ngiang dalam ingatan Jisoo. Berputar seperti kaset rusak. Juga seperti playlist musik yang hanya menyimpan sebuah lagu di dalamnya. Jujur, Jisoo terkesan. Di balik umur yang masih muda dan sifat kesehariannya yang begitu kekanakan, ternyata Seokmin menyimpan sifat dewasa. Ingin mengambil peran besar seakan ia lebih dewasa dari Jisoo sendiri.
Kaki menekuk ke dada, Jisoo coba menoleh ke kiri. Korden jendela di kamarnya kini tidak pernah lagi dibuka, semenjak ditutup begitu mendapat surat mengerikan kemarin. Jisoo menarik napas panjang sebelum turun dari ranjang dan melangkah mendatanginya. Berhenti sejenak di depan korden. Tangan menjangkau. Tergantung.
Jisoo takut, tapi juga tidak ada alasan kenapa ia masih harus merasa takut. Sebelum ini, Jisoo juga telah menghubungi mamanya. Meminta pendapat. Beliau hanya bilang kalau kebaikan pasti akan berbuah manis. Jisoo percaya. Maka dari itu Jisoo menghubungi Seokmin dan menyetujui tawaran.
"Maaf, saat membuang bungkus bubuk cokelat ke tempat sampah, aku melihat kertas-kertas itu. Jadi aku mengambilnya. Ternyata kecurigaanku benar. Surat itu tidak boleh dibuang, noona. Akan sangat bermanfaat sebagai barang bukti. Kalau noona takut melihatnya, tidak apa. Biar aku yang menyimpannya," jelas Seokmin. Menangkap keterkejutan Jisoo. Bingung bagaimana bisa ia tahu keberadaan surat ancaman itu. Menjelaskan tanpa diminta. "Noona tidak perlu khawatir. Aku yakin pelakunya akan mendapat hukuman yang setimpal. Kita lapor ke polisi sekarang. Kepolisian akan berpihak kepada kita, karena aku kenal salah satunya."
Sekarang. Itu terlalu cepat. Jisoo meminta waktu untuk menenangkan dirinya terlebih dulu. Mau tidak mau Seokmin pun setuju demi kenyamanan Jisoo. Tidak mau membebani. Padahal ia sungguh gatal tangan hendak menangkap laki-laki yang telah mengancam nyawa Noona Jendela kesayangannya. Berani sekali. Jangan harap Seokmin akan diam saja melihat wanita idamannya dibuat takut seperti ini. Alhasil, besok pagi adalah waktu yang mereka sepakati. Itu artinya hari ini.
Tepat setelah surat ancaman diterima, Seokmin memutuskan untuk sepanjang hari menemani Jisoo. Bahkan mengerjakan tugas-tugas kuliahnya di sana. Makan siang dan malam juga di sana. Baru pulang pada jam 11 malam, setelah memastikan semuanya telah aman terkendali.
Penjagaan Seokmin berakhir sampai di situ? Tidak. Seokmin kembali mengirimkan pesan. Pesan yang sama dengan pesan yang dikirimkannya kemarin malam. Aku tidak bisa tidur karena terlalu mengkhawatirkan noona. Balas pesanku jika noona membutuhkan sesuatu. Balasan Jisoo pun juga sama. Lagi. Seokmin mengirimkan voice note. Rekaman suaranya. Menyanyikan lagu khusus untuk Jisoo. Sama-sama tertidur tidak lama setelahnya.
Kantor kepolisian yang akan Seokmin dan Jisoo datangi hari ini adalah kantor di mana teman Seokmin bertugas. Jisoo sempat tidak percaya. Mana ada kepolisian yang berumur sangat muda seperti Seokmin. Tapi Seokmin berusaha meyakinkannya lagi. Membantah argumen Jisoo. Mereka tidak seumuran. Beberapa tahun di atas Seokmin.
Menyingkap korden, cahaya matahari menerobos masuk ke dalam kamar. Seketika mata Jisoo terarahkan ke depan. Balkon apartemen Seokmin. Pintu kaca tertutup rapat, korden berwarna cokelatnya pun tidak memiliki celah sedikitpun untuk dimasuki oleh cahaya matahari. Pertanda bahwa pemiliknya sudah keluar dari sana. Dan, dugaan Jisoo dibenarkan dengan suara ketukan pintu. Seokmin sudah berada di depan kamar Jisoo.
"Seungcheol hyung. Seniorku sewaktu SMA. Begitu lulus, dia masuk ke sekolah kepolisian," kata Seokmin, menyalakan mesin mobil. Mobil mewah berwarna abu itu meluncur keluar dari halaman rumah susun Jisoo dengan kecepatan sedang. Membutuhkan kurang dari 2 menit, masuk ke jalan raya. Ramai lancar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Boy (✓)
Fanfic[SEOKSOO GS Fanfiction] Sugar Boy? Satu buah tamparan langsung Seokmin terima begitu tawaran kerja nyeleneh itu diucapkan. Gila memang. Jisoo sampai tidak habis pikir. Tapi nyatanya, tawaran kerja dari Seokmin yang sangat tidak masuk akal itu akhirn...