24. Noona Punya Sugar Boy Baru?

1.2K 167 158
                                    

Siapapun yang berani melukai hatinya, wajib mendapat rasa sakit yang setimpal. Itu hukumnya. Egois? Ya. Tapi itulah Seo Eunkyeo.
_____

"Memangnya satpam di rumahmu itu bisa dipercaya?"

Eunkyeo mengangguk pasti. Menyantap es krim strawberry pesanannya. Berenang di bawah terik matahari, seberapa jauh pun mata memandang hanya ada pegunungan dan laut. Eunkyeo sungguh menikmati hari liburnya. "Tenang saja. Dia sudah bekerja selama bertahun-tahun di rumahku. Dia tidak akan sembarang bicara. Aku sudah memperingatkannya berulang kali."

"Kami tahu saja, dapat informasi dari satpammu itu," kata Nayeong. Diangguki pula oleh Taeha. "Kalau dia tidak sengaja bicara pada orang lain, bagaimana?"

"Astaga... Kalian tenang saja, oke? Pak Sejun tidak mungkin seperti itu." Eunkyeo tertawa-tawa mendengar kekhawatiran para sahabatnya. Sungguh berlebihan. "Pak Sejun mau cerita ke kalian ya karena dia tahu kalau kalian berdua itu sahabatku. Dan cuma kalian berdua yang menjadi sahabatku. Memangnya siapa lagi yang sering mampir ke rumah selain kalian, hng?"

"Tapi, Kyeo..." Taeha ragu-ragu hendak menyampaikan pendapat. Meski posisinya di sini adalah sebagai sahabat Eunkyeo, sejujurnya, ia merasa tindakan Eunkyeo ini sudah sangat berlebihan. "Kamu sungguhan hendak memenjara Seokmin? Bagaimana kalau kalian ambil langkah damai saja?"

Seketika Eunkyeo marah mendengarnya. Meletakkan gelas berisi es krim ke atas meja. Ada topik yang jauh lebih menarik daripada manis serta dinginnya es krim di bawah terik matahari yang membakar kulit. "Oh Taeha, jangan bilang kamu malah ingin membela Seokmin?"

Untuk pertanyaan ini, spontan Taeha menggelengkan kepala. "Hanya saja..."

"Aku tahu dengan apa yang aku lakukan. Ini setimpal dan ini masih berada dalam batas wajar menurutku. Dia sudah berani menolakku. Dia berani membuang surat pemberianku. Jadi, dia harus menerima akibatnya. Pilihannya hanya dua. Terpenjara di hatiku, atau terpenjara di kantor polisi."

Kalau dihitung, mungkin sudah ratusan kali Jisoo memperbaiki pakaiannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau dihitung, mungkin sudah ratusan kali Jisoo memperbaiki pakaiannya. Terlalu pendek. Sungguh membuat risi. Belum lagi rambutnya yang kini tergerai. Cuaca yang panas sungguh menambah rasa gerah. Menoleh ke Wonwoo yang asik menyetir, Jisoo mendengus. Ikat rambut Jisoo masih disita oleh gadis jeon itu. Untuk menunjang keseksian, katanya. Padahal misi telah berakhir dan berhasil.

Nyatanya, rasa risi Jisoo sungguh berbanding terbalik dengan apa yang Wonwoo rasakan. Ia nampak biasa saja, bahkan merasa nyaman. Dengan sengaja melempar jaket ke bangku belakang. Memamerkan bentuk tubuhnya yang indah.

Menghentikan laju mobil berwarna merah itu tepat di belakang garis zebra cross, Wonwoo memutar musik. Entah lagu siapa. Jisoo tidak pernah mendengarnya. Namun yang jelas, musik yang tengah Wonwoo putar adalah bergenre EDM. Dentumannya sangat keras hingga membuat kepala Jisoo pusing. Berpotensi menulikan telinga.

Jisoo bisa apa? Karena posisi Jisoo di sana hanyalah sebagai penumpang, mau tidak mau ia harus menerima apa pun yang Wonwoo lakukan. Langkah terakhir, Jisoo melepas kemeja transparan putih yang dipakainya. Dijadikan sebagai selimut untuk menutupi paha meskipun terkesan percuma. Tetap saja pahanya yang kecil seperti paha ayam terlihat jelas. Menutup mata. Tertidur entah berapa lama. Baru terbangun begitu masuk ke area parkir apartemen.

Sugar Boy (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang